Chapter 7

21.1K 1K 4
                                    


Ku lambaikan tanganku pada om yang mengenakan kendaraan polisi, setelah itu kulangkah kan kakiku pada mobil mama. Rasa sakit, perih dan bahagia bersatu. Sedih dan perih yang kurasakan, aku tak munafik jika tangan ku benar benar sakit rasanya begitu menusuk sampai aku tak sadar aku mengeluarkan air mata tapi rasanya itu tak seberapa jika ku bayangkan bagaimana aku sampai telat menyelamatkan mama.

Tuhan aku tak ingin dan tak mau mengeluh tapi jika boleh aku meminta bolehkah aku ingin engkau melindunginya , dimanapun dia berada Tuhan aku sangat menyayanginya teramat sayang bahkan jika bisa aku bertukar posisi biarlah aku yang berada di sisi jurang asal mama berada di tengah kebahagiaan , aku tak sanggup jika melihat mama seperti ini terus

Aku menyeka air mataku, menghela nafas panjang sebelum masuk kedalam mobil. Aku membuka pintu depan mobilku, aku tak mau membuat mama sedih jika aku menatap mukanya dan menanyakan kenapa seperti ini karena jika ku pertanyakan sekarang aku tak bisa mengendalikan emosiku dan ku pastikan mama pasti tambah sakit.

"Pak, mobil mama biar ali yang bawa, bapa bawa mobil ali aja" ucapku setelah duduk di jok depan sebelah supir.

"Baik non" ucap pa pram.

"Li bawa mobil ini biar mobil lo pa pram yang bawa" ucapku tanpa menoleh kearah belakang.

Aku memdengar ali membukakan pintu mobilnya , dan langsung duduk di sebelahku di bangku stir.

"Sayang kamu ga papakan? Luka kamu harus segera diobati" ucap mamaku, ingin sekali aku bertanya panjang lebar tapi aku takut menambah sakit hati mama dan ku putuskan untuk menggeleng dan diam.

"Kita ke kantor sekarang" ucapku.

Kulihat ali hanya mengangguk, dan segera berangkat ke kantor mama.

Setelah kurang lebih 20 menit mobil hitam milik mama berhenti di sebuah parkiran khusus, aku menarik nafas panjang dan membuka pintu mobil.

"Pril" ucap ali dengan menahan tanganku.

Aku menoleh, mengangkat sebelah alisku dan menatap tangannya yang memegang tanganku.

"Lo yakin mau masuk ke kantor? " ucapnya dengan nada pelan, aku hanya menatapnya ,tidak menjawab, aku hanya ingin dia menyelesaikan pembicaraannya.

"Lihat tuh tangan lo banyak darah, apalagi muka lo memar-memar kaya gitu" ucapnya pelan.

"Gue bawa jaket ditas gue, gue juga bawa topi" ucap ku datar.

"Lo keluar terus masuk ke kantor, kalo lo mau selamat" lanjutku.

Aku yakin dia pasti heran dengan pembicaraanku , tapi aku tak memikirkannya . Aku membuka tas ku dan mengambil sweeter panjangku rasanya sakit ketika sweeterku menyentuh tanganku yang luka tapi ku tahan dengan menggigit bibirku.

Aku keluar dari mobil mama, kulihat mama keluar dari mobil dan disusul dengan ali yang memakai hodie nya dan kaca mata hitamnya.

Aku masuk kedalam kantor, semua menunduk ketika aku mama dan ali masuk tapi tak jarang juga ada yang melihatku sudah kupastikan mereka melihat wajahku yang memar-memar.

Aku berjalan, dengan mama tetap ditengah antara ali dan aku. Setelah naik lift dan melewati ruangan ruangan aku sampai didepan pintu dengan tulisan "KETUA DIREKTUR" sebenarnya aku sudah lama tidak masuk ke ruangan ini semenjak papa tiada, karena jika aku masuk aku selalu merindukan papa.

Aku menghela nafas panjang, aku harus yakin aku bisa ga boleh cengeng lagi. Mama membuka pintu ruangan tersebut, ali pun masuk tapi kulihat mama melirikku dengan rasa yang bercampur aduk akupun masuk.

"Kamu duduk disofa aja ya sayang sama ali, kamu mau makan apa? Atau minum apa ? Nanti mama delivery aja ya ke kantor " ucap
mamaku dengan berjalan kearah tempat duduknya.

EverythingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang