part 24

0 1 0
                                    

      📚Selamat membaca📖

Padahal hari ini hari kesukaan Vera yang selalu membuatnya semangat untuk belajar, karena terdapat mata pelajaran biologi tapi entah kenapa hari ini sangat enggan untuk masuk sekolah. Dikarenakan kejadian kemarin.
     “Bahkan bagi gue lho wanita terpenting dalam hidup gue setelah mama” perkataan Alvaro sangat mempengaruhi pikiran Vera padahal mereka hanya berstatus pacaran settingan tidak lebih. Dan Vera terlalu takut untuk terjebak dengan cinta. Pandangan Pak Robby mengarah pada Vera salah satu murid kesayangannya yang selama ini selalu menjadi contoh baik untuk murid lainnya tapi hari ini pandangan Vera kosong bukan seperti Vera.
     “Vera..” suara lantang pak Robby membuat semua anak-anak dikelas mengarah pada Vera terutama Vera yang dibuat kaget. “Iya ada apa Alvaro hmmmp” Vera segera membungkam mulutnya yang selalu tidak bisa dikompromi. “Lho apa-apaan sih Ver malah nyebut nama Alvaro” Vera hanya menggeleng melihat tatapan Mely yang penuh curiga dan apalagi sekelas sudah mulai riuh karena ulah Vera Sedangkan Alvaro juga ikut tercengang tapi lama-lama senyumnya terukir.
     “Diam semuanya” bentak pak Robby dengan menggebrak meja. Spontan anak-anak terdiam semuanya. Tatapan pak Roby beralih pada Vera yang sedari tadi menunduk karena malu dan takut. “Vera kamu ikut bapak keruangan dan pelajaran hari ini cukup sampai sekarang anak-anak” Vera hanya mengangguk dan menatap nanar melihat kepergian pak Robby.
     “Lho masih berhubungan sama Alvaro ya Ver? Lho masih bertahan dengan hubungan kepalsuan itu? Iya Ver” Vera semakin bingung dengan setiap pertanyaan Melly ditambah tatapan anak-anak yang seakan ingin dimangsa.
     “Ver lho kan disuruh ke ruangannya pak Robby? Lebih baik lho cepat-cepat kesana Deh, masalah Melly biar gue ajha yang tanganin”
     “Lho apa-apa sih Dah gue Cuma pengen tagu yang sebenarnya dari mulut Vera sendiri” Bukan Indah namanya kalau masih meladeni cerocosan Melly yang tidak berfaedah. Indah sangat tidak suka dengan perdebatan lain Mely yang sebaliknya.
*@*
     “Ada apa dengan kamu Vera? Tidak biasanya bapak melihat kamu tidak konsentrasi saat mata pelajaran berlangsung. Kamu tau kan kamu adalah murid andalan bapak?” Vera memberanikan diri menatap pak Robby dan lagian ini juga murni kesalahan Vera.
     “Maaf pak saya tadi beneran tidak konsentrasi, sekali lagi saya maaf saya terima deh pak kalau bapak mau hukum saya apa ajha” Vera memohon-mohon pada pak Roby yang sedari tadi tidak bereaksi apapun.
     “Segitu pentingkah Alvaro bagi kamu Vera sampai kamu tidak mendengarkan pelajaran saya? Bahkan biologi adalah mata pelajaran kesukaan kamu” Vera menggaruk kepalanya yang tidak gatal karena bingung harus memberi jawaban apa pada pak Robby. Tapi sebenarnya pak Robby merasa senang karena dengan bertemannya Alvaro dan Vera bisa menjadikan Alvaro menjadi lebih baik lagi.
     “Saya sih tidak masalah mau dekat dengan siapapun kamu tapi saat mata pelajaran saya jaga konsentrasi kamu. Dan saya harap kamu bisa membuat Alvaro menjadi lebih baik lagi” Vera tersenyum senang mendengar ucapan pak Robby yang sangat beda jauh dengan pikirannya. Vera pikir pak Robby akan memarahinya habis-habisan dan apalagi Alvaro kan biang keroknya sekolah.
     “Tapi jangan senang dulu kamu, hukuman tetap berlaku kamu bersihkan Perpustakaan sepulang sekolah nanti” Vera menganggukkan kepalanya pasrah.
