part 30

0 0 0
                                    

"Rand... lho mau langsung pulang? Gak mau nongkrong dulu?"

"Nggak deh kali ini, gue mau langsung pulang ajha" perasaannya sedari tadi tidak nyaman, Randy rasanya ingin cepat-cepat pulang. Pikirannya selalu tertuju pada nyokapnya, serasa ada sesuatu yang terjadi pada nyokapnya.

"kabarnya Nadin mau kesana lho?"

"Nggak deh gue kali ini gak minat" Jacky mengacungkan jempol pada Randy sambil menyunggingkan senyumnya.

"Good bro, kalau kali ini baru teman gue biar tuh cewek gak ngerasa dikejar-kejar terus" Randy yang ingin memasang helmnya menjadi tertunda saat seseorang mengulur tangannya didepan Randy.

"Sorry bro buat yang kemarin, gue kelepasan." Randy membalas jawaban tangan Alan. Randy bisa memaklumi palagi mereka kemarin bertengkat hanya karena perempuan.

"Yoi gue juga minta maaf kemarin ikut-ikutan kelepasan"

"Nah gitu dong kalau gini kan baru teman gue"

"Yaudah deh gue pamit duluan" Randy langsung menuju kerumahnya.

Perasaannya dari tadi benar-benar tidak enak. Rumahnya dalam keadaan sangat sepi tapi pintu rumahnya terbuka lebar perasaan Randy semakin tidak nyaman. Randy sedikit sok apalagi rumahnya dalam keadaan berantakan.

"Mama...mama..." tatapan Randy langsung tertuju pada kamar nyokapnya yang sedang terbuka lebar. Tubuh Randy terpaku kakinya terlalu kaku untuk digerakkan dengan melihat keadaan Saras yang sangat memprihatinkan, lebih tepatnya seperti orang gila. Rambutnya berantakan dengan memeluk erat pakaian Heri. Randy memberanikan diri untuk kuat menghampiri Saras.

"Mama kenapa? Apa sebenarnya yang terjadi ma?" Randy duduk tepat disamping Saras sambil membelai rambutnya yang menutupi wajah Saras, bukannya mendapatkan jawaban Saras malah memeluk anak semata wayangnya itu dan menumpahkan semuanya.

"Randy hubungi kak Farhan dan suruh kesini," ucap Saras saat sudah merasa baikan.
"Tapi ma? Mama belum jawab pertanyaan aku" Saras paham, Randy pasti menghawatirkan keadaannya tapi kali ini ada yang lebih penting yang harus Saras perbincangkan dengan Farhan.

"Randy mama mohon turuti saja apa yang mama bilang" mendengar kata penekanan dari Saras, Randy dengan terpaksa menghubungi Farhan.

Tidak butuh berjam-jam untuk sampai kerumah Saras lima menit Farhan sudah sampai kesana, saat sampai kerumah Saras pandangan Farhan tidak jauh berbeda dengan Randy, bingung dan terkejut. Dan lagi-lagi Randy dibuat bingung sesampainya Farhan, Randy malah disuruh untuk pergi dulu karena ada yang ingin dibicarakan dengan Farhan.

"Ada apa sebenarnya Saras? Rumah kamu kemalingan?" Farhan kesal dengan adiknya itu yang tak kunjung bicara. Dengan mengumpulkan keberaniannya Saras menceritakan semuanya.

"Aku bertengkar sama Heri kak, dia ketahuan selingkuh sama bak Lastri" Farhan terdiam. Telinganya masih normal tidak mungkin pendengarannya salah apalagi Randy yang sedari tadi menguping. Wajah Randy mulai mengeras akalnya tak lagi bekerja dengan baik, apalagi yang bersangkut paut dengan Alvaro yang memang musuh bebuyutnya.

Kata persaudaraan tidak lagi berlaku pada Randy. Randy langsung mengendarai sepeda motornya mencari keberadaan Alvaro. Tepat sasaran Randy melihat motor Alvaro dicafe dekat sekolah.

Tanpa memikirkan dengan orang-orang yang ada di cafe itu, Randy langsung memukul Randy yang sedang berkumpul dengan Aldo dan Devan.

Alvaro yang terkejut mendapatkan serangan tiba-tiba menoleh pada pelakunya, begitupun juga denga Devan dan Aldo. Alvaro berdiri dengan santainya lain dengan Randy yang sedari tadi menahan emosi.

"Lho habis dicampakin Nadin? Gak ada angin gak ada hujan mainnya tonjokan, ini wajah bro bukan dinding" sebenarnya ini bukan sifat Alvaro jika disuruh memilih musuh atau saudara? Alvaro pasti akan memilih saudara. Tapi Randy lebih dulu mengibarkan bendera perang untuk Alvaro. Belum sempat Randy menjawab pelayan Cafe mendatangi mereka melihat kericuhan dalam Cafe.

"Maaf mas sekali lagi kalau ingin membuat keriuhan jangan disini, jangan sampai membuat tak nyaman orang-orang yang ada disini" Randy melihat dirinya yang telah menjadi tontonan langsung meminta maaf pada pelayan cafe.

"Maaf mas kalau kedatangan saya membuat penghuni cafe merasa tak nyaman, dan lho kita selesaikan diluar" Alvaro mengangguk mantap mengikuti langkah Randy begitupin juga dengan Aldo dan Devan juga ikut Alvaro.

Tak jauh dari cafe Randy menghentikan langkahnya, menatap Alvaro sinis penuh kebencian. "Lho gak usah bicara Nadin, kali ini tidak ada kaitannya sama sekali dengan Nadin, tapi nyokap lho" tudingnya. Alvaro mengernyitkan dahinya bingung.

"Apa maksud lho bawa-bawa nyokap gue?"

"Apa yang lho masih banggain dengan nyokap lho itu? Sama sekali tidak punya malu dan harga diri" pukulan langsung mengenai perut Randy.

Jangan kira dengan kelakuan Lastri yang seperti itu tidak akan membuat Alvaro benci, Alvaro hanya sedikit marah.

"Lho kalau punya masalah sama Nadin jangan bawa nama tante lastri dong" Alvaro langsung mengangkat tangannya pada Aldo dan Devan yang berarti untuk diam. Randy bangun dan membalas pukulan Alvaro, Aldo yang tidak jauh dari Alvaro langsung membantahnya untuk berdiri.

"Lho gak apa-apa Al?" Alvaro mengangguk membalas ucapan Aldo. Alvaro menghampiri Randy sambil memegang perut yang sakit akibat pukulan Randy.

Tangannya sudah mengepal kalau Randy tidak membuka suara tangan itu telah mendarat pada Randy.

"Lho gak apa-apa buat Nadin benci sama gue? tapi kalau lho mengusik kehidupan gue apalagi nyokap, gue gak akan segan-segan untuk ngehancurin lho, gue bersumpah lho mati ditangan gue," Alvaro sangat geram dengan Randy yang sedari tadi hanya basa-basi.

"Bacot lho, langsung ke intinya deh gue gak punya banyak waktu"

"Nyokap lho selingkuh sama bokap gue, dan karena tante Lastri nyokap gue bertengkar hebat. Lho bisa gak sih Al gak ngusik kehidupan gue" teriak Randy tepat didepan wajah Alvaro yang mematung. Randy langsung menghajar Alvaro.

"Anjing... gue benci sama lho, lho itu sepupu atau apa hah? Nadin lho rebut, papa gue juga lho rebut, kebahagiaan gue juga lho rebut" Randy menghajar tanpa ampun dan Alvaro yang sama sekali tidak melawan. Aldo dan Devan juga ikut mematung mendengar semua ocehan Randy.

Aldo menarik tangan Devan yang masih diam mematung melihat Alvaro yang sudah tidak berdaya, titik kesalahannya memang ada di nyokap Alvaro tapi Aldo tidak bisa membiarkan Alvaro mati ditangan Randy.

"Lho mau bunuh anak orang? Sudah tidak waras lho?" Aldo menjauhkan Randy dari Alvaro, Devan membantu Alvaro untuk berdiri.

"Yang salah tante Lastri bukan anaknya, sebaiknya lho menyelesaikan masalah itu dengan kepala dingin bukan amarah seperti ini"
*@*

ALVERATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang