Bab 40

2.3K 241 21
                                    


Prilly kembali ke rumahnya esok harinya. Ia terpaksa berbohong pada dua orang tuanya dengan mengatakan dirinya lembur dan harus menginap di butik.

Setelah mengantar Prilly, Ali segera melajukan mobilnya menuju ke kantor dan berjanji akan kembali ke rumah Prilly saat jam makan siang tiba. Ali dan Prilly akan mengungkapkan kejujuran atas kehamilan Prilly dan Ali siap menanggung semua risiko termasuk dihantam oleh Ayah Prilly.

"Kamu sudah pulang Nak? Pasti capek sekali lembur semalaman ya?" Salwa menyambut kedatangan putrinya.

Rasa bersalah semakin menyergap perasaan Prilly apalagi ketika melihat wajah lembut sang Ibu juga senyum hangat sang Ayah.

"Iya Buk." Prilly mendatangi orang tuanya yang sedang duduk manis di meja makan sepertinya mereka baru saja selesai sarapan.

Melihat banyaknya makanan manis juga bubur jagung yang ada di atas meja.

"Ibu bikin bubur?" Tanya Prilly pada Ibunya.

Salwa mengangguk. "Bapak kamu nih tiba-tiba kepengen makan bubur jagung aneh kayak orang ngidam aja Bapakmu ini." Celetuk Salwa setengah bergurau membuat tawa suaminya terdengar.

"Mungkin juga Bapak ngidam jangan-jangan Prilly mau punya Adek lagi." Ramli ikut bergurau kali ini teriakan Salwa terdengar. "Amit-amit jangan sampai Ibu hamil lagi deh Pak malu. Prilly sudah waktunya kita kawinin masak iya Ibu hamil lagi udah ketuaan Prilly-nya untuk punya Adek."Bantah Salwa tanpa memperhatikan ekspresi wajah putrinya yang sudah pucat pasi.

Sebelah tangannya terlihat mendekap erat perut ratanya, seolah Prilly sedang meminta kekuatan pada calon anaknya untuk tetap bertahan. Ia sudah berjanji akan mengakui semuanya nanti siang bersama dengan Ali.

"Sayang.."

Prilly mengerjapkan matanya saat tiba-tiba tangan besar sang Ayah memegang sebelah tangannya. "I--iya Pak?"

"Kamu baik-baik saja?"

Prilly tersenyum lalu mengangguk. "Baik Pak. Oh ya Pak Buk nanti siang bakalan ada yang datang untuk ketemu Bapak sama Ibu." Jelas Prilly yang membuat kening kedua orang tuanya berkerut.

"Siapa?" Tanya mereka serentak.

"Mas Ali." Prilly berinisiatif untuk memperkenalkan Ali pada orang tuanya meskipun hanya sekedar nama dan hal-hal kecil tentang pria itu selebihnya biar Ali sendiri yang menceritakan perihal dirinya pada kedua orang tuanya nanti siang.

Ramli dan Salwa saling tatap sebelum kembali memfokuskan dirinya pada sang putri. "Ali siapa Nak?" Tanya Ramli terlebih dahulu.

Menghela nafasnya Prilly tersenyum kaku pada kedua orang tuanya. "Calon suami Prilly." Jawabnya singkat yang sontak membuat Ramli dan Salwa terkejut.

"Ca--lon suami?" Beo Salwa yang dijawab anggukan oleh Prilly.

"Iya Buk. Prilly dan Mas Ali berencana untuk menikah dalam waktu dekat ini." Prilly mengeratkan dekapannya pada perutnya. Ia mulai kesusahan untuk menahan mulutnya supaya tidak memberitahukan kepada orang tuanya mengenai kondisinya saat ini.

Prilly merasa semakin bersalah karena menyembunyikan perihal kehamilan ini pada orang tuanya.

"Menikah? Secepat itu? Kamu yakin Nak bukankah kamu dan Dimas baru saja selesai."

"Sudah dua bulan yang lalu Buk."

"Iya tapi bagaimana mungkin kamu--"

"Sudah Buk. Jika Prilly ingin menikah kenapa harus kita curigai bukankah menikah adalah ibadah. Seharusnya kita bahagia putri kita menikah dan tidak larut dalam persoalan patah hatinya dengan Dimas." Ramli begitu bijak dalam mengambil keputusan yang membuat Prilly selalu bangga pada Ayahnya.

Ramli menoleh menatap putrinya. "Nanti siang Bapak tunggu calon suami kamu ya Nak?" Ramli menggenggam tangan putrinya lalu tersenyum hangat.

Rasa sakit kembali menerpa ulu hati Prilly, ia benar-benar tidak berguna sebagai anak, seharusnya ia membahagiakan orang tuanya bukan justru sebaliknya.

"Terima kasih Pak. Terima kasih." Bisik Prilly dengan air mata yang mulai berjatuhan.

***

"Ini meeting terakhir sebelum makan siang kan?"

Dani mengangguk pelan. "Iya lepas zuhur nanti sampai malam lo ada meeting dengan investor asing." Jelas Dani yang diangguki oleh Ali.

Mereka saat ini sedang berada di sebuah restoran mewah dimana meeting dengan perusahaan asing yang ingin bekerjasama dengan perusahaan milik Ali dilaksanakan.

Berkat kecerdasan yang ia miliki jelas bukan hal sulit untuk Ali mendapatkan kepercayaan dari perusahaan asing itu. Dan syukurnya proyek triliunan itu berhasil Ali dapatkan.

Saat ini Ali sedang melangkah bersama Dani menuju parkiran dimana mobil mereka terparkir. Ali sengaja meminta Dani membawa mobil kantor karena ia tidak akan kembali ke kantor sampai jam makan siang usai.

Ali ada keperluan penting yang langsung Dani pahami. Apalagi urusan penting Ali jika bukan Prilly, calon Nyonya nya.

Dani terlihat sibuk sekali dengan gadget miliknya, ia benar-benar memfokuskan pikirannya untuk mendapatkan informasi tentang James, ia belum memberitahukan pada Ali perihal Sandra dan James ini. Entah kenapa Dani memiliki firasat jika Sandra dan James tak hanya kenalan biasa.

Melihat sisi kejalangan Sandra yang sudah diatas rata-rata jelas berteman dalam artian sebenarnya tidak ada di dalam kamus wanita ular itu.

Melihat Dani sibuk dengan urusannya membuat Ali mau tidak mau mengeluarkan ponselnya ia ingin menghubungi calon istrinya. Apakah Prilly baik-baik saja setengah hari ini? Soalnya yang Ali tahu tentang Ibu hamil pada umumnya mereka cenderung mual dan pusing bahkan muntah sepanjang hari.

Entahlah, Ali memang tidak melihat Prilly mengeluh mual atau pusing tapi setelah mengetahui wanitanya mengandung entah kenapa Ali tidak bisa tenang jika Prilly tak berada disisinya.

Ali juga terlihat begitu fokus dengan ponselnya hingga tiba-tiba suara seorang wanita yang cukup ia kenal terdengar memasuki gendang telinganya.

"Ali Sayang!!!"

Semuanya terjadi begitu cepat bahkan saat tubuhnya di tubruk oleh sang wanita Ali masih belum menyadarinya begitu saat suara manja wanita itu kembali terdengar Ali tersentak kaget.

"Aurel?"

"Iya Sayang. Ini aku, aku kembali untuk kamu." Bisik sang wanita yang membuat tubuh Ali menegang kaku.

Dadanya berdebar kencang tangannya tak kuasa mendorong Aurel yang mendekap erat tubuhnya
Ya Tuhan tolong ada apa dengan dirinya?

"Aku kangen kamu Sayang... Kamu bahagia aku kembali kan? Ayok kita menikah?"

Menikah?

Aurel wanita yang begitu gigih ia perjuangkan dulu mengajaknya menikah? Kenapa dadanya terasa hangat tapi ketika bayangan wajah Prilly menari-nari di kepalanya Ali merasa ada yang salah.

Ya Tuhan tolong Ali...



**---**

Ini beneran part terakhir yaa..
Aku mau fokus kejar ketikan buat PDf supaya kalian yg udaH po gk terlalu lama nunggu. Doain yaa..

Yang mau list PO sekalian promo silahkan. 081321817808
150k dpt 5 pdf aku buka slot lagi yaa..

Terima ksih jangan sampai kelewatan lagi ya dear..

Sejarah CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang