part 25

0 0 0
                                    

    📚Selamat membaca📖

Vera langsung menuju keperpustakaan saat semua murid sudah pulang semuanya dan yang pastinya hanya ada dirinya dan satpam disekolah.

Suasana perpustakaan rasanya sangat mencekam mungkin karena suasan yang sangat sepi dan ditambah Vera yang memang penakut.
    
“Untuk hari ini jadi cewek pemberani dulu, tidak boleh takut Vera, harus semangat,” ucap Vera menyemangati dirinya sendiri dan langsung membersihkan perpustakaan itu, mulai dari menyapu dan menata rapi buku-buku. Setelah itu Vera menuju tempat buku-buku lama yang sudah lama tak dipakai. Tiba-tiba handpone nya berdering yang ternyata pak Bejo sopir pribadinya. Vera langsung teringat bahwa dia masih belum mengabari pak Bejo kalau dia masih ada disekolah.
    
“Pak Bejo nungguin Vera ya? Maaf ya pak Vera belum ngabarin bapak kalau Vera masih ada pelajaran tambahan disekolah”
    
“Duh saya yang minta maaf non bapak ketiduran” Vera menghela nafas lega.
    
“Oh iya gak apa-apa pak nanti kalau Vera udah mau pulang Vera bakal telvon bapak” Vera kembali melanjutkan pekerjaan agar segera selesai.

Vera mengambil satu persatu buku yang telah usang itu dan membersihkannya tapi tiba-tiba saat mengambil buku yang sangat tebal muncul monster kecil yang sangat dibencinya, spontan Vera melepaskan buku tebal itu dan pas mengenai kakinya.

Vera merintih kesakitan sambil memeganginya. Ditambah dengan seseorang yang memegang pundaknya rasanya Vera ingin pingsan, Vera terlonjak kaget dia ingin berlari tapi Vera lupa kakinya sedang luka hingga vera terjungkang dan membuat lututnya tergores.

“Awww” ringisnya,

matanya masih terpejam dia terlalu takut. Pikirannya berkelana kemana-kemana tentang hal gaib.
    
“Ver buka matanya dong gue Alvaro” Vera mencoba membuka matanya perlahan-lahan, akhirnya Vera bisa bernafas lega karena seseorang didepannya benar Alvaro, bukan makhluk gaib yang ada dipikirannya.
    
“Alvaro lho ngagetin gue ajha tahu, nih lutut gue jadi lecet,” ucap Vera sewot. Sebenarnya Vera hanya sekedar iseng sama Alvaro, lecet di lututnya tidak seberapa. Tapi Alvaro malah sangat menghawatirkannya.
    
“Lutut lho lecet ya? Maaf gue beneran gak sengaja gue cuman iseng ajha” Vera langsung menepis tangan Alvaro yang ingin menyentuh lututnya.
    
“Mentang-mentang disini sepi lho jangan macem-macem ya” tuding Vera. Alvaro menatap Vera kesal, dalam keadaan seperti ini Vera masih sempat-sempatnya menuduh Alvaro yang bukan-bukan.
    
“Seburuk itu gue dimata lho Ver?” tapi Vera malah diam.

“Yaudah yuk ke uks gue obatin lutut lho dulu” Vera mencoba berdiri tapi tiba-tiba kakinya kembali sakit.

“Awww” Alvaro langsung menahan tubuh Vera yang mulai tak seimbang.
    
“Lutut lho sakit banget Ver” Vera menggeleng. “Kaki gue kena buku itu” Vera menunjuk pada buku tebal yang tak jauh dari tempatnya. Alvaro mengikuti yang ditunjuk oleh Vera.
    
“Yaudah kalau gitu ke uks langsung”
    
“Tapi cara jalan........ Alvaro turunin gue, lho apa-apaan sih” Vera meronta-ronta saat Alvaro membopongnya, tapi Alvaro malah cuek saja.

Sesampainya di uks Alvaro segera menidurkan Vera dan segera mengambil kotak p3k dan mengobati lutut Vera yang cedera. Lalu Alvaro melepaskan sepatu Vera membuat Vera tertegun dengan ketelatenan Alvaro dalam mengobatinya. Rasanya kegantengan Alvaro semakin bertambah saat serius seperti ini.
    
“Awww.. Alvaro pelan-pelan dong” Vera meringis kesakitan rasanya kakinya ingin copot, seketika lamunan Vera buyar karena ulah Alvaro.
    
“Habis melamun ajha dari tadi kalau kesambet kan berabe”
    
“Tahu ah lho iseng memang” Vera langsung memalingkan wajahnya dari Alvaro. “ Alvaro memang selalu suka saat Vera kesel seperti sekarang ini.
    
“Marah? Yaudah gue tinggal nih, pulang duluan ya?” Alvaro senyum-senyum saat Vera menahannya untuk pergi.
    
“Lho ngeselin banget ya Al? Tapi makasih lho udah ngobatin gue” Alvaro tersenyum senang. Lalu Alvaro mengangkat dagu Vera yang sedari tadi menunduk.
    
“Lho gak usah berterima kasih sama gue Ver, lagian ini juga salah gue udah ngagetin lho, dan gue janji gue bakal jagain lho dari hal apapun karena lho wanita yang harus gue jaga setelah mama”

Vera masih terdiam dengan semua yang diucapkan sama Alvaro bahkan Vera sendiri masih tidak percaya kalau didepannya itu benar-benar Alvaro atau bukan.
    
“Yaudah gue anter lho”
    
“Tapi gue gak mau naik motor lho” Alvaro tersenyum.

“Siapa juga yang nyuruh lho ikut motor gue, kita pakek taksi” Alvaro menjewer hidung Vera yang merasa gemas dengan tatapan Vera yang lugu.

Tanpa meminta persetujuan, Alvaro langsung membopong Vera ala briday stiyle tapi Vera kali ini tidak berontak lagian kakinya benar-benar sakit dan sekolah juga sedang sepi.
             *@*

ALVERATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang