part 40

0 0 0
                                    

📚Selamat membaca📖

"Ver mobil lho mana?” tanya Indah sambil melirik ke parkiran yang tidak melihat keberadaan mobil Vera.
    
“Gue tadi di anterin sopir mobil gue masih di bengkel, bermasalah”
    
“Ver, Dah hari ini tante gue mau ke kossan jadi gue harus pulang duluan, gak apa-apa kan?”
    
“Gak apa-apa kok Mel, ini masih ada Indah gue ikut lho ajha ya? Sekalian main kerumah lho” tutur Vera yang di angguki oleh Indah.

Seperginya Mely mereka menunggu di halte sambil menunggu jemputan Indah.
    
“Ver mobil gue masih ada di bengkel kata pak Ujang, gak apa-apa kan agak lama?”
    
“Santai Dah, oh iya Dah kemarin Alvaro sama Devan ngelabrak Alan tahu” cerita Vera, meskipun Vera tidak bisa berkomunikasi langsung dengan Alvaro tapi mereka selalu stand bye berkomunikasi lewat internet.
    
“Iya tadi pagi gue sempat bicara sama Devan padahal...” ucapan Indah terhenti saat ada sebuah mobil berhenti di depannya, Indah kenal paham dengan mobilnya dan ini sama sekali bukan mobilnya, rasa heran mereka berubah terkejut saat tiga perempuan anak sekolah keluar dari mobil itu.
    
“Ver seragamnya sama dengan Alan,” ujar Indah. Wajar Indah tidak mengenali karena dia sama sekali tidak pernah bertemu dengan Nadin.
    
“Kenapa Vera? Biasa saja dong wajahnya gak usah keringatan gitu gue bukan setan lho, gak usah takut” Vera menelan salivanya.

Vera bisa saja melawan cuman Nadin ini kecuali Nekat juga sadis. Nadin semakin mendekat pada Vera menyentuh pipinya dengan penuh sinis.
    
“Gue pernah bilang kan sama lho buat jauhin Alvaro? Ucapan gue jangan buat main-main Vera, jangan sampai buat gue nekat melakukan hal gila” Indah menepis tangan Nadin dari pipi Vera, andai dia tidak punya rasa trauma mungkin Indah masih bisa menjadi penolong sahabatnya, jangan kira Indah sosok lemah bahkan dulu Indah menjadi tembeng kedua sahabatnya.
    
“Jangan pernah sentuh sahabat gue, paham lho” tatapan Indah tidak kalah tajamnya dengan Nadin. Bahkan Indah bisa merasakan seringaian Indah yang sudah lama tidak di tampakkannya.
    
“Berani lho sama gue? di pegang sama Alan saja sudah pingsan”

Buuukkk...

Indah langsung menonjok Nadin bahkan sang empu sampai meringis kesakitan, pukulan Indah sedikit keras Vera melongo karena Indah kembali mengeluarkan bela dirinya, dari sekian tahun Indah mencoba untuk menghilangkan.

Tapi Nadin tidak tinggal diam dia menarik rambut Indah dan mendorongnya sampai  terjatuh ketanah, lututnta tergores, begitupun juga dengan Rena menarik rambut Vera dan mendorongnya sampai lenganVera terkena batu besar, Indah mencoba berdiri untuk membantu Vera yang kesakitan tapi tangan Indah keburu di injak oleh Nadin.
    
“Lho mau kemana hah? Mau bantu teman lho” Nadin tertawa sinis sedangkan Indah menahan kesakitan. “Nadin masalah lho sama gue bukan sama Indah” teriak Vera. Nadin menghampiri Vera dan langsung menamparnya.
    
“Kalau gue masih melihat lho berduaan sama Alvaro gue gak segan-segan ngelakuin yang jauh lebih dari ini” dari jauh tiga orang sedang memperhatikannya yang tak lain Alvaro in the geng. Alvaro dan Devan sudah geram melihat perbuatan Nadin yang sangat keji itu, Aldo mencoba melihat seksama yang ternyata Naya tidak ada disana, berarti dia tidak bersangkutan, Devan sudah ingin langsung melabraknya tapi Alvaro mencegah melihat akan ada perlawanan dari Indah.
    
“Apaan sih Al lho gak kasian lihat Vera sudah terkapar seperti itu” bukannya menjawab Alvaro hanya menunjuk kearah mereka lebih tepatnya Indah. Dari belakang Indah langsung menendang Nadin sampai tersungkur setelah itu menonjok Rena serasa semuanya terkapar Indah membantu Vera untuk berdiri, Indah memang suka dengan rasa sakit tapi dia juga manusia yang merasakan rasa sakit dan untungnya tenaganya masih kuat. Indah menatap mereka sinis.
    
“Gue harap lho cukup hari ini saja berulah kalau sampai lho berani nyentuh sahabat gue seujung kuku pun, gue gak yakin wajah lho masih mulus, gue memang lemah kalau berhadapan sama laki-laki tidak dengan lho, lho salah orang nyakitin gue meskipun lho injak kaki gue gak ada gunanya karena gue suka yang namanya sakit” sambil menyentil dahi Nadin kali ini Nadin yang berkeringat dingin melihat seringaian Indah yang menyeramkan seperti layaknya orang psychopat padahal tidak.

Semuanya beralih pada suara tepuk tangan yang ternyata Alvaro dan teman-temannya, Indah saja terkejut melihat tatapan Devan yang sulit di artikan. “Jangan bilang Devan ngira gue psychopat,” tutur Indah dalam hati.
    
“Jangan harap hidup lho tenang Nadin kalau lho berani lagi nyentuh mereka, kali ini mereka dalam pengawasan gue paham lho”
            *@*

Alvaro membawa Vera dan Indah ke apartemennya untuk mengobati luka-lukanya, apalagi mereka masih penasaran dengan sosok Indah. Luka Vera dan Indah sudah di obati oleh Alvaro dan Devan, tinggal lebam-lebamnya.
    
“Katanya suka sakit kok masih mau di kompres? Kamu psycopat?” semuanya menatap ke arah Indah, Indah memukul paha Devan asal.
    
“Iiihh apa-apaan sih? Gak ada ya psychopat, emang kamu mau aku jadi psychopat? Aku bunuh nih kamu sekarang,” ucap Indah digalak-galakkin.
    
“Ya jangan dong, habis gaya kamu tadi persis psychopat ditambah kamu bilangnya suka sakit” Indah sudah kira mereka pasti mengira dirinya psychopat bahkan Devan saja menyangka Indah psychopat.
    
“Terus kalau bukan psychopat apa dong?” celetuk Aldo. Indah memijit pelipisnya pusing.
    
“Ya kali Indah psychopat, dia itu dulu pernah belajar bela diri suka sakit itu salah satu metode dalam belajar bela dirinya, bukan psychopat, tenang Van cewek lho bukan psychopat kok” Indah langsung mempelototi Vera.
    
“Kemarin Randy sekarang Nadin, gue heran sama tuh bocah suka banget ganggu orang”
    
“Nadin namanya? Cantik ya tapi tidak dengan tingkahnya” Devan mengacak rambut Indah gemas membuat Indah sampai malu-malu.
    
“Ekhem ingat masih ada orang disini bro” celetuk Alvaro. Vera sebenarnya sangat bahagia melihat aura kebahagiaan yang terpancar dari wajah Indah apalagi sampai dia tersenyum, Vera jadi yakin kalau Devan memang penyembuh luka Indah.
    
“Kenapa senyam-senyum? Lho pengen juga di gituin, gak usah ngode lah Ver langsung saja bilang”
    
“Iiihh gak ada ya? Gak usah ngadi-ngadi Alvaro” Alvaro malah mengacak-ngacak rambut Vera membuat Vera tersipu malu.
    
“Gue beneran gak tahan nih lihat keuwuan kalian ya? Mata gue lama-lama jadi gak perawan nih”
    
“Kita gak ngapa-ngapain Do kok bisa gak perawan sih mata lho, aneh deh,” ucap Vera polos. Alvaro mengusap wajahnya gusar mendengar ucapan polos Vera.
    
“Lho lucu Do kalau mata gak bakalan bisa gak perawan gimana sih, kalau perempuan itu baru bisa gak perawan” Devan memijit kepalanya pusing, Vera dan Indah benar-benar sangat polos.
    
“Gue yakin kalau di satuin sama Naya pasti jadi trio polos nih bocah”
    
“Lagian lho sih bicara perawan gak jelas, kan ribet yang mau jelasin”
    
“Lho ngatain kita polos?” Vera menunjuk Alvaro begitupun juga dengan Indah yang sedang menatap Devan intens.
    
“Aku gak bilang apa-apa ya tadi, gak usah pakek natap kayak gitu deh” Devan membalikkan kepala Indah supaya tidak lagi menatapnya, marahnya perempuan itu sangat menakutkan.
    
“Bukan gitu maksud gue Ver, udahlah kenapa malah ngebahas yang tidak penting sih ini sudah sore lho gue antar ya?” Aldo langsung teringat kalau dia harus cari hadiah untuk bundanya.
    
“Gue lupa kalau bunda ulang tahun gue harus cari hadiah”
    
“Mau gue temenin? Tanya Devan.
    
“Gak usah lah lagian lho harus nganterin Indah kan? Gue bisa sendiri” Mereka langsung capcus pergi ke tujuan masing-masing.
           *@*
 
“Nay lho tadi kemana sih? Lho gak tahu kita tadi sudah kayak cacing kepanasan ditambah ketahuan Alvaro” Rena sudah paham kalau Naya tidak akan ikut campur dengan masalah Nadin dan Vera, Rena paham kalau sampai itu terjadi hubungannya dengan Aldo pasti terancam.
    
“Sorry tadi gue tiba-tiba sakit perut jadi gue cari toilet dulu”
    
“Gue masih heran sama Indah apa jangan-jangan dia itu psychopat ya?” Rena sengaja mengalihkan pembicaraan sebelum Nadin mulai curiga dengan jawaban Naya yang tidak logis.
    
“Tahu ah gue pusing mikirinnya, pokoknya sekarang kita ke mall gue tenangin pikiran dulu” pikiran Nadin harus di refresingin dulu apalagi itu bersangkutan dengan Alvaro, sulit memang untuk meluluhkan hati seorang Alvaro apalagi ditambah dengan kehadiran sosok Vera.
    
“Gue mau cari sepatu kalian terserah mau kemana kita ketemu di parkiran saja” Rena langsung menuju tempat make up lain dengan Naya dia menuju ke tempat pakaian dia langsung ke ingat dengan Aldo.

Serasa sudah menemukan yang pas untuk Aldo, Naya langsung menuju kasir tapi tiba-tiba dia tidak sengaja menabrak seseorang hingga barang-barangnya berserakan di lantai.
    
“Sorry,” ucap seseorang itu.
     “Jacky” sontak Jacky menoleh saat namanya dipanggil yang ternyata Naya.

gadis lalu yang membuat Jacky jatuh cinta pada pandangan pertama, mereka saling pandang namun tanpa sadar ada seseorang yang sedang melihatnya. Bagi Aldo pemandangan itu sangat menyakitkan.
           *@*

ALVERATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang