Bab 39

2K 241 17
                                    


"Arrghh!! Brengsek! Brengsek!" Sandra tidak bisa menahan amarahnya ketika tiba di apartemen miliknya.

Dimas yang melihat Sandra mengamuk itu hanya bisa menahan diri supaya tidak membuat Sandra semakin marah padahal ia khawatir sekali dengan kondisi anak didalam kandungan wanita itu.

'Baik-baik ya Nak di perut Mama. Papa disini.'

"Kamu kenapa bego banget sih Mas hah?!" Sandra beralih menyemprot Dimas. Pria ini semakin lama semakin tidak berguna saja.

"Salah Mas apa?"

"Kamu harusnya ngelawan dong pas Papa kamu lebih menyetujui hubungan Ali dan Prilly daripada hubungan kita." Sandra semakin murka tatkala mengingat bagaimana Beni menyambut hangat kedatangan Prilly bahkan dengan tangan terbuka pria itu merestui hubungan Prilly dan Ali berbanding terbalik dengan hubungan dirinya dan Dimas.

"Mas sudah berusaha tapi Papa orangnya memang begitu keras kepala." Keluh Dimas karena sikap keras yang Ayahnya miliki.

Tapi Sandra yang sudah terlanjur kesal justru semakin mengejek Dimas yang katanya terlalu lemah melawan Ayahnya yang sudah tua itu saja tak bisa.

"Kamu kenapa sih Sandra? Jangan lancang kamu ngehina Papa aku ya?" Dimas ikut terpancing emosinya.

"Loh benarkan kata aku. Kamu lemah Mas kamu nggak bisa jadi pelindung untuk aku dan anak kita." Sandra menuding Dimas. "Kamu lihat bagaimana aku dipermalukan oleh Papa kamu didepan mantan kamu itu tadi." Sambung Sandra kini matanya mulai berkaca-kaca.

"Prilly wanita hebat sedangkan aku cuma sampah Mas. Aku nggak berguna aku nggak pantas disandingkan dengan Prilly yang hebat itu!" Raung Sandra yang membuat Dimas menghela nafasnya.

Ia merasa sangat menyesal karena mengajak Sandra ke rumahnya malam ini. Jika saja ia tahu Prilly dan Ali akan datang sampai matipun tak akan ia injakkan kakinya disana.

Dimas tidak mau Sandra terluka. Benarkah? Bukan karena hatinya yang terluka? Dimas tidak bisa membohongi dirinya sendiri jika jauh didalam lubuk hatinya, ia masih sangat mencintai Prilly.

"Kamu jahat Mas. Kamu sama keluarga kamu semuanya jahat!" Suara pekikan histeris Sandra membuat Dimas kembali sadar jika ia sudah memilih untuk hidup bersama Sandra jadi mau tidak mau ia harus melenyapkan perasaannya untuk Prilly.

"Maafkan Mas Sayang." Dimas memeluk erat tubuh gemetar Sandra, wanita ini benar-benar terluka karena penghinaan yang ia dapat dari Ayahnya. Dimas tidak tahu harus bagaimana, disatu sisi ia sangat menyayangi Ayahnya tapi disisi lain ia juga tidak bisa membiarkan Sandra terus terluka seperti ini kasihan calon anaknya.

"Maaf. Mas janji kedepannya Mas akan lebih berusaha untuk melindungi kamu dan anak kita." Bisik Dimas yang sama sekali tidak membuat hati Sandra membaik.

Sandra sudah terlanjur membenci Ayahnya Dimas dan secepatnya ia akan membalas rasa sakit atas hinaan pria itu terhadap dirinya malam ini.

"Kamu lihat Dimas. Prilly jauh lebih cocok bersanding dengan Ali. Wanita sukses memang selalu berjodoh dengan pria sukses. Sementara kamu pria bodoh jelas akan berjodoh dengan wanita bodoh dari kelas rendahan pula."

Dan sebentar lagi wanita bodoh dan rendahan ini akan membungkam mulut laknat pria tua itu. Berani-beraninya pria tua bernama Beni itu menghina dirinya bahkan sampai membanding-bandingkan dirinya dengan wanita Jalang yang sangat ia benci itu.

Sandra akan membalasnya lihat saja nanti.

***

"Mas.."

"Ya Sayang?"

Prilly merapatkan dirinya pada Ali yang sedang menyusu keperluan dirinya dan juga calon anak mereka di lemari es. Prilly membeli banyak buah juga susu yang Ali tambahkan ke dalam trolly-nya.

Ali benar-benar memastikan gizi anaknya terpenuhi padahal Prilly sendiri tak merasa kerepotan selama ini toh ia bisa melahap makanan apa saja tanpa muntah jadi ia pikir anaknya tak mungkin kekurangan gizi.

"Aku takut."

Ali yang sedang menyusun kotak susu khusus wanita hamil dengan berbagai varian rasa sontak menghentikan gerakannya. Ali menoleh menatap Prilly yang sudah berdiri tepat disampingnya.

Menegakkan tubuhnya kembali Ali menyentuh lembut bahu calon istrinya. "Apa yang membuat kamu takut eum?"

"Ibu sama Bapak." Prilly tidak bisa mengenyahkan bayangan kekecewaan pada Ibu dan Ayahnya ketika mereka tahu Prilly sudah berbadan dua saat ini.

"Mas akan tanggung jawab kalaupun nanti Bapak kamu mukulin Mas, Mas akan terima nggak akan Mas balas." Prilly menepuk pelan dada Ali, laki-laki ini masih bisa-bisanya mengajak dirinya bergurau disaat seperti ini.

Kekehan geli Ali terdengar sebelum pria itu mendekap hangat tubuh mungil yang sudah menjadi candunya.

"Kamu tenang ya? Mas yakin semuanya akan baik-baik saja." Ali berbicara dengan suara yang begitu lembut. "Mas nggak akan ninggalin kamu dan anak kita. Apapun akan Mas lakuin demi bersama kalian." Ali mengusap lembut perut rata Prilly.

Memejamkan matanya Prilly berusaha untuk menghilangkan pikiran buruk yang terus hinggap di kepalanya.

"Haruskah kita menyembunyikan perihal kehamilan ini pada orang tuaku Mas?" Tanya Prilly yang membuat Ali merenggangkan pelukan mereka. "Maksud kamu apa Sayang?"

"Kita rahasiakan saja kehamilanku Mas seperti tadi sama Om Beni." Prilly menyentuh perutnya, entah kenapa hatinya merasa sedih dengan perkataannya sendiri.

Disembunyikan kenapa rasanya sama saja dengan ia menolak mengakui calon anaknya?

"Mas nggak setuju!" Bantah Ali yang membuat sudut kecil dihatinya menghangat. "Tadi bukan maksud Mas menyembunyikan perihal kehamilan kamu tapi Mas tidak akan mengatakan pada siapapun kehamilan kamu terutama di depan orang-orang yang berpotensi mencelakai kamu dan calon anak kita." Jelas Ali panjang lebar.

"Maksud kamu?"

"Disana ada Dimas, Sandra juga Tante Kartika. Bukan maksud Mas berburuk sangka pada mereka tapi entah kenapa Mas seperti memiliki firasat jika mereka tidak akan diam saja seandainya mereka tahu kamu sedang mengandung terlebih Sandra." Kening Prilly semakin berkerut bingung. "Memangnya Sandra kenapa?"

Ali mengusap lembut kepala Prilly. "Tadi siang di kantor menurut laporan Dani, Dimas dan Sandra menghambur-hamburkan uang di loby kantor sebagai syukur mereka atas kehamilan Sandra." Prilly membelalakkan matanya. "Sandra hamil?"

Ali mengangguk pelan. "Dan tadi Om Beni menolak keinginan Dimas dan Sandra yang ingin segera melangsungkan pernikahan karena lebih memilih untuk melamar kamu terlebih dahulu. Tentu kamu bisa bayangkan bagaimana bencinya Sandra pada kita sekarang kan?"

Prilly mengangguk setuju. "Sandra tidak akan membencimu Mas tapi aku." Jawab Prilly lirih, entah kenapa ia merasa firasatnya semakin buruk saja.

*****

Aku kemarin silap kasih nomor kirain udah 39 eh rupanya 38.🙈

Yg mau ikut promo atau PO wa ya
081321817808

Sejarah CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang