"Mbak Prilly kenapa mukanya kok pucat banget?" Maya yang melihat bosnya kembali menenteng plastik berisi buah namun wajah Prilly yang pucat pasi membuat Maya curiga."Mbak sakit? Ayo Mbak istirahat dulu." Prilly tak menolak ketika Maya memapahnya menuju ruangannya.
Prilly merebahkan tubuhnya di sofa yang ada didalam ruangannya. Rasanya tubuhnya begitu lemah setelah mendengar perkataan Bapak tadi.
Kata hamil bagai kaset rusak yang terus berputar di kepalanya. Dia hamil, bagaimana ini. Apa yang harus Prilly lakukan? Bagaimana reaksi Ayah dan Ibunya apa mereka akan kecewa? Tentu saja mereka sangat kecewa, putri yang selama ini mereka banggakan justru melemparkan kotoran ke wajah mereka.
Prilly tak lagi menjadi kebanggan orang tuanya jika ia benar-benar terbukti berbadan dua. Ya Tuhan kenapa malam itu ia tidak berpikir sampai kesini. Prilly hanya mendambakan kenikmatan yang Ali berikan sehingga ia lupa jika kerapkali ada kesusahan dan kesengsaraan dibalik kenikmatan itu.
"Mbak mau aku buatin teh hangat?"
Prilly membuka matanya lalu menggeleng pelan. "Tidak perlu May. Aku hanya perlu istirahat sebentar nanti juga baik lagi." Prilly kembali memejamkan matanya. Bukannya tidur ia sedang membayangkan hari-hari yang akan ia lewati jika dirinya benar-benar berbadan dua saat ini.
Apa yang harus Prilly lakukan?
Prilly benar-benar bingung. Perlahan Prilly membuka matanya satu pikiran tercetus di kepalanya.
"Aku harus mengecek kebenarannya. Benarkah aku hamil atau jangan-jangan hanya perasaan kalutku saja yang berlebihan." Prilly beranjak dari sofa meraih tasnya ia harus segera ke rumah sakit.
Prilly tidak ingin mencoba dengan testpack ia akan langsung memeriksakan diri ke Dokter kandungan supaya hasilnya lebih akurat.
Prilly melirik mangga muda di atas mejanya. Jujur ia masih menginginkan mangga itu tapi karena perasaan kalutnya ia menolak mencicipi mangga yang ia beli itu.
Sial! Semua gara-gara mangga itu.
Prilly tahu ia hanya butuh pelampiasan dari kekesalannya saja karena demi semua yang ada didunia ini tidak ada yang bersalah. Jika ada yang patut ia salahkan itu adalah dirinya.
Prilly yang menerima Ali bahkan ia masih ingat bagaimana ia menggoda Ali malam itu sampai akhirnya Ali benar-benar menyentuh dirinya.
Ternyata tak salah perkataan Sandra tempo hari, ia memang jalang.
Tes.
Dengan cepat Prilly menyeka air matanya. Ia tidak boleh menangis, ia harus menanggung semua risiko atas apa yang sudah ia perbuat dan Prilly tidak akan menyesalinya.
"Loh Mbak Prilly mau kemana?"
"Saya ada keperluan bentar May kamu jaga butik ya." Prilly segera beranjak sebelum Maya melontarkan banyak pertanyaan yang akan membuat kepalanya semakin pusing.
Prilly menghentikan sebuah taksi yang kebetulan lewat didepan butiknya. Prilly belum mendapatkan mobil seperti yang ia inginkan terlebih letak butiknya yang di pusat kota memudahkan dirinya untuk mendapatkan tumpangan ya seperti barusan tanpa perlu menunggu ya sudah berada didalam taksi.
"Mau kemana Bu?"
"Rumah sakit pelita ya Pak."
"Siap Buk."
Sepanjang perjalanan tak henti-hentinya Prilly mengusap perutnya yang masih sangat datar. Ia tidak merasakan firasat apapun yang menandakan jika dirinya sedang mengandung saat ini. Perihal tamu bulanan, Prilly memang sudah sering jadwal bulanannya tidak teratur sehingga tidak bisa ia jadikan patokan sebagai tanda kehamilannya.
'Jika memang kamu tumbuh di sana tolong katakan apa yang seharusnya Bunda lakukan setelah ini Nak? Bunda benar-benar bingung.'
***
"Mau kemana lo?"
Ali menghentikan langkahnya saat Dani tiba-tiba menghalangi jalannya. "Gue mau ketemu Prilly."
"Sadar juga kan lo sekarang." Ali memilih diam ia tidak mungkin membenarkan apa yang Dani katakan. Ia benar-benar sadar setelah di maki oleh asisten tidak tahu diri ini.
"Gue cuma mau bilang tuh sepupu lo lagi hambur-hamburin uang di loby." Kening Ali berkerut. "Dimas?"
"Siapa lagi sepupu lo yang paling bangsat selain manusia bernama Dimas itu." Dani terlihat enggan menyebut nama pria yang tidak tahu diri itu.
Oh andai saja Dani tahu jika beberapa waktu yang lalu Ali juga baru mengatai dirinya tidak tahu diri.
"Biarkan saja." Ali lebih mementingkan persoalan dirinya dengan Prilly daripada mengurus manusia itu.
"Lo gila ya? Yang dihamburin itu uang perusahan man! Lo kira darimana si Dimas dapat uang sebanyak itu dan satu lagi lo tahu apa tujuannya melakukan hal itu?" Ali menggeleng cepat. "Dia sedang merayakan kehamilan selingkuhannya itu dan gue dengar nggak lama lagi mereka akan menikah dan lo tahu itu artinya apa?" Dani menghela nafas dramatis. "Sepupu lo yang bermarga setan nambah lagi." Lanjut Dani yang nyaris membuat Ali menendang tulang keringnya.
"Terserahlah gue nggak peduli yang penting sekarang gue harus ketemu Prilly dan jujur perihal masa lalu gue sama Aurel yang sama sekali nggak ada artinya lagi buat gue." Ucap Ali penuh keyakinan.
"Lo yakin?"
Ali mengerutkan keningnya menatap Dani. "Maksud lo?"
Dani mengedikkan bahunya. "Gue cuma nggak mau lo yakin hari ini doang atau sebelum lo ketemu lagi sama nenek lampir. Bisa jadi setelah lo berhasil meraih hati Prilly terus tiba-tiba nenek lampir kembali lo jadi bimbang lagi." Ali seketika bungkam. Ia tidak berpikir sampai kesana karena yang ia yakini Aurel tidak akan kembali lagi setidaknya ke sisinya.
Dani menghela nafasnya. "Gue tahu hati lo mulai terbuka untuk Prilly tapi gue harap lo nggak main-main dengan hati wanita Li. Lo lihat sendiri bagaimana Dimas menghancurkan hati Prilly dan gue yakin lo nggak akan mungkin sebodoh Dimas bukan?" Dani menepuk pelan pundaknya. "Kejar kalau memang lo ngerasa Prilly yang terbaik buat lo tapi kalau tidak bebaskan dia biarkan Prilly bahagia bersama laki-laki ini, bersama gue mungkin." Dani menyeringai kecil yang nyaris membuat Ali melayangkan pukulannya.
"Jangan coba-coba lo Dan!" Peringat Ali yang membuat tawa Dani meledak. "Gue nggak mau kali rebutan wanita sama Bos gue kayak nggak ada wanita lain aja." Sombong Dani sebelum memundurkan langkahnya tanpa berbalik.
Seringainya kembali terbit yang sontak membuat Ali waspada. "Tapi kalau perempuan yang kita rebutin itu Prilly kayaknya gue nggak keberatan bersaing sama lo." Dan setelah mengatakan hal itu Dani sontak berlari sebelum Ali mengejar dan membuatnya babak belur.
"Teman brengsek memang si Dani itu." Maki Ali sebelum beranjak meninggalkan kantornya.
*****
Po 081321817808
KAMU SEDANG MEMBACA
Sejarah Cinta
ChickLitBagaimana rasanya memacari laki-laki yang kamu kira tulus mencintaimu tapi justru menghamili sahabat dekat mu? Mati-matian berjuang untuk menjadi sosok wanita sukses agar merasa pantas menjadi pendamping sang pacar tapi setelah semua kesuksesan ia...