     Sedangkan dikantin Melly tidak habis-habisnya bicara panjang lebar pada Indah karena kesal yang selalu menggagalkan saat Vera menanyakan tentang Alvaro, sedangkan Indah dengan santainya memakan makanannya menghiraukan Mely yang sedang kumat. Indah langsung menghela nafas melihat Vera yang sedang menuju kearahnya. “Wah akhirnya penyelamat gue datang” batin Indah dalam hatinya. “Ver sini” teriak Indah yang dibalas anggukan sama Vera. Melly juga ikutan menoleh tapi kembali menatap Indah dengan cemberut karena mengabaikan dirinya. Vera tanpa sengaja menginjak kaki sesorang membuat sang empu meringis kesakitan. Spontan Vera mengelus-ngelus kaki orang tersebut lebih tepat sepatunya. “Sorry gue gak sengaj... Alvaro” ucap Alvaro saat tahu kaki siapa yang diinjaknya, dan langsung menjauhkan tanagnnya dari sepatu Alvaro.
     “kalau mau ngelus jangan sepatunya dong mending disini nih?” Alvaro menunjuk-nunjuk pipinya dengan tatapan menggoda. Vera langsung mencubit perut Alvaro membuat sanga empu meringis sambil memegang perutnya.
     “Perut six pack gue,” ujarnya dramatis. Vera hanya abisa menggeleng-gelengkan kepalanya melihat tingkah konyol Alvaro.
     “Ekhemmm ya ampun gue berasa jadi nyamuk tau gak, kejombloan gue meronta-ronta” Vera hanya tersenyum mendengarnya, Alvaro dan Devan memang gak jauh berbeda sama-sama eror hanya saja otak Alvaro masih waras.
     “Mending lho cepat kesana deh Ver sebelum Melly lihat lho disini bisa-bisa kiamat”
     “Yaudah gue kesana ya Al, Do, Van” ucap Vera dengan tersenyum, membuat semua orang yang melihatnya meleleh.
     “Oh meleleh gue melihat senyum Vera” takkk.. Alvaro langsung menjitak kepala Devan yang mulai tidak waras. Sesampainya Indah langsung menarik tangan Vera sambil menunjuk Melly yang sedang marah.
     “Kenapa lagi lho Mel? Masih marah gara-gara tadi?” Melly masih saja diam.
     “Dia marah karena gue gak dengerin dia, habis dia dari tadi gak berhenti nyerocos bikin kepala gue pusing. Tapi lho gak dihukum kan Ver?”
     “Lho dihukum Ver?” akhirnya Melly bicara juga. “Lah kan akhirnya bicara juga” ucap Vera
     “Gue cuman kesel tadi, mana ada sih sahabat gak khawatir mendengar sahabatnya dihukum. Gue kan selalu baik sama sahabat gue Cuma Indah ajha yang suka pilih kasih” Indah langsung melotot pada Melly yang berbicara tanpa berpikir. “Gue gak pilih kasih ya? Cuman lho nya ajha terlalu cerewet bikin gue pusing” Vera langsung melerainya kalau tidak bisa-bisa malah menjadi acara perdebatan.
     “Udah dong kalian tuh ya dari dulu sampai sekarang gak pernah berubah selalu ajha ribut, nanti lho pulang duluan ajha ya Mel karena gue masih disuruh bersihin Perpustakaan sama pak Roby”
     “Yaudah Ver nanti kita bantuin ya kan Dah” Indah mengangguk. Menyetujui ucapan Melly, tapi Vera malah menggelengkan kepalanya.
     “Gak usah ini hukuman gue kalian pulang ajha langsung” Indah kembali mengatakan seseutu sebelum mereka membantahnya.
     “Pokoknya gak boleh. Kalian tahu kan gue gak suka ya kalau gue yang berbuat tapi malah kalian yang bertanggung jawab”
     “Tapi kan Ver lho ikut bantu juga”
     “Nggak Melly, pokoknya NGGAK” Vera sengaja menekan kata nggak nya agar mereka mengerti. Mereka hanya mengangguk pasrah Vera memang keras kepala.
*@*

ALVERATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang