part 49

1 0 0
                                    

  📚Selamat membaca📖

    Vera bersyukur bisa melewati pengawasan dari mamanya dan itu berkat bantuan dari papanya yang memang selalu berpihak pada dirinya dan Alvaro.
    
“Tapi kamu gak di apa-apain kan sama tante Velin?” Vera mengangguk.

Sekarang mereka berada di taman dekat kos Vera dulu, bukan hanya cafe yang menjadi tempat favorit mereka. Vera menatap wajah Alvaro yang lebam-lebam tangannya terulur kedepan menyentuh luka itu membuat sang empu meringis.
    
“Isss bilang dong sayang kalau mau pegang”
    
“Apaan sih sayang-sayang geli tahu, tapi udah diobatin kan?” Alvaro mengangguk, sudah biasa Alvaro mendapat penolakan dari Vera jika memanggil sayang lagian Alvaro sama sekali tidak mempermasalahkan.
    
“Katanya kamu mau cerita, hari ini aku gak punya banyak waktu maaf ya?” Alvaro tersenyum sambil mengacak-ngacak rambut Vera gemas.
    
“Gak apa-apa kok aku paham, aku lebih baik gak ketemu dari pada kamu harus kena imbasnya” Vera cemberut mendengar ucapan dari Alvaro.
    
“Kamu gak mau ketemu aku? Udah bosen ketemu aku?” mood cewek memang sering berubah-ubah Alvaro menjadi pusing sendiri, padahal niatnya baik malah dianggap salah.
    
“Nggak gitu maksud aku, kamu itu lebih penting aku gak mau kamu berantem lagi sama tante Velin, bukan bosen Vera sayang” Vera mengangguk paham.
    
“Kok gak blussing? Biasanya kan blussing kalau dipanggil sayang”
    
“Udah kebal dengan panggilan itu, katanya mau cerita Alvaro dari tadi nggak jadi-jadi” Alvaro cengengesan.
    
“Tadi malam Randy tiba-tiba nyerang aku gitu tapi untungnya Aldo dan Devan datang tepat waktu” fikiran Vera masih traveling menurutnya seperti ada yang tidak beres, karena Devan dan Aldo tiba-tiba saja datang.
    
“Aldo dan Devan kok tahu kamu diserang Randy?” Vera tipe orang yang tidak suka ribet apa yang mengganggu pikirannya akan langsung dikatakan.
    
“Alan dan Jacky yang hubungi mereka, nah itu gue jadi bingung” pikirannya kembali traveling apalagi Alan yang jelas-jelas musuh Devan karena Indah.
    
“Kalau Jacky kan kata kamu sudah damai tapi Alan? Dia kan masih dendam sama Devan karena Indah” tanya Vera lagi.

“Tahu ya? Juga gak paham” Alvaro juga belum mengerti maksud dari semuanya, entahlah apa ini murni niat baik Alan dan Jacky atau hanya sekedar jebakan.
           *@*
 
   Mely dan Indah yang baru datang langsung mencari keberadaan Vera, mereka beneran khawatir pada sahabatnya itu.
    
“Mel itu Vera” Mely mengikuti arah tunjuk Indah, Vera sedang berjalan sendiri menuju perpustakaan.
    
“Vera” teriak Meli sambil berlari menuju Vera sedangkan Indah hanya mengekori dari belakang, jangan ditanya lagi tindakan Mely menjadi tontonan siswa Nusa Bangsa.
    
“Mel gak usah teriak-teriak juga kalik, malu tahu jadi tontonan anak-anak” Mely sadar tindakannya tadi pasti akan menjadi tontonan semua orang  tapi dia tidak peduli dia hanya peduli pada Vera yang sedang dalam masalah besar sekarang.
    
“Udahlah itu gak penting yang penting sekarang lho Ver, lho ta...”
    
“Tunggu gue mau kembaliin buku dulu baru lho cerita” Vera langsung masuk kedalam perpus, tanpa melihat raut ekspresi Melly saat ini yang jelas-jelas kesal.
    
“Yaudah cerita langsung” ucap Vera. Sekarang mereka sudah ada dikelasnya selesai mengembalikan buku Vera langsung mengajak mereka ke kelas.
    
“Lho tahu Nadin in the geng si virus itu pindah kesini”
    
“Iya gue tahu Mel udah kemarin” Mely kecewa karena Vera sudah tahu lebih dulu padahal Mely sudah sangat semangat bercerita, tapi sepertinya ada yang terleawatkan Mely kembali melanjutkan ceritanya.

Indah dan Vera paham dengan sebutan Nadin yang dipanggil virus oleh Mely, ingat jangan lupa Mely paling bar-bar dari mereka.
    
“Tapi tunggu Ver lho tahu bukan Cuma si virus tapi Randy in the geng juga iya kan Dah?” Indah mengangguk itulah yang menjadi beban fikirannya dari tadi, Vera semakin pusing mikirin hal ini menambah Nadin dan Randy seakan hari-harinya bakal menjadi tidak tenang. Mely menoleh saat Alvaro dan kawan-kawannya muncul dari balik pintu.
    
“Alvaro...,” ucap Mely sedikit teriak membuat semua orang yang berada di kelas menoleh padanya. Alvaro saja dibuat terkejut.
    
“Yaelah gak usah teriak juga kalik Mel ini dikelas bukan di hutan, tapi tunggu tumbenan lho manggil-manggil Alvaro biasanya...” Mely langsung menimpali perkataan Devan.
     “Lama-lama gue jadiin sate ya lho bacot amat, kalian pada gak tau kalau si virus sama sepupu laknat lho itu dan sekawannya pindah kesini? Kan jadi bencana, Randy musuh lho, virus musuh Vera, Alan musuh Devan dan penyakit buat Indah dan yang penting gue yang paling muak sama mereka, tapi tenang aja gak usah khawatir sahabat gue bakalan aman kalau sampai mereka menyentuh sahabat gue, gue cincang deh” bukannya panik tapi mereka malah melongo sama Mely, apalagi Vera dan indah yang jelas-jelas sahabat Mely merasa ke bar-barannya Mely semakin meningkat.
    
“Mel gue tahu lho sahabat gue yang paling bar-bar tapi jangan diperjelas dong, lho gak lihat tadi jadi tontonan”
    
“Yaelah Ver tenang aja bar-bar gue terhormat tidak malu-maluin” Devan mengelus dadanya punya teman seoerti Mely.
    
“Gue jadi penasaran siapa sih yang dimaksud virus”
    
“Nadin siapa lagi kalau bukan dia, lah lho kan sudah come back Dah lawan aja tuh si virus apalagi Alan kalau macam-macam sama lho tendang aja, iya gak?” Indah saja masih bimbang dengan dirinya traumanya tidak sembuh seutuhnya.
    
“gue gak tau Mel apa gue bisa ngelawan, trauma gue gak seutuhnya sembuh apalagi harus bertemu sama Alan”
    
“Udah-udahlah gak usah panik santai aja lah, yang punya masalah disini gue” Alvaro menengahi perdebatan mereka.
            *@*

ALVERATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang