part 58

0 0 0
                                    

     📚Happy Reading

Pulang sekolah masih mampir ke cafe siapa lagi kalau bukan Vera dan Alvaro, cafe yang selalu menjadi tempat favorit mereka karena cafe itu tempat menjadi saksi pertama kalinya Vera dan Alvaro disatukan meskipun dalam hubungan kepura-puraan, tapi dibalik itu semua Allah punya rencana baik untuk mereka.
“Gak nyangka yang awalnya musuh bisa menjadi friendship seperti sekarang ini,” gumam Vera mengingat kedamaiannya dengan Nadin dan Randy in the geng. Alvaro tersenyum menatap kekasihnya yang sedari tadi tak berhenti tersenyum.
“Aku juga gak nyangka kamu bisa memaafkan Nadin yang jelas-jelas udah pernah membuat kamu celaka, gak salah emang aku punya pacar kayak kamu”
“Ihhhhh gombalmu sangat receh bang”
“Abang-abang, kamu kira aku abang tukang bakso” Vera malah cengengesan membalas perkataan Alvaro, sedangkan Alvaro masih menggerutu tidak jelas.
“Yaelah gitu aja ngambek, ah gak seru kamu mah” Vera langsung memeluk Alvaro dari samping dengan kepala sembunyi di ceruk lehernya.
“Kamu yang gak seru selalu membuat aku gak bisa marah sama kamu” Vera tersenyum masih dalam posisi sama masih enggan untuk melepaskan pelukannya, Alvaro mengelus-ngelus rambut Vera lembut.
“Kebiasaan deh aku kan jadi ngantuk” bukannya berhenti Alvaro malah semakin gencar mengelus rambut Vera.
“Jangan salahin aku ya kalau tidur, gak jadi nih makan” Alvaro menatap handponenya yang berbunyi, jengkel karena telah mengganggu kebersamaannya dengan Vera.
“Lepas dulu ya aku mau angkat telfon dulu” Vera langsung melepaskan pelukannya, memberikan Alvaro luang mengangkat telfon yang entah dari siapa.
“Iya ada apa bik?”
“Den ce,,pat pupulang....” Alvaro menjadi tegang mendengar tangisan pemabantunya, mengingat pagi tadi sebelum berangkat sekolah nyokap Alvaro baik-baik saja.
“Bibik tenang dulu ya lalu bilang sama Alvaro ada apa”
“Nyonya den tiba-tiba pingsan, den Alvaro cepat pulang bibik takut nyonya kenapa-kenapa” Vera jadi ikutan panik melihat wajah Alvaro yang berubah tegang.
“Ok bik aku bakal pulang, bibik tenang aja gak usah panik mama gak baklan kenapa-napa”
“Al mama kenapa? Gak papa kan?” sejak menjalin hubungan dengan Alvaro, Vera sangat dekat dengan Nyokap Alvaro dan bahkan Vera lebih dekat dengan nyokap Alvaro dari pada dengan nyokapnya sendiri.
“Ver kata bibik mama pingsan, aku harus pulang kita tunda dulu ya? Aku antar kamu dulu” Vera menahan tangan Alvaro.
“Enggak aku gak mau pulang, pokoknya aku ikut kamu aku pengen ketemu mama” Alvaro paham sifat Vera yang keras kepala, sekali bilang akan tetap iya tapi dia juga tahu sifat mama Vera seperti apa, sudah cukup Alvaro membebani Vera terutama tidak ingin membuat masalah lagi dengan nyokap Vera.
“Tapi Ver...” Vera langsung menggeleng sambil menarik tangan Alvaro menuju parkiran, padahal belum sempat Alvaro menerus perkataannya, Alvaro pasrah karena saat ini bukan waktunya berdebat dengan Vera, nyawa nyokapnya lebih penting.
*@*
Alvaro langsung melarikan mamanya kerumah sakit, Vera juga ikut menemani Alvaro disaat seperti ini Alvaro sangat butuh posisi Vera disampingnya.
“Gimana sih kejadiannya Al kok bisa tante Lastri sampai pingsan?” tanya Devan. Aldo dan Devan ikut menemaninya mendapat kabat dari Vera kalau tante Lastri masuk rumah sakit, mereka langsung menyusul Alvaro.
“Mending diem aja lho, lho gak lihat muka Alvaro” bisik Aldo. Devan menelan salivanya melihat aura Alvaro yang menyeramkan, benar kata Aldo mending diam dari pada nanti dirinya yang menjadi sasaran pelampiasan Alvaro.
     Dokter keluar dari ruangan Lastri, spontan yang berada disana langsung menghampiri seorang dokter.
“Keluarga dari pasien?” tanya sang dokter.
“Saya dok, gimana dengan keadaan mama saya?” tanya Alvaro khawatir.
“Sebaiknya kamu ikut keruangan saya” Alvaro masih bingung sekaligus panik. Tapi Alvaro mencoba berfikir positif, mengikuti langkah sang dokter, bukan hanya Alvaro tapi Vera dan semua yang ada disana juga ikut bingung dan panik takut terjadi sesuatu pada Lastri.
Sesampai diruangan Alvaro dipersilahkan duduk didepan Dokter.
“Ada apa dengan mama saya dok? Langsung to the poin” ucap Alvaro sarkas. Dokter mencoba tersenyum menenangkan Alvaro, sama sekali tidak ada rasa tersinggung karena sudah biasa seorang dokter mendapatkan seseorang seperti Alvaro.
“Lastri rosiyana adalah pasien saya sejak 3 bulan lalu, waktu itu dia datang hanya untuk periksa biasa tapi ternyata ketika saya usg pasien menderita penyakit kanker, dan sebenarnya penyakit itu sudah lama  berada didalam tubuh pasien namun pasien mengabaikannya, waktu pertama kali periksa saja penyakit pasien sudah stadium akhir saya sudah menyarankan untuk segera di tangani tapi pasien menolak” Alvaro masih tidak bisa percaya dengan apa yang dikatakan oleh dokter, bahkan selama ini nyokapnya baik-baik saja ataukah selama ini nyokapnya yang menyembunyikannya dari Alvaro? Seakan-akan kepala Alvaro rasanya ingin meledak. 3 bulan? Berarti waktu nyokapnya memutuskan meninggalkan Heri karena Alvaro dan nyokapnya masih 2 bulan dan tak terasa 2 bulan itu menjadi hal istimewa bagi nyokapnya.
“Saya mohon dok lakukan yang terbaik untuk mama saya, saya akan bayar berapapun asal mama saya selamat, saya mohon dok” Dokter menatap iba pada Alvaro.
“Andai kanker itu masih awal mungkin para dokter masih bisa menolongnya dengan operasi atapun kometerapi tapi kanker pasien telah stadium akhir kita tidak bisa melanjutinya karena akan mengakibat fatal pada pasien, sekarang yang bisa lakukan hanya berdoa semoga ada keajaiban dari yang maha kuasa” dunia Alvaro rasanya runtuh mendengar perkataan dari sang dokter, padahal masih sekitar 2 bulan Alvaro merasakan kasih sayang seorang mama tapi tuhan dengan cepat ikut mengambil mamanya, serasa takdir memainkannya seakan-akan Alvaro tidak diperbolehkan untuk bahagia.
“Aaaaaaaaaaaaa.....” spontan Vera dan lainnya berlari kearah suara itu yang tak lain teriakan Alvaro. Alvaro sedang mengamuk didepan kamar pasien yang tak jauh dari ruangan dokter tapi untungnya tidak ada pasien yang dirawat diruangan itu.
“Al berhenti jangan kayak gini, ada apa? Cerita sama aku” Vera mencoba menghentikan tapi Alvaro masih dalam keadaan emosi, Vera hampir terkena pukulan Alvaro alhasilnya ada Aldo dan Devan yang membuat Alvaro sedikit melunak.
     Devan dan Aldo sangat prihatin melihat keadaan Alvaro yang saat ini jauh dari kata baik-baik saja tidak biasanya sahabatnya itu merasa hancur kecuali jika beersangkut paut dengan orang yang di sayanginya.
“Gue benci dengan takdir yang seakan mempermainkan kehidupan gue” ucap Alvaro serak. Vera duduk di depan Alvaro. “Kamu gak boleh bilang kayak gitu Al, semua yang Allah takdirkan itu adalah takdir yang baik”
“Ya karena lho gak ngalamin yang gue alamin, kehidupan lho bahagia gak kayak gue, gak usah nasehatin gue” pertama kali Vera dibentak dengan kasar oleh Alvaro. Devan menarik Vera menjauhkan dari jangkauan Alvaro yang masih tak terkendali.
“Gue tahu lho sedang kalut tapi lho sadar yang dibentak itu pacar lho, kontrol emosi lho Al jangan sampai lho hilang kendali” Aldo juga ikut tersulut emosi.
“Kalian gak tahu gimana serapuhnya jadi gue, nyokap gue terkena kanker stadium akhir dan tidak ada yang bisa diharapkan lagi kecuali keajaiban dari Tuhan, gue masih baru saja ngerasain kasih sayang seorang ibu, tapi tuhan malah ingin mengambilnya” Alvaro menelungkupkan kepalanya frustasi. Mereka terkejut mendengar penuturan dari Alvaro, Devan dan Aldo membiarkan Vera menghampiri Alvaro tapi jika Alvaro bertindak diluar kendalinya tidak segan-segan mereka akan menjauhi Vera.
“Al jangan kayak gini kamu masih ada aku” Alvaro langsung memeluk Vera menumpahkan semuanya pada Vera.
“Aku takut mama bakalan ninggalin aku Ver, aku masih butuh seorang ibu”
“Pasrahkan semua pada Allah semoga Mama masih diberi umur yang panjang, yang penting banyak berdoa mama pasti kecewa melihat kamu kayak gini Al”
*@*

ALVERATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang