part 26

0 0 0
                                    

📚Selamat membaca📖

Sesampainya Vera langsung disambut dengan nyokap bokapnya terutama mamanya yang langsung menyerbunya dengan beberapa pertanyaan melihat Vera yang sedang pincang, sampai jabatan tangan Alvaro diabaikannya.
    
“Kamu kenapa sayang? Kenapa dengan kaki kamu? Kenapa kamu bisa pakai taksi? Siapa dia atau jangan-jangan dia yang membuat kamu terluka?” tatapan nyokap Vera teralih pada Alvaro. Tapi bokap Vera segera membantah perkataan istrinya itu.
    
“Dia Alvaro teman Vera ma dan sangat tidak mungkin kalau dia penyebab Vera terluka” mamanya menatap suaminya sinis tapi itu hanya sebentar dan beralih menatap pada Alvaro menatapnya secara intens. Tapi Alvaro tetap Alvaro dia tetap berlagak seakan baik-baik saja.
    
“Kamu bukannya anaknya Lastri si wanita penghibur yang cerai sama suaminya itu kan?” pertanyaan mama Vera spontan membuat yang ada disana terutama Alvaro.
    
“Benar kan? Kalau kamu diam berarti benar dia bukan anak baik Vera, kelakuan mamanya ajha seperti itu” Vera melepaskan genggaman mamanya.
    
“Ma Alvaro anak yang baik dia selalu membantu Vera tanyakan sama papa Alvaro sudah kenal sama papa”
    
“Benar ma Alvaro anak yang baik kok, mungkin mama salah orang” melihat Vera yang membelanya didepan mamanya sebenarnya sangat membuat Alvaro senang tapi kali ini keadaanya tidak tepat untuk membesar hati. Alvaro sudah membuat kericuhan pada keluarga Vera.
    
“Maaf tante, om, kalau saya telah membuat kericuhan dirumah kalian, yang dimaksud tante memang benar tapi jangan samakan saya dengan mama saya dan jangan berasumsi sendiri tentang mama saya karena anda hanya tahu dari mulut orang lain” wajah nyokap Vera sudah merah padam mendengar ucapan Alvaro.
    
“Maaf jika kamu merasa tersinggung tapi itu memang kenyataan, tapi saya sarankan sama kamu jangan pernah temui anak saya lagi dan saya rasa hari ini pertemuan kalian yang terakhir” mama Vera langsung menarik kasar Vera kedalam, Vera masih memandang sendu Alvaro.
    
“Kalau begitu saya pamit om maaf sudah membuat keributan” papa Vera menepuk-nepuk bahu Alvaro.

“Om percaya sama kamu Alvaro, jaga Vera jangan sampai setelah kamu tahu sifat istri saya kamu menjauh dari Vera, om percayakan Vera sama kamu. Ini ujian untuk kamu supaya lebih berjuang” Alvaro membalasnya dengan tersenyum.
    
“Makasih om sudah mempercayai saya, saya janji om bakal jaga Vera”
            *@*
    
Nadin sedang merencanakan sesuatu lebih tepatnya siasat untuk Vera yang sudah berani-berani merebut Alvaro darinya.

Vera sudah salah mencari masalah pada Nadin sama halnya dengan masuk kandang singa. Nadin tetap Nadin yang akan sellau memberi pelajaran pada orang-orang yang mengusik kehidupannya.
    
“Gue yakin kali ini pasti akan berhasil dan cewek lugu itu pasti akan menyerah dan gue sama Alvaro pasti akan bahagia tanpa sipengganggu”
    
“Bukannya gak terlalu sadis itu Din?” Naya tidak ingin kembali mencari masalah sama Aldo. Naya tahu banget Vera anaknya sangatlah baik, jujur Naya paling tidak bisa berbuat sadis.
    
“Gue gak heran sih kalau sama lho Nay, gue tahu lho punya hati yang lembut tapi kali ini gue gak mau banyak bacot sama lho, lakuin ajha yang gue perintah terutama lho Ren” Naya hanya diam.

“Ok baby dengan senang hati” Naya masih diliputi ketakutan. Kalau benar besok terjadi Aldo pasti akan menanyakan pada dirinya.
    

     Sedangkan ditempat jauh disana Alvaro sedang meratapi nasibnya dengan suasana sepi yang selalu menyelimutinya. Rumah yang menurut mereka yang menjadi tempat ternyaman tapi bagi Alvaro malah sebaliknya dirumahnya dia tidak pernah merasakan hal nyaman malah yang dia rasakan rasa sunyi dan terpuruk. Maka dari itu jangan pernah salahkan Alvaro jika dia jarang pulang kerumahnya. Tempat ternyaman bagi Alvaro yaitu bersama kedua sahabat bobroknya.

“Ya gak asik deh kalau diam-diaman kayak gini, gue serasa bareng patung” tetapi perkataan Devan sama sekali tidak ada yang meresponnya. Alvaro dan Aldo benar-benar membuat Devan kesal, Devan bangkit dari tempat duduknya dan pergi meninggalkan mereka yang masih melamun tidak jelas, tapi Alvaro segera memanggil Devan sebelum benar-benar pergi.
    
“Van” Devan kembali duduk menatap keduanya dengan cengengesan.
    
“Kesambet setan lho,” ucap Alvaro. Aldo langsung memegang dahi Devan.

“Lho gak sakit Van atau memang lho sedang kumat ya?” ini nih yang dimaksud teman laknat siapa yang melamun malah temannya sendiri yang dibilang kumat.

Devan menatap keduanya remeh. “Yang kumat itu lho pada dari tadi gue nontonin kalian yang bengong gak jelas, dan sekarang lho bilang gue kumat? Yang kumat lho” Alvaro dan Aldo hanya saling pandang sambil cengenngesan.
    
“Makanya kalau mau galau tuh gantian biar gue gak pusing sendiri”
    
“Gantian pala lho peak”

Alvaro langsung menceritakan kegelisahannya, solusi yang tepat dari dulu Alvaro menceritakan keluh kesahnya pada sahabatnya.
    
“Vera tadi terluka dan gue nganterin sampai kerumahnya tapi nyokapnya...” Alvaro kembali teringat dengan setiap ucapan nyokap Vera yang menurutnya sangat menyakitkan, Alvaro kembali melanjutkan ceritanya.

“nyokap Vera tahu dengan kelakuan mama gue, dan dia nyuruh gue buat ngejauhin Vera, tapi disisi lain bokap Vera malah menyuruh gue untuk menjaga Vera”

Devan dan Aldo hanya saling pandang. Bagi mereka masalah percintaan Alvaro sangat sulit, mending Devan yang selalu happy meski tanpa pacar. Devan membenarkan tempat duduknya sedikit menghadap pada Alvaro.
    
“Gue gak tahu lagi Al masalah percintaan lho rumit banget, gue jadi ikutan pusing tahu” Alvaro tersenyum kecut.

Ucapan Devan tidak salah hubungan Alvaro dan Vera memang rumit. Hubungannya masih belum resmi sudah serumit ini apalagi sudah resmi. Aldo kira Devan bakal memberikan sebuah solusi pada Alvaro, melihat lagaknya yang sok-sok an cool.
    
“Gue juga gak bisa banyak beri solusi gue ajha juga pusing dengan hubungan gue Al, tapi gue inget dengan ucapan lho sama gue waktu lalu dalam sebuah hubungan pasti ada ujiannya, mungkin apa yang terjadi sama lho pada hari ini adalah sebuah ujian untuk lho lebih memperjuangkan Vera lebih tepatnya sebuah tantangan.” Devan menepuk tangannya dengan keras dan berteriak tidak jelas, Aldo dan Alvaro menatap Devan Heran.
    
“Kenapa lho? Kumat?”
    
“Nggak, ternyata orang galau bisa juga jadi orang bijak” Alvaro menghiraukan kedua sahabatnya itu, dia terlalu sibuk dengan pikirannya yang sangat membuat nya pusing.
    
“Emang gue lho yang gak ada bijak-bijaknya, gue meski galau pikiran gue masih tetap berfungsi”
    
“Do bukannya lho udah baikan sama Naya?” Devan tak lagi mempermasalahkan celotehan Aldo tapi lebih fokus pada pertanyaan Alvaro.
    
“Iya sih gue cuman lagi cari cara ajha supaya Naya tidak sampai kena masalah kalau hubungan kita sampai terbongkar”
    
“Gue jadi miris dengan percintaan kalian yang rumit, mending gue happy meski jomblo”

pletak...

Aldo meringis mengusap-ngusap kepalanya yang habis terkena jitakan kedua sahabatnya. Kali ini Devan yang miris sudah jomblo masih jadi korban penganiayaan Aldo dan Devan.
            *@*

ALVERATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang