Chapter 6

19.9K 1.1K 1
                                    

APOV

Gue sempet berpikir itu kan tempat sepi kenapa dia pengen kesana, berbagai pertanyaan muncul di otak gue .

"STOP! "Ucap prilly.

Gue yang kaget langsung ngerem mendadak alhasil hampir aja jidat gue kena stir mobil, saat gue mau bicara tiba -tiba aja si cewe jutek itu udah keluar mobil dengan wajah yang garang.

Gila tuh cewe udah nyuruh gue ngrem ngedadak maen nyelonong aja, batin gue.

Gue perhatiin dia pergi kearah mobil hitam gue lihat lihat kayanya itu mobil mamanya, tapi kenapa dikelilingi orang berbadan besar dan kenapa orang itu seperti mau merampok paksa.

Gue lihat prilly berantem, gila tuh cewe berantem udeh kaya jagoan aja gue aja kayanya ga bisa kaya gitu. Tapi gue lihat saat dia berantem sekaligus 2 orang depan dia ada yang nyodorin pisau gue bingung gue harus ngapain.

Bego, gue kan laki kenapa gue diem dimobil ngeliatin dia nanti disebut pecundang lagi.

Gue pun keluar dari mobil, gue cari-cari alat buat bantu.

PPOV

Panik ,cemas, bingung, lemes semua jadi satu setelah aku terima telpon bahwa mamah dan pak pram supirku dihadang oleh ke 4 orang berbadan besar aku tak tau harus apa dan bagaimana.

Setelah aku lihat dari jauh mobil mamah tanpa peduli apapun aku teriak stop, aku lihat sekilas wajah ali kaget tapi aku tidak memperdulikannya. Tanpa pikir panjang aku langsung keluar dari mobil dan ku hampiri mobil mama.

Aku menarik salah satu pria dari dekat mobil mamaku, ku hantam dia dengan tonjokanku ku lihat di tersungkur. Setelah itu ku lihat 2 orang mendekat ,aku menghela nafas panjang ,aku siap dengan kuda-kuda mereka berdua hendak memukul ku tapi sebelum mereka memukul ku , aku sudah mengunci kedua tangan mereka dengan tanganku.

Aku melotot dan terpaku pada satu pria itu, bagaimana tidak satu orang pria didepanku dengan pakaian yang sama dengan mereka sedang memegang pisau tajam, aku menelan ludahku aku bingung jika aku melepaskan kedua tangan ini dan menghajar orang yang sedang memegang pisau aku pasti terkena pukulan dan pasti tersungkur kebelakang, tapi kalo aku menghajar mereka pasti pisau itu mengenaiku.

Ssetelah cukup lama aku berpikir singkat dengan perasaan tak karuan ,aku memejamkan mata sebentar dan membuka mataku sambil melihat kedua orang yang tangannya tetap ku pegang dengan segera aku menendang keduanya hingga tersungkur aku pikir setelah ini pasti pisau itu menusuku tapi yang kulihat bukan mereka berdua yang tersungkur tapi 3 orang aku membelakakan mataku tak percaya setelah itu langsung saja aku menoleh kebelakang ternyata.

"ALI" Ucapku tak percaya.

Kulihat dia hanya menaikan satu alisnya, sialnya saat aku sedang bertatapan dengannya aku tersungkur kebelakang ternyata diantara mereka ada yang menendang perutku. Aku langsung bangkit sebelum aku menghajar mereka kulihat ali menegang wajah nya seperti terlihat panik.

"CEPAT KEDALAM MOBIL SEKARANG" Teriakku kepadanya, tanpa menjawab ucapanku kulihat dia masuk kedalam mobil.

Sial kedua kalinya diantara mereka ada yang menonjok sudut bibirku dan menedang perutku, aku rasa sudut bibirku berdarah .

"Ternyata cuma berani keroyokan lo semua , banci! Bilangin ke bos lo itu gue tantangin dia " ucapku tertawa sinis.

Tanpa babibu ku tonjok mereka dan menendang mereka, tapi sial ke tiga kalinya ketika aku sedang mencoba menendang salah satu diantara mereka ada salah satu dari mereka yang menendang kakiku dulu hingga aku benar benar jatuh mengenai jalanan.

Kulihat tangan ku mengeluarkan darah segar. Ini sakit melebihi yang kemaren, perih.

Saat aku hendak berdiri kulihat ali membuka pintu mobil, "Jangan keluar mobil gue bisa ngatasin cepat kedalam mobil lagi" kataku berteriak. Dan benar dia masuk lagi kedalam mobil.

Disaat aku ingin berdiri tiba-tiba sirine polisi mendekat, aku tak ingin melepaskan kesempatan ini diantara mereka berempat kutarik bajunya dan menonjoknya tapi saat aku memegang kerahnya dia menekan luka dibagian tanganku sehingga tanganku melemah kurasakan benar benar sakit .

Aku yang tak kuat menahan sakit ditanganku langsung ku lepaskan tanganku dari kerahnya, dia berlari menjauh dan mendekati mobil yang tadi sudah dimasuki teman temannya.

"SIAL MEREKA LOLOS LAGI!" kataku berteriak.

"Mereka mana? Lolos lagi?" Ucap salah satu polisi itu.

"Iya om, sial padahal tadi tinggal prilly sered kedepan om dan menjadi saksi buat sibrengsek Rio itu" ucapku.

"Sekarang lebih baik kamu pulang, lihat lukamu sepertinya dalam dan awas nanti infeksi" ucap polisi itu sambil mengelus rambutku.

Aku tersenyum " iya om makasih ya"

"Kalo ada apaapa telpon om, kamu dan mamamu sudah menjadi tanggung jawab om juga. Oh ya semingguan lagi ricky pulang kamu sudah tau? "

"Iya , tadi malam ka ricky nlpon om."ucapku senyum.

"Dia akan bantu kamu untuk menjaga mamamu dan kamu "

"Makasih om udah sayang sama mamah dan aku"ucapku lirih, jika sedang seperti ini aku selalu teringat papa yang sudah tidak ada .

"Jangan sedih dong, om sudah menganggap kamu anak om" ucapnya memelukku.

"Yaudah ily pulang dulu om" ucapku mengusap air mataku dan melepaskan pelukan omku.

EverythingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang