Bab 19

2.2K 275 31
                                    


Prilly keluar dari kamarnya setelah beberapa jam menghabiskan waktunya untuk tidur sejak semalam ia memang kurang tidur bukan?

Sudah, jangan bahas lagi perihal kegilaannya tadi malam! Prilly sudah sadar jika apa yang ia lakukan salah tapi ia tidak menyesali apapun yang telah ia berikan pada Ali.

"Kaki kamu sudah baikan Nak?" Prilly tersenyum pada orang tuanya. "Sudah lumayan Bu." jawabnya dengan menatap pergelangan kakinya yang jauh lebih baik dari pada tadi pagi.

Sepertinya pijatan Mak Leha benar-benar ampuh.

"Kerjaan kamu gimana Nak?" Salwa terus bertanya tanpa menoleh menatap putrinya.

"Gedungnya udah dapat Bu tinggal kesepakatan dengan pemiliknya aja." Dan Prilly yakin si pemilik gedung tidak akan mempersulit dirinya setelah apa yang sudah ia berikan tadi malam.

Oh sial! Kenapa otaknya kembali menyerempet ke sana?

Prilly buru-buru mengalihkan perhatiannya pada bakwan jagung yang Ibunya sediakan di atas meja makan. "Bapak kemana Buk?" Tanyanya saat tak melihat Ayahnya di dalam rumah.

"Bapak ke rumah Pak Lurah ada perlu katanya." Prilly mengangguk saja. Selain alasan yang tempo hari Prilly uraikan perihal kesenangan orang tuanya tinggal disini, keakraban sesama tetangga juga terasa sangat kental di sini.

Meskipun baru satu minggu menetap disini Prilly akhirnya tahu apa yang membuat kedua orang tuanya lebih memilih tinggal di tempat sederhana ini daripada ia belikan rumah baru di perumahan elit di tengah kota.

Sekarang Prilly tak lagi memaksa orang tuanya untuk tinggal di perumahan elit karena ia sendiri juga sudah betah tinggal disini. Prilly tak perduli dengan karirnya yang di cemerlang di mancanegara toh tinggal di tempat sederhana bukanlah suatu kesalahan.

Lagipula Prilly tidak akan membawa kepopulerannya di sana untuk memajukan usahanya nanti. Prilly benar-benar akan memulai semuanya dari nol tapi jika ada yang mengenalnya sebagai perancang busana artis dunia itu terserah pada mereka karena yang pasti Prilly saat ini hanya seorang perancang busana biasa.

Prilly juga tak berniat mengontrak artis-artis papan atas untuk menjadi modelnya karena Prilly lebih memilih menjadikan butiknya masuk ke dalam semua kalangan tak hanya untuk mereka-mereka yang berada di kalangan atas saja.

"Sayang.."

Prilly mengerjap ketika merasakan sentuhan Ibunya pada tangannya. "Kamu baik-baik saja?" Tanyanya dengan wajah khawatir.

Prilly tahu kenapa Ibunya bertanya seperti ini pasti karena beliau akhirnya tahu perihal kandasnya hubungan dirinya dengan Dimas.

"Sangat baik Bu." Jawabnya tak berbohong setelah bertemu dengan Ali semuanya memang baik-baik saja.

"Dimas dan Sandra benar-benar tega sama kamu Nak." Mata Salwa sampai berkaca-kaca menatap putrinya. "Ibu benar-benar benci sekali sama mereka." Ucap Salwa dengan wajah penuh kebencian.

"Nggak usah Bu yang ada Ibu capek hati, buang-buang waktu Ibu benci sama mereka. Prilly justru bersyukur Bu."

"Kenapa?"

"Karena Tuhan terlebih dahulu memperlihatkan belangnya Dimas sebelum kami benar-benar nekat berumah tangga." Ini adalah sisi baik yang sangat Prilly syukuri. Ia tak bisa membayangkan jika setelah menikah Dimas melakukan hal ini Prilly pasti akan gila.

Tapi sekarang ia kehilangan Dimas memang tapi Tuhan mengirimkan Ali untuknya meskipun ia jadikan pelampiasan sakit hatinya alat balas dendam jika pria itu katakan tapi sungguh Prilly tidak akan menolak jika Ali benar-benar ditakdirkan untuk bersama dirinya.

Prilly percaya Ali adalah laki-laki baik dan semoga saja laki-laki baik itu menjadi miliknya. Tolong aminkan!

"Jadi--"

"Prilly baik-baik saja Buk tidak ada yang perlu Ibu khawatirkan hanya saja." Prilly sengaja menjeda perkataannya membuat kening Salwa mengerut. "Hanya saja apa?"

"Tolong Ibu usir setiap Dimas berusaha menginjakkan kakinya dirumah kita seperti tadi karena sudah tidak ada sesuatu di antara Prilly dan Dimas yang mengharuskan pria itu menemui Prilly Buk." Salwa tentu saja setuju tanpa putrinya minta pun ia akan melakukan hal itu.

Cukup tadi saja ia kecolongan tapi bukan salahnya juga toh ia tidak tahu jika mantan pacar putrinya itu sudah menyakiti putrinya sampai seperti ini.

"Apapun akan Ibu lakukan untuk mengusir pria itu tidak hanya dari rumah kita tapi juga dari hidup kamu." Ucap Salwa penuh keyakinan. "Salah satunya dengan menikahkan kamu dengan laki-laki lain supaya pria itu benar-benar mundur dari kehidupan kamu Nak."

"Hah?!"

Ya Tuhan apa lagi ini?

***

Dengan hati berdebar Sandra mengetuk pelan pintu ruangan Ali saat tak melihat keberadaan asisten pribadinya di meja yang ada di dekat pintu ruangan Bos besar itu.

Sandra benar-benar merasa bodoh sekarang kenapa tak ia cari tahu dulu kebenaran tentang silsilah keluarga Dimas andai saja ia tahu Dimas bukan pewaris perusahaan ini maka ia tidak akan berlaku bodoh dengan menjerat pria itu.

Sial!

Sandra kembali mengetuk pelan pintu dihadapannya sampai suara berat khas lelaki dewasa terdengar menyahut dari dalam. Senyum Sandra langsung mengembang lebar sebelum ia benar-benar membuka pintu ruangan itu dengan segera ia membuka dua kancing kemeja ketat yang ia kenakan.

'Syukur-syukur kalau Bos besar tertarik sama dada montok gue.'

"Permisi Pak." Sandra nyaris sesak nafas saat melihat seorang laki-laki yang ketampanannya jauh di atas Dimas sedang berkutat dengan laptop di hadapannya.

Demi Tuhan pria ini tampan sekali Dimas jelas nggak ada apa-apanya.

"Kenapa kamu bengong disitu? Masuk!"

Suara beratnya benar-benar membuat bagian intim tubuhnya berdenyut. Sial! Pria ini begitu panas.

Ali melirik sekilas bawahan yang menjadi perusak hubungan antara Dimas dan Prilly sedang menatap lapar dirinya. Berdecih sinis, Ali benar-benar tak habis pikir dengan selera sepupunya itu.

"Ada apa?" Ali menutup laptop miliknya lalu memfokuskan tatapannya pada wanita yang terlihat berdiri begitu gelisah di depan mejanya.

Ali bukan tak tahu maksud pandangan wanita ini yang berusaha menggoda dirinya namun sayang sekali Ali lebih menyukai tatapan sendu namun berbisa milik Prilly, wanitanya.

Ah, tiba-tiba Ali merindukan wanitanya itu.

"Begini Pak--"

"Tunggu sebentar saya harus menghubungi kekasih saya dulu." Sandra nyaris menganga ketika laki-laki dihadapannya ini justru memilih mengutak-atik ponselnya daripada menatap dirinya bahkan pria melirik dada montoknya saja tidak.

Sepertinya ia harus mengatur rencana untuk menjerat pria ini meskipun lebih susah daripada menggoda Dimas tapi tidak apa-apa Sandra akan berusaha. Lihat saja ia akan menyingkirkan kekasih Bos besarnya ini.

*****

Selamat malam minggu semuanya..

Siapa aja nih yang malam mingguan di rumah aja? Yok absen biar sama kita 😅😅🤭

Sejarah CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang