Bab 27

1.9K 263 10
                                    


Prilly kembali ke sisi Ali yang saat itu sedang berbincang-bincang dengan kolega bisnisnya. "Sudah Sayang?" Prilly tersenyum lalu mengangguk pelan. "Sudah Mas." Jawabnya mengalungkan kembali tangannya pada lengan Ali.

"Ini--perkenalkan Prilly calon istri saya." Ali langsung memperkenalkan Prilly pada kolega bisnisnya sebagai calon istrinya yang tentu saja membuat wajah Prilly merona meskipun begitu ia tetap mengulurkan tangannya pada rekan-rekan bisnis Ali ini dengan menahan dentuman di dadanya.

Prilly merasa dirinya begitu spesial ketika Ali memperkenalkan dirinya secara terang-terangan seperti ini bahkan dulu ketika bersama Dimas, pria itu hanya mengatakan bahwa mereka teman dekat ketika ada yang menanyakan perihal dirinya.

Sungguh berbeda sekali sikap kedua sepupu ini. Ali begitu manis dan Dimas begitu brengsek. Oh, maafkan Prilly yang kembali menghujat Dimas rasanya ia tidak akan pernah puas jika tidak menghina pria pengkhianat itu.

"Cantik sekali calon istri Pak Ali."

Dengan bangga Ali kembali memeluk pinggang calon istrinya tak lupa ia ucapkan terima kasih pada pria paruh baya yang baru saja memuji calon istrinya.

"Mas aku lapar." Sejak tadi mereka memang belum mencicipi makanan apapun karena Ali begitu sibuk menyapa rekan-rekan kerjanya sehingga mau tidak mau Prilly mengikuti pria itu.

"Astaga Mas lupa kamu belum makan. Mau makan apa biar Mas ambilkan." Bersama Ali, Prilly benar-benar diperlakukan seperti Ratu.

"Barengan aja yok." Ajaknya yang ditolak oleh Ali. "Kamu sudah kelamaan berkeliling menemani Mas pasti kaki kamu sakit jika mengantri lama di sana." Ali mengarahkan dagunya ke meja prasmanan yang memang sedang ramai.

"Baiklah. Aku tinggu di sini ya Mas?" Ali mengangguk pelan. "Mas ambil nasi dulu." Sebelum pergi Ali menyempatkan diri untuk mengecup kening wanitanya yang sontak membuat Prilly tersipu.

Ah, kenapa pria itu manis sekali sih?

Prilly berjalan ke sudut aula lalu mengambil tempat yang lumayan sepi di sana. Prilly tidak terlalu menyukai jika makan ditengah keramaian ia tidak nyaman ketika diperhatikan apalagi jika sedang mengunyah.

"Hai.."

Prilly mendongak ketika seorang pria yang Prilly taksir seumuran dengan Ali dan Dimas tiba-tiba menyapa dirinya. "Sendirian?"

Prilly menggelengkan kepalanya. "Sama suami." Jawabnya enggan. Ia tahu sekali maksud pria di hadapannya ini. Pria mesum! Nyaris saja Prilly melemparkan ponselnya ketika melihat bagaimana pria itu menyusuri tubuhnya dengan mata mesumnya.

"Minggir! Ada urusan apa Anda dengan istri saya?"

Prilly dan pria itu sontak menoleh ketika mendengar suara berat laki-laki lain yang sudah sangat Prilly kenali. Senyuman diwajahnya seketika mengembang saat melihat Ali yang memegang piring berdiri tepat dibelakang pria yang menganggu dirinya tadi.

"Maaf bos." Ujar pria itu setengah mengejek sepertinya laki-laki ini tidak tahu siapa yang sedang ia ejek. Prilly jadi ngeri sendiri melihat wajah datar Ali.

"Sayang kita pindah aja ya." Prilly buru-buru beranjak ketika melihat tangan Ali yang mulai terangkat jika terlambat sedikit saja mungkin piring itu sudah menghantam wajah sok tampan laki-laki entah siapa namanya itu.

Ali tak protes ketika Prilly menyeret dirinya meninggalkan laki-laki yang masih menatap dirinya dengan tatapan mengejek.

Setelah menemukan tempat yang cocok untuk mereka Prilly meminta Ali untuk duduk disampingnya dan mereka saat ini sedang berada di taman kecil yang terletak tepat di sisi kanan aula tempat pesta berlangsung.

"Udah tenang?" Ali menoleh menatap Prilly lalu mengangguk pelan. "Jauh lebih baik." Sahutnya singkat.

Prilly tahu lelakinya ini sedang dalam mood buruk sehingga ia memilih meraih piring yang masih berada ditangan Ali lalu meminta pria itu menghadap dirinya.

"Mau makan bersama?" Tanya Prilly sambil menyendokkan nasi lalu ia arahkan ke mulut Ali.

Ali menatap Prilly masih dengan aura bengisnya meskipun seketika luntur saat Prilly melebarkan senyumannya. Memberikan senyuman terbaiknya untuk pria yang entah kenapa rasanya begitu mudah menyusup ke dalam hatinya.

"Sekali lagi pria itu menganggu kamu Mas benar-benar akan mematahkan lehernya." Prilly bergidik ngeri saat mendengar suara dingin Ali sebelum pria itu melahap nasi yang Prilly sendokkan.

"Enak?" Tanya Prilly yang dijawab anggukan kepala oleh Ali. "Enak karena kamu suapin." jawabnya singkat membuat wajah Prilly sontak merona.

***

"Selamat untuk pernikahan kalian." Ali menyalami pengantin pria juga wanita yang ada di atas pelaminan disusul Prilly yang juga melakukan hal yang sama.

Entah perasaan Prilly saja atau memang benar adanya sang pengantin terlihat sedikit sinis ketika membalas ucapannya berbeda dengan Ali tadi.

"Ayok Sayang!" Ajak Ali pada Prilly yang sontak dilarang oleh pengantin pria yang bernama Edo itu.

"Tunggu dulu dong bro! Foto bersama dulu kita."

Ali mengambil posisi disebelah kanan pengantin pria sedangkan Prilly di samping pengantin wanita.

"Lo siapanya Ali?"

Prilly refleks menoleh ketika mendengar bisikan sinis dari pengantin wanitanya.

"Maaf Mbak tolong lihat kemari."

Prilly kembali mengalihkan pandangannya ketika sang fotografer menegur dirinya. Prilly tak sesantai tadi bahkan ia yakin senyumannya di foto itu terlihat terpaksa sekali karena ia memang sudah tidak mood lagi untuk tersenyum.

Prilly tidak mengerti apa maksud pengantin wanita ini yang bahkan namanya saja tak ia ketahui.

"Semoga lo cepat nyusul juga. Jangan lo tunda-tunda lagi." Edo menepuk pelan bahu Ali.

Ali hanya tersenyum menanggapinya. "Doa'in aja." Jawabnya kalem.

"Nggak mungkinlah Ali secepat itu move on dari cinta pertamanya Mas. Aurel kan cinta matinya Ali." Celetuk pengantin wanita sambil memeluk lengan suaminya mesra.

Ali segera menoleh menatap Prilly yang wajahnya sontak berubah ketika Helena yang merupakan teman dekatnya Aurel menyebut nama wanita yang pernah begitu berati di masa lalu Ali. Catat hanya masa lalu.

"Sayang."

Prilly tersenyum menatap Ali meskipun senyuman itu tak sampai ke matanya. "Sekali lagi selamat buat pernikahan lo berdua." Ali segera mengajak Prilly untuk turun dari pelaminan.

Samar-samar Prilly masih mendengar suara Edo menegur istrinya. "Tidak seharusnya kamu membahasa perihal masa lalu Ali didepan masa depannya Sayang."

"Ali akan selamanya bersama Aurel Mas. Aurel cinta matinya Ali asal kamu tahu!"

Cinta mati? Lalu dirinya? Benarkah Ali masih mencintai wanita bernama Aurel itu?

Kenapa ada bagian dari hati Prilly yang sakit?

*****

Sejarah CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang