Bab 21

2.2K 303 29
                                    


"Jadi berkas ini udah lo periksa?"

Ali menoleh sekilas lalu mengangguk pelan. "Udah. Lo cuma perlu rubah beberapa aja udah gue tandain." Jawab Ali sebelum menekuni pekerjaannya kembali.

Sesekali ia terlihat menoleh tepatnya melirik ponsel miliknya yang sejak tadi tidak ada notif dari seseorang yang ia tunggu.

'Apa Prilly nggak jadi datang ya?'

Dani mengerutkan keningnya saat melihat Bos sekaligus sahabatnya yang terlihat sekali sedang gelisah seperti menunggu sesuatu atau seseorang tapi siapa yang Ali tunggu?

"Lo nunggu siapa?"

Ali kembali menoleh menatap Dani. "Kenapa?"

"Gue tanya lo lagi nunggu siapa? Atau lo perlu sesuatu?" Dani kembali mengulang pertanyaannya.

Ali menggeleng pelan. "Lagi nunggu seseorang." Jawab Ali singkat tanpa berniat memberitahukan Dani siapa yang ia tunggu.

"Siapa?" Tanya Dani kepo.

Ali sontak mencibir melihat kekepoan sahabatnya. "Pacar gue." Jawab asal yang membuat mata Dani sontak membulat.

"Lo balikan lagi sama nenek lampir?" Dani benar-benar harus mengatur siasat untuk memisahkan sahabatnya dari nenek lampir jika Ali benar-benar kembali bersama Aurelia.

"Nenek lampir siapa?"

"Tuh si Aurel."

"Aurel bukan nenek lampir." Bantah Ali yang sontak membuat Dani memutar matanya. "Bukan nenek lampir terus nenek apa? Nenek moyang?" Ejek Dani yang mendapat dengusan dari Ali.

Dani ini sejak awal memang menentang hubungannya dengan Aurel entah apa alasannya Ali tidak tahu.

"Gue nggak nunggu Aurel." Ali membenarkan yang membuat mata Dani berbinar. "Jadi siapa? Prilly?" Ali hanya tersenyum kecil sebagai jawaban.

Dani sontak tertawa. "Lo benaran jadi sama cewek cantik itu?" Ali kembali tersenyum kali ini lebih lebar dan Dani jelas memekik bahagia karenanya.

'Asyik! Akhirnya nenek lampir benar-benar didepak dari hidupnya oleh Ali.'

Dan Dani benar-benar bahagia.

"Ya udah gue jemput calon nyonya dulu." Ujar Dani sebelum beranjak meninggalkan ruangan Ali.

Ali terkekeh-kekeh geli melihat reaksi temannya. Sepertinya Dani benar-benar menyukai Prilly menjadi Nyonya menemani dirinya, apa secepatnya saja Ali resmikan Prilly menjadi Nyonya?

Ali merasa hatinya semakin memuncah ketika membayangkan bagaimana hari-harinya jika Prilly menjadi istrinya. Pasti ia akan menjadi suami paling bahagia selain cantik Prilly juga pandai melayani dirinya di ran-- astaga apa yang ia pikirkan?

Ali buru-buru menggelengkan kepalanya. Ia benar-benar berubah menjadi pria mesum sejak percintaan panas yang ia lalui bersama Prilly tadi malam.

Ali kembali memfokuskan pikirannya pada pekerjaan, ia berniat pulang lebih awal dan ingin menghabiskan waktu bersama Prilly tapi ia tidak mungkin melalaikan kewajibannya. Ada puluhan ribu karyawan yang menggantungkan hidup pada perusahaannya.

Di ruangan lain terlihat Dimas yang sejak memasuki ruangannya siang tadi lebih banyak melamun dari pada bekerja. Pria itu benar-benar tidak bisa fokus setelah pengusiran Prilly tadi.

"Sial!" Dimas memukul mejanya dengan keras saat bayangan kebencian Prilly kembali terlintas di kepalanya.

Ia tidak menyangka jika kehilangan Prilly bisa memberi efek begitu buruk padanya. Bukankah ia sendiri yang memilih Sandra dan melepaskan Prilly lalu kenapa sekarang ia justru merasa menyesal dengan keputusannya?

Tidak.

Dimas buru-buru menggelengkan kepalanya, ia sudah bersalah pada kekasihnya Sandra, gara-gara permasalahan dirinya dengan Prilly ia justru mengorbankan kekasihnya. Sandra pasti sedih sekali ia abaikan seperti tadi.

"Kamu dimana Sayang? Maafkan Mas." Dimas segera beranjak dari kursinya berniat mencari Sandra dan meminta maaf pada kekasihnya itu.

Dimas benar-benar bodoh menyakiti kekasihnya hanya karena masa lalu dan ia sangat menyesali tindakan bodoh itu.

***

Tidak ada yang tidak terkejut saat melihat dua orang wanita berparas cantik saling melayangkan tamparan satu sama lain.

Prilly paling benci tindakan kekerasan tapi ia tidak akan diam jika ada yang sudah menyakiti fisiknya.

Plak!

Untuk kedua kalinya Prilly melayangkan tamparan keras pada pipi Sandra hingga akhirnya wanita itu jatuh terjerembab ke lantai.

"APA-APAAN KAMU PRILLY?!"

Suasana semakin menegang kala Dimas keluar dari lift bertepatan dengan tubuh Sandra yang tersungkur ke lantai.

Melihat kehadiran kekasihnya Sandra mulai memainkan aktingnya dengan begitu memukau. Wanita itu menangis terisak-isak apalagi saat Dimas datang dan segera memeluknya.

"Dia jahat Mas.. Hikss.. Dia marah karena kamu lebih milih aku." Adunya dengan begitu sempurna yang membuat Dimas menatap tajam kearah Prilly.

Bukannya takut Prilly justru berdiri tegak membalas tatapan tajam Dimas dengan tatapan menantang. "Apa lo? Mau ngebalas gue? Sini jangan cemen kayak simpanan lo itu!" Maki Prilly sambil menunjuk-nunjuk kearah Sandra.

"Aku benar-benar nggak menyangka kalau ternyata begini sifat asli kamu." Keluh Dimas dengan kepala menggeleng beberapa kali.

"Cih! Lo kira gue nggak terkejut dengan wujud asli lo yang sebenarnya. Gue kira lo cowok baik-baik ternyata penjahat kelamin mana pengkhianat lagi." Balas Prilly dengan senyum mengejeknya.

Dimas membelalakkan matanya ia tak menyangka jika Prilly begitu berani membalas perkataannya. Dimas menatap ke sekeliling dimana para karyawan yang melihat pertempuran antara Prilly dan Sandra tadi mulai terdengar dari berbisik satu sama lain mengenai hubungan Dimas dan Sandra.

Mereka baru ingat jika wanita yang ditampar oleh Sandra adalah kekasih Dimas tapi kenapa laki-laki itu justru memeluk Sandra yang notabene hanya karyawan biasa.

Prilly bersidekap menatap dua makhluk yang dimata terlihat sangat menjijikkan. "Gue udah nggak permasalahin lagi tentang hubungan gelap yang lo berdua bangun di belakang gue tapi sayangnya simpanan lo ini nyari gara-gara terus sama gue jadi ya jangan salahin gue." Senyum penuh ejekan semakin mengembang lebar di bibir Prilly.

Sandra yang shock karena Prilly tega membuka aibnya semakin menyusupkan wajahnya ke dada Dimas yang terlihat sama shocknya dengan dirinya.

"Ada apa ini?"

Semua mata kini beralih pada dua orang laki-laki yang baru saja keluar dari lift.

"Sayang.."

Tak hanya Prilly tapi seluruh karyawan yang menonton pertunjukan itu dibuat terkejut dengan panggilan mesra Bos mereka pada wanita yang baru saja mempermalukan Dimas, manager mereka.

Dani yang melaporkan kejadian tersebut tersedak ludahnya sendiri saat Ali dengan begitu percaya diri berjalan menghampiri pujaan hatinya.

"Apa yang terjadi eum?" Suara lembut Ali mengalun merdu seiring dengan lengan kekarnya yang memeluk pinggang ramping Prilly.

Dimas nyaris menjatuhkan rahangnya melihat kemesraan dua manusia di hadapannya ini begitupula dengan Sandra.

"Tidak apa-apa Mas." Dengan sengaja Prilly menyentuh dada bidang milik Ali. "Hanya ada masalah kecil." lanjutnya melirik dua manusia yang masih belum beranjak dari posisinya.

"Oh ya? Siapa yang berani sekali mencari masalah dengan calon istriku?" Ali merapikan helaian rambut Prilly yang membuat kemesraan mereka semakin intim.

"Calon istri?" Itu suara Dimas.

Ali menoleh menatap sepupunya. "Iya. Ada masalah?"

Brengsek! Takdir macam apa ini?

*****

Sejarah CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang