Bab 15

2.5K 268 39
                                    


"Jadi bisa katakan pada saya kenapa kamu berlarian ditengah hujan deras seperti tadi?"

Kini Ali dan Prilly sedang duduk bersantai di ruang tamu yang ada di apartemen Ali. Luasnya nyaris setengah rumah Prilly, benar-benar luas sekali hanya untuk sepetak ruang tamu.

Prilly menyesap coklat hangat yang pria ekhem Ali pria ini bernama Ali mereka sudah berkenalan tepatnya Prilly yang menanyakan nama pria itu sedangkan Ali sendiri sudah mengetahui namanya saat kejadian di bandara tempo hari.

Prilly meletakkan mug ditangannya lalu menoleh menatap Ali. "Hanya ada kejadian kecil." Prilly nyaris mengigit lidahnya sendiri, sahabatnya tidur dengan mantan kekasihnya adalah kejadian kecil? Mati saja.

Prilly menghela nafasnya, sekarang ia mulai memahami perubahan Dimas selama satu minggu ini ternyata pria itu sedang merajut kasih dengan sahabatnya atau tepatnya mantan sahabatnya.

Prilly tidak pernah menyangka jika peristiwa menyedihkan ini akan ia alami. Sandra, sahabat yang sudah ia anggap seperti saudaranya sendiri tega menusuk dirinya seperti ini.

Ali menatap dalam wajah sendu gadis manis disampingnya ini. Ia tahu telah terjadi sesuatu yang buruk pada Prilly.

"Semisalnya.." Ali menaikkan sebelah alisnya tatkala Prilly kembali membuka suara. "Semisalnya pacar kamu menyelingkuhi sahabat baikmu apa yang akan kamu lakukan Mas?" Prilly menoleh menatap Ali hingga pandangan mereka bertemu.

Ali tak langsung membuka suaranya ia selami mata coklat terang milik gadis ini, Ali baru tahu jika mata bening ini mampu menenggelamkan dirinya. Ali terhanyut di dalamnya, Ali akui tatapan mata Prilly mampu membius dirinya.

"Akan aku balas mereka dengan perselingkuhan yang lebih hebat." Jawab Ali tanpa mengendurkan tatapannya meskipun kening Prilly terlihat berkerut setelah mendengar jawaban darinya.

Ali terkekeh pelan tangannya kembali terulur untuk menyentuh kening Prilly menghilangkan kerutan yang ada di sana.

Prilly tak menepis tangan Ali yang seenaknya menyentuh keningnya.

"Aku tidak keberatan kau jadikan alat untuk membalaskan dendam pada sahabat dan pacar yang bermain gila dibelakang mu itu." Mata Prilly membulat sempurna, darimana pria ini tahu?

Tawa Ali kembali terdengar. "Matamu sudah menjelaskan semuanya. Jadi bagaimana?" Ali menjauhkan tangannya dari kening Prilly.

"Aku sungguh-sungguh tidak keberatan dengan apa yang aku katakan tadi." Ali kembali menawari kesepakatan yang menurut Prilly sangat tidak masuk akal.

Bagaimana mungkin pria di hadapannya ini bisa menawarkan diri untuk dijadikan alat balas dendam? Apa pria ini waras?

"Apa aku boleh tahu siapa kekasih atau mantan kekasihmu itu?" Ali kembali bertanya ia menyukai ekspresi terkejut Prilly. Menggemaskan.

"Dimas." Prilly tidak tahu kenapa ia bisa seterbuka ini pada laki-laki yang baru ia kenal itu. Entahlah, Prilly hanya merasa Ali bukanlah laki-laki yang mesti ia takuti. Bersama laki-laki ini Prilly merasa terlindungi.

Entahlah..

Senyum Ali kembali mengembang lebar. "Dan apakah wanita yang ia jadikan selingkuhannya bernama Sandra?"

Bola mata Prilly nyaris keluar ketika Ali menyebutkan nama Sandra. "Darimana Mas tahu?" Tanyanya tanpa repot-repot menahan suara, ia memekik sekuatnya bukannya marah Ali justru tertawa.

Kening Prilly kembali berkerut saat Ali tiba-tiba menyodorkan tangan kearahnya. Kenapa tiba-tiba laki-laki ini mengajaknya salaman?

Ali menggerakkan alis tebalnya memerintahkan Prilly untuk menjabat tangannya. Dengan wajah bodohnya Prilly melakukan apa yang laki-laki itu perintahkan.

Setelah tangan mereka saling bersentuhan, senyum Ali kembali mengembang lebar. "Perkenalkan Aliandra Prasetya Gunawan pemilik gedung yang ingin kamu sewa sekaligus sepupu dari mantan kekasihmu."

Prilly merasa kepalanya seketika berputar, ini pasti mimpikan? Kenapa seharian ini berbagai kejutan tak menyenangkan terus menyapa dirinya.

"Aku lelah mau tidur aja." Lirih Prilly sebelum tubuh mungilnya oleng nyaris terjerembab ke lantai jika Ali tak sigap menahannya.

Kenapa kejutan untuk Prilly datang bertubi-tubi?

***

Pukul 12 malam Prilly tersentak entah ia benar-benar tertidur atau pingsan hanya dirinya dan Tuhan yang tahu.

Satu hal yang pasti Prilly tidak bisa menyembunyikan keterkejutannya saat melihat laki-laki berwajah tampan yang katanya sepupu Dimas berbaring tenang disebelahnya.

Demi Tuhan seumur hidupnya baru kali ini Prilly berbagi ranjang dengan laki-laki terlebih mereka baru saling mengenal beberapa jam yang lalu bahkan bersama Dimas yang bertahun-tahun sudah saling mengenal tak Prilly perbolehkan pria itu naik ke ranjangnya.

Tapi ah akhirnya Prilly sadar mungkin karena tak pernah ia izinkan Dimas naik ke ranjangnya selama mereka berpacaran menjadi salah satu alasan laki-laki itu menyeret Sandra ke dalam hubungan mereka.

Prilly tersenyum miris saat kembali mengingat bagaimana Dimas memuji kehebatan Sandra di ranjang beberapa jam yang lalu. Laki-laki itu terlihat puas dan bahagia kini Prilly sadar jika dirinya juga turut andil dalam perselingkuhan Dimas.

Melirik laki-laki yang terlelap di sampingnya membuat Prilly berpikir, mungkinkah jika dulu ia memberikan tubuhnya pada Dimas, laki-laki itu tidak akan berbuat curang seperti ini?

Akankah hubungannya dengan Dimas bertahan jika mereka saling berbagi kehangatan di ranjang? Mungkinkah?

Tiba-tiba saja setan berbisik ditelinga kirinya, kenapa tak ia coba berbagi kehangatan dengan pria ini? Dimas pasti akan sangat sakit hati jika mengetahui dirinya tidur dengan sepupunya sendiri.

Bukankah itu cara paling ampuh membalas perbuatan jahat Dimas?

Prilly buru-buru menggelengkan kepalanya. Tidak! Ia tidak mau melibat Ali dalam permasalahan hatinya. Laki-laki ini tidak bersalah tidak seharusnya ia seret ke dalam masalahnya dan Dimas tapi bukankah Ali sendiri yang menawarkan diri tadi?

Laki-laki ini dalam keadaan sadar menawarkan diri untuk dijadikan alat balas dendamnya pada Dimas jadi bukan salah Prilly jika akhirnya Ali terseret dalam peliknya hubungan dirinya dengan Dimas.

Dengan kasar Prilly jambak rambutnya sendiri. Sial! Kenapa hati dan otaknya justru berperang untuk sesuatu yang tak pernah ia pikirkan selama ini?

Prilly kembali melirik ke arah Ali, Prilly akui ketampanan Dimas jelas tak ada apa-apanya dengan ketampanan Ali yang bisa dikatakan nyaris mendekati kata sempurna itu.

'Nggak apa-apa kali ya gue lepas perawan sama laki-laki titisan dewa ini? Gantengnya kurang ajar banget!'

Prilly mengigit bibirnya pelan sebelum dengan kesadaran penuh Prilly melemparkan dirinya keatas Ali yang terkejut bukan main saat Prilly tiba-tiba menindih tubuhnya.

"Apa yang-- hmmppp!!"

'Semoga besok gue nggak menyesali keputusan gila gue malam ini' doa Prilly didalam hati.

*****

Sejarah CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang