Chapter 27 - With you

20.3K 914 16
                                    

"Maaf pak saya terlambat" ucap Prilly masih terengah-engah.

Pak Rudi, dosen paling killer dan paling tua menurut para mahasiswa Psikolog. Dengan kaca mata yang selalu ia gunakan, pakaian yang rapih dan berbicara seolah paling benar.

"Dari mana saja anda hm.. anda tau ini jam berapa?"

Prilly menatap dosen nya dengan tatapan ragu, jika dijawab bangun kesiangan sudah dipastikan dia tidak boleh masuk kelasnya dan sudah dipastikan juga tugas menanti.

"Permisi pak, maaf tadi Prilly bantuin saya mengantarkan buku yang bapa suruh ke perpustakaan" Prilly tercekat kaget, seorang laki-laki perawakan atletis dan nada bicaranya yang sopan membelanya. Siapa lagi kalau bukan Ringgo.

"Benar itu Prilly Latuconsina?" Tanya dosen, Ringgo menyenggol lengan Prilly.

"Ehh i...iya pak " jawab Prilly ragu.

"Yasudah kalian boleh duduk, kita lanjutkan lagi"

Prilly berjalan menuju tempat duduknya sisamping Gritte, dan dibelakangnya yang bertempat duduk Ringgo.

"Gue tau lo bangun kesiangan kan?" Ucap Gritte berbisik pelan.

"Ko lo tau?" Balas Prilly sambil mengeluarkan bukunya.

"Gritte gituloh" Prilly mendelik malas, selalu saja seperti itu.

***

Action

"Aku ga mau liat muka kamu lagi, sekarang kamu pergi"

"Ini tidak seperti yang kamu lihat Digta, kamu percaya sama aku"

Perempuan itupun memohon dan bersujud.

"Aku bilang pergi..pergi.. atau aku akan suruh satpam untuk mengusirmu"

"Tapi Digta.."

"PERGI"

CUT

"Oke bagus, istirahat dulu" ucap sutradara.

Ali nengambil air minum yang diserahkan asistennya, dan berjalan ke tempat duduk.

"Ali" Alk tak perlu menoleh, dia sudah tau akan suara itu. Suara yang selalu membuat Ali jengah dan kesal. Kekesalannya bertambah karena sekarang main lawannya disinetron ini juga Dia, siapa lagi kalau bukan Febi.

"Ali tadi gimana acting aku baguskan?" Ali hanya mengangguk.

"Kamu udah makan?" Ali menggeleng.

"Makan bareng aku yu, tadi aku masak lo"

Ali berdiri, tanpa menghiraukan ocehan Febi dia melangkah kan kakinya, dia benar benar jengkel dengan Febi. Dengan segera Febi meraih pergelangan tangan Ali dan ikut berdiri.

"Li"

Ali melepaskan tangan Febi dari pergelangan tangannya dan membalikan tubuhnya menghadap Febi.

"Kenapa" tanya Ali sebiasanya, cuek.

"Kenapa kamu ga bisa ngeliat aku?"

Ali mengerutkan keningnya "Maksud lo?"

"Kenapa kamu ga pernah ngeliat aku yang udah ngasih hati aku sepenuhnya buat kamu" Ali menghela nafas panjang.

"Feb, disini" Ali menunjukkan jarinya pada dadanya, seakan pada hatinya "Ga lebih nganggep lo dari partner kerja. Gue harap lo tau maksud dari ucapan gue"

"Apa kamu ga bisa ngebuka hati kamu buat aku?"

"Sekarang gini, lo mau ada orang yang pura pura sayang dan cinta sama lo? Ga kan? gue ga mau lo berlebih ngarepin gue"

EverythingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang