Chapter 20

18.1K 954 5
                                    

Saat berjumpa denganmu.
Oh suasana berubah.
Mata tak lepas darimu.
Begitupun juga hatiku.

Ali sedang bermain gitar dan menulis lirik lagu,dia menyempatkan diri untuk bersantai. Sebenarnya bernyanyi, bermain gitar dan menciptakan lagu itu sudah menjadi keahlian Ali. Ali juga sering bernyanyi jika diundang dalam suatu acara namun Ali bernyanyi bukan lagu atau ciptaannya sendiri melainkan menyanyikan lagu orang lain.

"Ga syuting lagi?" Tanya seseorang dibelakang Ali, Ali menoleh dan tersenyum.

"Ga ka ,gue pengen santai-santai dulu entar siangan gue ke rumah sakit lagi" jelas Ali.

Kaia duduk disebelah Ali "prilly belum sadar juga?" Tanya Kaia, Ali hanya mengangguk dan bermain gitarnya kembali.

"Di tv banyak banget yang nyiarin lo disana-sini, mulai dari lo yang dirumah sakit, ga syuting, terus nolak ke acara sana sini" jelas Kaia.

Ali berhenti bermain gitar berpikir sejenak mengambil nafas "Gue emang artis ka tapi apa gue salah kalo gue juga butuh privasi? Ga semua kehidupan gue harus semua orang tau, gue juga manusia biasa ka yang butuh privasi terutama buat nanti kehidupan gue kedepannya" ucap Ali.

Kaia sekarang tau apa yang dipikirkan Ali, adiknya satu-satunya ini sekarang sudah mulai dewasa, sudah mulai tau apa yang harus dia perbuat. Kini adiknya itu bukan anak kecil lagi tapi menjelma menjadi dewasa yang selalu berani menaruh dunia kedalam genggamannya.

"Pengaruh besar Prilly bisa masuk kedalam kehidupan lo" ucap Kaia.

"Bukan ka, gue cuma mikir Prilly cewe aja bisa tegar ngadepin dunia nya sendiri yang menurut gue ekstrim masa gue ga bisa" ucap Ali tersenyum, Kaia menoleh kearah Ali dan tersenyum begitu juga sebaliknya. Ali kembali membuka catatannya dan membawa kembali gitarnya.

Aku harapkan semuanya.
Membantu ku mendapatkan dirinya.
Kawan coba kau rasakan.
Yang kurasa.
Mungkinkah dia cinta kepadaku.
Itulah yang kuharapkan.
Sobat ayo kau katakan padanya.
Ini dia.

"Bagus li, kenapa ga di rilis aja atau dijadiin album gitu kaya tante Dila kan lo sendiri yang produserin" tanya Kaia, Ali kembali berhenti nemainkan gitarnya.

"Gue takut ga bisa bagi waktu aja ka, nanti kalo gue bisa bagi waktu gue juga mau bikin album walaupun mini ka" ucap Ali.

"Li..." ucap Kaia, Ali menoleh kearah Kaia, Ali bisa melihat jika ada sesuatu yang ingin kakanya itu bicarakan.

"Ngomong aja, kayanya penting" balas Ali, Kaia tersenyum malu.

"Alfian li" ucap Kaia.

"Kenapa sama kesayangan lo itu?" Tanya Ali.

"Emm..emm.. kata Alfian dia mau gue sama dia tunangan" ucap Kaia pelan, Ali menatap Kaia serius.

"Lo biasa aja kali ngeliatinnya" ucap Kaia saat melihat Ali melihatnya dengan tatapan yang tak biasa.

Sekilas Ali tersadar dan tersenyum.

"Selamaaaat kaka gue yang paling jahil" ucap Ali dan memeluk Kaia, Kaia yang awalnya kaget membalas pelukan adiknya.

"Jadi kapan?" Ucap Ali melepaskan pelukannya dan menatap Kaia.

"Kapan apa?" Tanya Kaia heran, Ali menepuk keningnya kakanya itu benar-benar tidak peka.

"Lo lah tunangannya gimana sih, lo mau tunangan juga oonnya ga ilang-ilang"

Kaia mengerucutkan bibirnya "Gue kan ga ngerti bego, katanya sih semingguan lagi dia cuma mau ngiket gue aja soalnya dia mau ke singapore dua bulan disananya mau ngurus kerjaan bokapnya dulu sambil belajar juga katanya"

EverythingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang