part 18

0 1 0
                                    

    📚Selamat membaca📖

Lagi lagi kesunyian yang dirasakan Alvaro padahal rumah itu adalah sebuah istana bagi semua orang tapi bagi Alvaro malah sebaliknya rumahnya layaknya hutan yang sangat sepi tanpa seorang penghuni pun.

Alvaro langsung duduk diruang tamunya  sok menyibukkan dengan gadget nya untuk menghilangkan kebosanannya tapi tiba tiba Alvaro dikagetkan dengan kehadiran papanya yang secara tiba tiba dan ini adalah pertemuan Alvaro dengan ayahnya yang pertama kalinya, dalam hati yang paling dalam papanya bahagia, bangga, terharu semua menjadi satu melihat anak semata wayangnya sudah tumnbuh dewasa padahal dulu Alvaronya masih kecil nan menggemaskan tapi Herman masih tidak lupa dengan tujuannya bertemu Alvaro saat ini.

“Papa?” Alvaro langsung berdiri dan menyalami papanya. Herman masih tertegun ternyata kesopanan Alvaro masih tetap seperti dulu cuman penampilannya saja yang berbah sedikit berandal.
    
“Dimana mama?” Alvaro hanya menggeleng. Dan Alvaro masih yakin kalau papanya masih mencintai mamanya.
     “Gak tau pa sudah 3 hari ini mama gak pulang pulang tapi kemarin aku lihat mama di kafe sama pacarnya” Herman hanya menghela nafas gusar dia tidak bisa banyak berkomentar karna dia bukan lagi suami istri.
     “Papa gak bisa berkomentar tentang mama karna papa bukan lagi suami mama tapi kamu tetap anak papa, pak Roby banyak cerita kelakuan kamu disekolah”

Alvaro hanya bisa pasrah karna dia sudah yakin pak Roby pasti akan bercerita kepada papanya.
    
“Papa tahu sifat kamu Al dan papa yakin ini bukan sifat asli kamu, kamu terlalu kefikiran dengan mama setidaknya pikirkan kehidupan kamu juga”
    
“Aku paham pa tapi aku ingin mama berubah tidak seperti ini, aku tahu papa mungkin masih marah sama mama tapi setidaknya papa peduli lah sama mama”
    
“Papa sudah memaafkan mama Al, papa bukannya tidak peduli tapi mama sendiri yang terlanjur benci pada papa. Papa percayakan kamu sama Roby dan papa tahu kamu dulu anak yang sangat rapi tapi sekarang kamu sudah agak berandal tapi tidak apa apa papa tidak akan mempermasalahannya, tapi papa mohon jangan kecewakan papa, dan papa tidak mau ada lagi berita buruk dari roby tentang kamu yang tidak baik baik disekolah”

Alvaro sangat mencerna setiap ucapan yang terlontar dari mulut Herman, mungkin saatnya Alvaro mencoba untuk menjadi orang yang lebih baik.
    

     Jam 06:00 Alvaro sudah terbangun dia segera menuju kekamar mandi untuk sesegera bersiap siap kesekolah sangatlah langka bagi seorang Alvaro rajin berangkat sekolah, tapi apa salahnya mencoba untuk menjadi lebih baik.
    
“Wah tumbenan nih aden udah rapi biasanya jam segini masih molor dikamar”

Alvaro hanya tersenyum pada pembantunya tak heran bik Inem sampai hafal dengan kebiasaan Alvaro yang memang sedari kecil sangat pemalas apalagi yang namanya sekolah tapi jangan remehkan seorang Alvaro meski nakal otaknya selalu encer ya turunan dari bokapnya.
    
“Ada ada ajha bibik nih, yaudah Alvaro pamit ya bik” pamitnya dan tak lupa mencium tangan bik Inem. Alvaro berangkat dengan motor kesayangannya tapi lain dengan Vera dia mengendarai mobil pemberian papanya karena telah mau kembali kerumahnya.

Tapi Vera dibuat terheran heran padahal hari ini bukan hari senin yang biasanya anak anak berangkat pagi karena upacara seorang Alvaro sudah berada di sekolah dipagi hari dan ini sangat langka. Vera kembali mengecek arlojinya takut saja dirinya yang salah lihat jam tapi anak anak masih sedikit dan sekolah masih sangat sepi.
    
“Kesambet setan apa tuh anak pagi pagi udah ada disekolah” celetuk Mely. Vera sama sekali tidak terkejut dengan kehadiran Mely karena semenjak bawa mobil sendiri Vera selalu menjemput Mely jadi mereka berangkatnya bareng bareng, tapi entah kenapa ada rasa tidak suka saat Mely berkata seperti itu pada Alvaro dari pada pusing mikirin Alvaro dan Mely, Vera langsung mempercepat langkahnya menghiraukan teriakan Mely yang ditinggal.
    

     Alvaro tidak langsung menuju kelas melainkan masih menuju kantor pak Roby dan termasuk niatnya berangkat pagi kesekolah.
    
“Assalamualaikum” pak Roby hanya menatapnya sekilas dan kembali pada pekerjaannya. Alvaro tak mempermasalhkan dengan sifat pak Roby karena Alvaro sangat tahu dengan sifat pak Roby yang sangat dingin.
    
“Duduk dan to the poin langsung apa maksud kamu kesini” ucap pak Roby karena melihat Alvaro yang masih berdiri.
    
“Saya hanya ingin berterima kasih pada bapak karena telah ingin menjaga saya dan makasih dengan nasehat bapak kemarin. Saya janji saya tidak ingin mengecewakan papa lagi”
    
“Seharusnya hal itu mulai dari dulu kamu sadari, tapi bapak ikut bahagia melihat kamu ingin berubah” wajahnya memang tetap datar tapi sangat santun.
    
“Iya pak, yaudah kalau gitu saya pamit kekelas pak,” ucapnya dan langsung menuju kekelasnya.
    

     Seperti biasa geng Randy bolos dan nongkrong di tempat biasanya. Apartemen Randy yang menjadi tempat kumpul dengan teman temannya.
    
“Woyy kesambet setan mana lho senyam senyum gak jelas” bukannya menjawab pertanyaan Jacky, Alan malah kembali melanjutkan melamunnya,
    
“Benar benar gak beres nih anak” umpatnya lagi sedangkan Randy tidak jauh beda dengan Alan hanya saja Randy tidak segila Alan.
    
“Gue ditakdirkan punya teman gila atau apa nih satunya kayak orang gila satunya lagi kayak mayat hidup” Randy hanya menatap Jacky jengah.
    
“Yang gak waras itu lho Jack”
    
“Ya abis lho senyam senyum gak jelas udah persis orang gila, atau jangan jangan lho lagi jatuh cinta ya?” sarkas Jacky pas didepan wajah Alan.
    
“Ya gak usah teriak didepan muka gue juga kalik muncrat nih,” ucap Alan seraya mengusap wajahnya.

“Gue emang sedang jatuh cinta pada pandangan pertama, kita emang gak pernah ketemu tapi pas gue lihat dia sambil tersenyum buat hati gue terenyuh”

Jacky menggeleng gelengkan kepalanya melihat sifat Alan dan baru kali ini juga melihat Alan yang pendiam bisa sealay gitu. Memang ya cinta dapat mengubah segalanya.
    
“Gak usah bacot deh siapa sih tuh cewek yang bikin lho hampir gila seperti ini” akhirnya Randy juga menatap kearah Alan yang ikutan penasaran dengan jawaban Alan.

“Indah”

ucap Alan parau tapi sangat terdengar ketelinga Jacky dan Randy.

“Hah.....” ucap mereka bebarengan.
    
“Indah temennya Mely yang resek itu”
    
“Heh yang cerewet itu temennya ya bukan Indah” Jacky hanya geleng geleng padahal sangat jelas perkataan Jacky ternyata bukan hanya gila tapi Alan sudah benar benar tuli.
    
“Ternyata lho bukan hanya gila Lan tapi juga tuli jelas jelas tadi gue bilang Mely yang cerewet bukan Indah”
    
“Kalian apa apan sih beetengkar hanya karena cewek gak jelas bikin mood gue hancur aja” Randy sudah pusing mikirin Nadin malah ditambah temannya yang bertengkar hanya karena cewek gak jelas itu.
    
“Gak bisa ya Ran lho bilang Indah cewek gak jelas yang gak jelas itu Nadin mantan lho yang selalu lho anggap pacar” sarkas Alan tak terima dengan ucapan Randy. Randy yang awalnya hanya ingin menengahi tapi Alan malah membangunkan singa yang sedang tertidur, Randy langsung berdiri dan menatap Alan sengit.
    
“Kenapa lho bawa bawa Nadin yang jelas jelas tidak ada kaitannya dengan cerita lho, emang lho pacarnya Indah sampek segitunya lho belain? Dan lagian Indah mau sama lho yang jelas jelas lho musuh pacar temannya Indah”
    
“Gak penting musuh atau tidaknya, emang lho sendiri gimana dengan Nadin? Lho lebih parah dari pada gue Ran, gue Cuma kasian ajha karena lho hanya menjadi pelampiasan Nadin”

Bukkkkk

Alan tersungkur kebawah dia tersenyum sinis menatap Randy menepis tangan Jacky yang ingin membantunya, saat Alan ingin melayangkan pukulan pada Randy, Jacky langsung menahannya.
    
“Stop stop kalian apa apaan sih berantem segala Cuma karena cewek, kayak anak kecil tau gak” Jacky sudah benar benar muak dengan teman temannya yang rela berantem Cuma karena seorang yang sama sekali bukan pacarnya. Alan mendekat pada Randy yang masih emosi.

“Pukulan lho bagus juga bro, gue suka” ucapnya sinis dan pergi meninggalkan mereka.
           *@*

ALVERATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang