part 42

0 0 0
                                    


📚Selamat membaca📖

“Nad gue langsung pulang ya? Tubuh gue lagi  gak vit sekarang gak apa-apa kan?”
    
“Ok gak apa-apa santai kali mending istirahat ajha lho, tapi lho Ren jadi kerumah kan?” Rena mengangguk.

Rena bukannya tidak tahu yang sedang terjadi pada Naya lagian tadi malam Rena memaksanya untuk cerita melihat sahabatnya murung gak jelas. Lebih tepatnya sakit fikiran.

“Lho pulang pakek apa?” tanya Nadin. “Gue minta jemput pak Hasan nanti” Nadin mengangguk dan langsung masuk ke dalam mobilnya yang diikuti Rena, seperginya mereka Naya langsung menunggu jemputannya.
 

    Aldo dan kedua sahabatnya mencari keberadaan Naya disekolahannya yang sudah sepi.

“Bro kayaknya Jacky tuh, tanyak ajha sama dia sekalian lho minta maaf soal kemarin” Devan menunjuk Jacky yang sedang menuju parkiran dan untungnya Jacky sendirian.

Perkataan Jacky kemarin membuat Aldo sadar dia ingat perbincangannya kemarin bersama kedua sahabatnya, Jacky itu lain dengan kedua temannya meskipun nakal tapi dia mengutamakan sopan santun dan kebahagiaan orang yang dicintainya.
    
“Yaelah malah bengong nih bocah samperin Jacky woy” Aldo yang tersadar dari lamunannya langsung menuju kedalam sekolah Pelita Nusa.

“Jacky” merasa dipanggil Jacky mengurungkan memakai helmnya menoleh pada asal suara itu.
    
“Lho lihat Naya gak? Atau sudah pulang?” bukan Aldo tapi Devan mungkin Aldo masih sangat merasa tidak enak hati karena telah memukulnya kemarin.
    
“Tahu ya? Tapi biasanya Naya pulang sama Nadin sih,” ucap Jacky.
    
“Gue minta maaf soal kemarin, dan nuduh lho”
    
“Santai kali sudah biasa salah paham seperti itu, lah itu Naya” Jacky menunjuk kearah Naya yang sepertinya sedang menunggu seseorang.

“Kalau lho emang cinta sama Naya genggam kuat-kuat jangan sampai longgar, karena banyak yang ngantri yang mau jadi pacarnya apalagi gue” Jacky menepuk bahu Aldo yang dibalasnya senyuman karena dia paham ucapan Jacky hanya gurauan, entahlah sejak kapan Aldo jadi se care ini sama Jacky yang jelas-jelas notabenenya musuh bebuyutan. Aldo langsung menghampiri Naya yang diikuti juga sama Kedua sahabatnya.

Naya menoleh saat merasa ada memegang tangannya dari saking fokus sama handphonenya Naya sampai tidak menyadari keberadaan Aldo, Devan dan Alvaro. “Nay aku mau bicara” sebenarnya Naya sangat senang Aldo menghampirinya tapi dia tidak semudah itu luluh, bukannya ingin membalas dendam tapi Aldo biar juga merasakan bagaimana rasanya di campakkan.
    
“Maaf aku lagi buru-buru gak ada waktu” Naya langsung bangun dari tempat duduknya sambil menoleh kejalan berharap sopirnya akan datang.
    
“Nay aku minta maaf kemarin aku kebawa emosi, aku mohon Naya jangan kayak gini” Naya sangat bersyukur jemputannya datang tepat waktu.
    
“Aku udah di jemput mending lain kali ajha” langkah Naya terhenti saat Aldo kembali menahannya.”Nay aku mohon maafin aku, aku janji ini yang terakhir kali aku buat salah” Devan dan Alvaro yang tidak tega melihat sahabatnya ngemis-ngemis maaf sama Naya langsung mencari ide, Devan dan Alvaro menghampiri sopir Naya.
    
“Pak saya minjem Nayanya dulu bapak mending pulang nanti temen saya yang nganterin Naya” pak Hasan ciut melihat tatapan tajam Alvaro, tapi pak Hasan masih melirik pada Naya seakan pak Hasan paham kalau Naya tidak ingin ditinggal.
    
“Jangan pak aku mau pulang, lho gak ada berhak nyuruh pak Hasan pulang mending kalian yang pergi dari sini” Devan bergidik ngeri, sekarang terbukti marahnya orang kalem itu sangat menyeramkan.
    
“Santai kali Nay, Aldo beneran minta maaf mending kalian selesain deh masalah lho pada biar kelar urusannya” Naya sudah muak dengan semuanya dari pada makin panjang urusannya lebih baik diselesain sekarang juga.
    
“Pak Hasan pulang saja, Naya nanti pulangnya sama teman kalau mama nanyak bilang ajha lagi dirumah Nadin” Naya memilih menyerah. pak Hasan mengangguk dan langsung pergi.
    
“Mending kalian selesain di apartemen Alvaro, gue kan enak bisa santai-santai iya gak Al?” yang ikut diangguki loeh Alvaro.
    
“Terserah asal jangan macam-macam,” ucap Naya datar.
    
“Sumpah gue percaya kata orang-orang marahnya orang kalem itu menyeramkan” Devan dapat jitakan dari Alvaro sudah tahu keadaan sedang mencekam malah bercanda. Sesampainya di apartemen Alvaro dan Devan langsung bergelayut dengan ps, Aldo dan Naya sedang berada di ruang tamu tidak jauh dari Alvaro dan Devan.
    
“Nay aku beneran minta maaf aku tahu aku salah besar bukannya nanyak lebih dulu sama kamu malah nuduh yang bukan-bukan, Jacky kemarin ngejelasin semuanya sama aku, aku beneran menyesali semuanya aku tahu sulit banget buat kamu menjalin hubungan sama aku apalagi kalau sampai Nadin tahu kamu pasti yang terancam” Naya rasanya ingin menumpahkan semuanya sama Aldo tapi dia tidak boleh lemah didepannya.
    
“Aku gak marah waktu kamu marahin aku karena aku bisa maklumin kamu memang gampang marah, cuman aku tidak suka dengan perkataan kamu Do, aku tidak pernah sekalipun punya niatan selingkuh apalagi itu sama Jacky aku kenal Jacky karena dia gak sengaja nabrak aku di mall, aku sudah bilang kan  kalau kamu memang percaya sama aku kamu bakal nanyak dan menangani dengan kepala dingin” Aldo memegang tangan Naya sambil mengucapkan kata maaf.

Devan dan Aldo yang sedari tadi fokus main ps jadi ikutan nguping yang jaraknya memang tidak jauh.
    
“Tapi aku tidak suka saat kamu bilang aku seperti Nadin, Nadin memang sahabat aku Do tapi kita beda jauh, kalau aku sama Nadin sama, aku bakalan ikutin menganiaya Vera, kenapa aku selalu menghindar yang bersangkutan dengan Vera karena itu semua kamu Do aku ingat perkataan kamu kita semua sahabat, yang menjadi pacar Alvaro dan Devan sahabatku juga,” Aldo benar-benar menyesali perbuatannya padahal sudah hampir 5 bulan pacaran tapi Aldo malah tidak mempercayainya, dia terlalu memikirkan yang tidak berguna sampai dia belum juga mengenali Naya yang sebenarnya.

“Aldo memang keterlaluan sih Al, masak Naya di sama-samain sama Nadin ya nggak sih”
    
“Namanya juga lagi emosi, dengerin ajha deh” Aldo memegang pundak Naya dan mengarahkan padanya supaya Naya menatapnya dari tadi Naya selalu menghindar dari kontak mata Aldo.

“Nay aku beneran minta maaf aku janji gak bakalan ngulangin kesalahan ini, aku mohon”
    
“Gak usah Janji mending kamu buktiin ajha”
    
“Lah bagus tuh gue setuju sama lho Nay” Aldo dan Naya terkejut melihat Alvaro dan Devan yang sudah ada di ruang tamu.
    
“Ngagetin ajha lho”
    
“Tapi ucapan kamu kemarin nggak beneran kan?” Naya mengernyitkan dahinya tidak mengerti dengan pertanyaan Aldo tapi dia ingat dengan ucapan terakhirnya kemarin.
    
“Ya nggak mungkin itu kemarin aku Cuma asal bicara, mana mungkin aku bisa kayak Nadin aku nggak tegaan orangnya” Aldo mengacak-ngacak rambut Naya gemas, Aldo beneran takut Naya menjadi seperti Nadin.
    
“Ekhem masih ada orang juga kalik, kalau sampai lho juga terlibta maka lho berusan sama gue” Naya menelan salivanya takut melihat perkataan Alvaro yang menurutnya sangat menyeramkan.
    
“Biasa saja kali bikin orang takut ajha lho,” ucap Aldo. Alvaro malah tertawa sumpah membuat semua orang ketakutan.
    
“Santai kali Nay, gue percaya sama lho sorry tadi gue Cuma bercanda” Naya hanya tersenyum kikuk.
    
“Gue pengen banget tahu kita ngumpul bareng-bareng”
    
“Mata lho katarak? Ini apa kalau bukan ngumpul pea’” Devan mengelus-ngelus kepalanya yang kena jitakan Alvaro, Hoby banget Alvaro ngejitak Devan.
    
“Ya maksudnya ngumpul bareng pasangan gitu, Lho sama Vera, gue sama Indah, Aldo sama Naya gitu maksudnya bambang”
    
“kalau ngomong diperjelas dong?” Devan cengengesan lain dengan Alvaro yang cengengesan karena handphonenya.
            *@*
    
“Lucu tau gak pacar kita pada polos-polos semua,” ucap Aldo sambil menatap langit malam yang terasa indah. Mereka sedang berada di balkon rumah Alvaro semenjak Alvaro dan nyokapnya sudah baikan tidak ada lagi perdebatan, Alvaro tidak pernah lagi bermalam di apartemennya. Aldo dan Devan yang juga mengetahuinya juga ikut bahagia akhirnya Alvaro kembali harmonis dengan Lastri dan bahkan mereka yang sering menemui Alvaro kerumahnya.
    
“Masih calon,” ucap Devan.

“Gue gak tahu apa” tambah Alvaro. Aldo menatap kedua sahabatnya kasihan.
    
“Ya maksud gue cewek yang lagi deket sama kita, kebayang nggak sih kalau kita ngumpul bareng”
    
“Gue masih penasaran sama sosok Indah yang sebenarnya karena setahu gue dia perempuan yang hanya sibuk dengan dunianya sendirinya, ditambah kejadian kemarin waktu pingsan dan meracau gak jelas, ditambah lagi dengan kemarin saat ngelawan Nadin. Gue ngerasa Indah sosok dua orang yang berbeda” Alvaro dan Aldo juga ikut memikirkan yang di katakan Devan.
    
“Lho masih nyangka Indah psychopat?”
    
“Gak tahu gue bingung” mengingat sosok Indah? Alvaro juga kefikiran dengan Vera yang menurutnya tidak kalah misteriusnya dengan Indah.
    
“Gue juga penasaran sama Vera gue rasa sosok asli dia itu terpendam”
    
“Maksudnya?” tanya Devan.

“Saat bareng gue dia menjadi sosok periang dan bisa juga jadi galak, tapi waktu gue ketemu nyokapnya dia seakan bukan Vera yang periang lagi”
    
“Maksud lho gara-gara nyokapnya gitu Vera bisa kayak gitu?” tanya Aldo.
     “Gue juga kurang paham yang gue tahu nyokap Vera itu orangnya otoriter banget, dan menurut gue mungkin Vera itu seperti tertekan gitu”
    
“Ya mungkin sih Al,” ucap Devan.
    
“Ya kalau Naya sih permasalahannya Cuma ada di Nadin, gue sih bisa ajha ngelabrak Nadin cuman gue masih mikirin Naya karena gue tahu dia sulit banget buat cari teman lagi, ya sekarang gue Cuma ngejalanin ajha”
    
“Kalau bukan karena kejadian di toko buku mungkin gue gak bakalan kenal sama Indah”
    
“Yeee alay lho, orang lho ajha duduknya sama Indah”
    
“Lho gak tahu ajha Indah orangnya gimana? Kapan gue bicara sama dia? orang dia itu orangnya dingin banget melebihi es batu” Devan senyum-senyum membayangkan pertemuannya dengan Indah. Perempuan misterius.
    
“Mereka perempuan misterius,” ucap Devan lirih.
             *@*

ALVERATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang