Bab 10

1.9K 223 19
                                    


"Kamu mau kemana Mas?" Tanya Sandra ketika melihat Dimas sudah bersiap-siap memakai jaketnya.

Dimas menoleh menatap Sandra lalu tersenyum kecil. "Mas cuma mau belikan kamu obat Sayang."

"Obat apa?" Tanya Sandra dengan kening berkerut. "Aku sehat loh Mas nggak sakit jadi untuk apa obat?" Tanyanya lagi Sandra tak habis pikir dengan laki-laki yang siang tadi resmi menjadi miliknya.

Sandra puas sekali saat Dimas mengatakan jika hubungan pria itu dengan Prilly sudah berakhir. Sandra benar-benar merasa bangga akhirnya ia bisa mendapatkan apa yang seharusnya menjadi miliknya. Dimas sejak awal memang ditakdirkan untuk dirinya bukan Prilly.

Lihat sekarang kemana pria itu pulang. Sandra kembali melebarkan senyumannya sampai akhirnya perkataan Dimas menyadarkan dirinya.

"Mas mau beli obat pencegah kehamilan untuk kamu."

Deg.

Apa katanya obat pencegah kehamilan? Dimas tidak menginginkan dirinya hamil begitu? Tidak bisa. Jika ia tak hamil maka bagaimana ia bisa menguasai pria itu termasuk harta dan kekuasaan yang laki-laki itu miliki?

Tidak! Tidak!

Sandra harus menghentikan keinginan laki-laki itu bagaimanapun caranya Sandra harus bisa mengandung benih laki-laki ini kalau tidak rugi saja ia merebut Dimas dari Prilly.

"Mas kamu nggak mau punya anak dari aku?" Sandra memasang wajah sedih bahkan matanya sampai berkaca-kaca yang membuat Dimas menghentikan langkahnya yang ingin keluar dari kamar apartemen kekasih barunya.

"Bukan begitu Sayang. Mas hanya--"

"Hanya apa? Hanya Mas tidak bisa melupakan Prilly sehingga Mas mulai bertindak seperti ini iya? Mas menyesal memutuskan hubungan Mas dengan Prilly kan?" Tuding  Sandra yang ikut beranjak dari ranjangnya. Tak ia perdulikan tubuhnya yang hanya mengenakan tanktop tanpa bra dan celana dalam.

Dimas buru-buru menahan kekasihnya yang ingin keluar dengan wajah bersimbah air mata. Jujur, Dimas memang tidak ingin memiliki anak setidaknya dalam waktu dekat ini terlebih hatinya mulai tak karuan setelah mengakhiri hubungannya dengan Prilly siang tadi.

Dimas tidak bisa mengatakan hal kejujurannya tersebut, ia tidak ingin menyakiti Sandra wanita yang sudah ia pilih untuk menjadi kekasihnya. Dimas sadar jika tindakannya barusan salah, ia terlalu terburu-buru sehingga tidak memikirkan perasaan kekasihnya, Sandra.

"Lepas Mas!"

"Tidak Sayang! Mas tidak akan pernah melepaskan kamu!" Tegas Dimas yang membuat Sandra membuang mukanya wanita itu menolak menatap kekasihnya ia masih sakit hati.

"Kalau kamu masih mencintai Prilly kamu bisa pergi dan mengejar cintanya lagi. Aku ikhlas kamu tinggalkan Mas. Aku nggak apa-apa." Dengan seluruh kelihaiannya Sandra menangis terisak-isak berusaha meyakinkan Dimas melalui akting tersakitinya.

Sandra akan melakukan apapun asal pria ini tak lepas dari genggamannya. Ia sudah sampai dititik ini bagaimana mungkin ia rela melepaskan tangkapan besarnya ini.

Sandra bahkan rela mengkhianati persahabatannya dengan Prilly, meskipun sejak awal ia tak begitu menganggap Prilly sahabat, ia hanya memanfaatkan kepopuleran Prilly di masa sekolah dulu hingga berkepanjangan sampai saat ini. Padahal selama ini yang Sandra lakukan adalah merebut apapun yang menjadi milik Prilly salah satunya Dimas.

Sekarang Sandra bisa bernafas lega setelah Dimas memilih dirinya daripada Prilly, ia hanya tinggal memutar otaknya sedikit lagi supaya Dimas mau menikahi dirinya dan salah satunya cara adalah dengan mengandung benih laki-laki ini.

Jadi bagaimana mungkin ia membiarkan Dimas memberinya obat pencegah kehamilan, bisa kacau semua rencana yang sudah ia susun.

Sandra masih menangis didalam pelukan Dimas, bersikap seolah dirinya yang paling tersakiti padahal justru ia yang menjadi pihak yang menyakiti Prilly sahabatnya meskipun secara tak langsung tapi Dimas bertindak seperti siang tadi itu murni desakan serta paksaan dari dirinya.

Luar bisa sekali Sandra ini memang.

"Sstt.. Jangan menangis lagi Mas paling tidak bisa melihat wanita yang Mas cintai meneteskan air mata." Bisik Dimas yang membuat senyuman diwajah Sandra mengembang lebar.

Lihat bagaimana Dimas bertekuk lutut padanya sekarang!

***

Dengan wajah ceria Prilly menyusuri lorong apartemen milik sahabatnya sebenarnya setengah dari harga apartemen ini dibeli menggunakan uangnya. Kala itu Sandra yang sebatang kara tidak tahu tinggal dimana sehingga Prilly yang sudah memiliki tabungan sendiri itu memberikan uangnya pada Sandra untuk membeli apartemen ini sisanya lagi Sandra lunasi dengan menyicil.

Setelah itu Prilly juga meminta bantuan Dimas untuk mempekerjakan Sandra di kantornya. Ah, mengingat laki-laki itu kembali hati Prilly berdenyut perih.

Dimas bukan lagi kekasihnya sekarang mereka hanya orang asing. Miris sekali.

Prilly buru-buru mempercepat langkahnya menuju unit apartemen sahabatnya, ia butuh Sandra untuk bercerita setidaknya bersama Sandra ia bisa membagi sedikit lukanya.

Ting!

Dengan penuh semangat Prilly melangkah keluar dari lift menuju pintu apartemen Sandra, apartemen yang Sandra tempati bukan apartemen elit tapi lumayan bersih dan aman juga. Cocoklah untuk Sandra tinggali berhubung wanita itu tinggal sendirian jadi Prilly tak perlu mengkhawatirkan sahabatnya karena lingkungan disini cukup aman.

Prilly segera menekan beberapa kombinasi angka untuk membuka pintu apartemen Sandra, dengan wajah sumringah Prilly memasuki apartemen tersebut setelah pintunya terbuka. Sandra memang tak pernah mengganti password apartemennya sejak membelinya dulu, kombinasi angkanya juga memakai gabungan tanggal kelahiran Prilly dengan dirinya.

Mereka benar-benar sahabat sejati setidaknya itulah yang Prilly pikirkan sebelum telinganya mulai menangkap suara-suara nakal berupa desahan dari arah kamar Sandra.

"Sandra sedang bersama siapa?" Prilly bertanya pada dirinya sendiri. "Apa dia sudah memiliki kekasih? Tapi kenapa Sandra tidak pernah mengungkit hal itu?" Prilly terus berbicara sambil melangkahkan kakinya menuju kamar Sandra yang kebetulan pintunya tak tertutup rapat.

Mata Prilly seketika terbelalak saat melihat tubuh telanjang sahabatnya sedang meliuk-liuk di atas tubuh seorang laki-laki yang tak begitu jelas namun kaki Prilly sontak terpaku saat telinganya menangkap suara erangan serta pujian kepuasan yang ditujukan pada Sandra.

Yang membuat Prilly terpaku adalah telinganya yang menangkap suara yang sangat ia kenali. Suara laki-laki itu persis seperti suara mantan kekasihnya Dimas.

"Aahh Sayang kamu benar-benar membuat Mas puas dan Mas tidak akan menyesali keputusan Mas melepas Prilly demi kamu."

Tolong siapapun tolong katakan pada Prilly jika suara laki-laki yang baru saja ia dengar itu bukan milik Dimas! Tolong Dimas tidak mungkin mengkhianati dirinya kan? Terlebih bersama Sandra sahabatnya sendiri?

Ya Tuhan cobaan apa ini?

*****

Sejarah CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang