Bab 22

2.1K 272 13
                                    


"Maksud lo apa Mas?" Dimas membantu Sandra untuk berdiri tanpa melepaskan pelukan erat mereka.

Prilly yang melihat bagaimana Dimas melindungi Sandra, jujur merasa sedikit sakit hati namun sentuhan lembut pada pinggangnya membuat rasa sakit hati menguap entah kemana.

Prilly menoleh lalu mendongak menatap Ali yang berdiri tegak disampingnya dengan pandangan fokus pada Dimas, hanya usapan lembut pada pinggangnya yang menandakan jika pria itu tak benar-benar mengabaikan dirinya. Ali hanya sedang fokus pada laki-laki yang pernah begitu berarti di masa lalu Prilly.

"Prilly calon istri gue. Kenapa ada yang salah menurut lo?" Tanya Ali dengan ekspresi begitu tenang.

"Dia bukan perempuan baik-baik Mas!" Pekik Dimas yang membuat tubuh Prilly menegang dalam rengkuhan Ali.

Kembali usapan lembut Ali berikan seolah mengatakan pada Prilly jika ia tak sendirian. Ada Ali disini yang siap pasang badan untuk melindungi dirinya.

"Benar Mas dia bukan wanita baik-baik." Sandra ikut bersuara bahkan dengan berani wanita itu memanggil Ali dengan panggilan Mas seperti Dimas.

Prilly nyaris melayangkan kembali tamparan pada wanita ular yang benar-benar tidak tahu malu itu. Sepertinya urat malu Sandra benar-benar sudah putus.

"Lalu perempuan yang baik-baik seperti apa? Seperti kamu?" Ali melirik Sandra. Yang dilirik sontak salah tingkah. Tatapan Ali begitu mematikan dan Sandra bisa merasakan bagian bawahnya yang berdenyut.

Sial! Pria ini begitu panas.

"Wanita baik-baik tidak akan pernah mau merusak kebahagiaan wanita yang lain terlebih kebahagiaan yang ia rusak milik sahabatnya sendiri bukan begitu Sandra?" Wajah Sandra sontak merah padam. Ia malu dan Ali benar-benar sukses mempermalukan dirinya didepan teman-temannya yang lain.

"Dan untuk lo Dim." Kini Ali beralih pada Dimas. "Urusan lo cuma urusin pekerjaan lo dengan baik kalau lo masih menginginkan posisi lo sekarang!" Peringat Ali tak main-main. "Urusan pribadi gue jelas itu bukan urusan lo. Seharusnya lo sadar posisi lo siapa." Dimas benar-benar merasa dipermalukan oleh Ali sepupunya sendiri.

"Lo sepupu gue jelas gue harus kasih tau lo supaya lo nggak terjerumus dalam perangkap wanita ini Mas. Prilly cuma mau harta lo!" Dimas bahkan sampai menunjuk-nunjuk kearah Prilly.

"Tenang biar ini menjadi urusan Mas." Ali berbisik lembut pada Prilly ketika wanita itu ingin bergerak maju menampar Dimas yang benar-benar tidak tahu diri itu.

"Bukannya lo yang mau nguasain harta gue?"

Skak mat.

Ali tersenyum miris menatap Dimas yang sontak terdiam. "Jangan buat gue ngebuka semua rahasia lo di sini Dim karena kalau itu terjadi gue nggak yakin lo masih berani nampain diri lo disini." Ucap Ali yang benar-benar mampu membungkam Dimas. "Dan gue yakin pacar lo ini nggak akan pertahanin lo kalau lo menjadi pengangguran. Jadi selama gue masih sanggup nyediain stok kesabaran buat lo gue harap lo tahu diri dan bisa nempatin diri lo ditempat lo yang sebenarnya." Tutup Ali sebelum menunduk menatap kekasihnya.

"Ayok Sayang!" Prilly melangkah bersama Ali meninggalkan Sandra dan Dimas yang menatap kepergian mereka dengan wajah merah padam penuh kebencian.

"BUBAR! APA YANG KALIAN LIAT HAH?!" Teriakan Dimas membuat semua karyawan yang ada di sana segera membubarkan diri.

Dani yang melihat Dimas mengamuk pun segera angkat kaki bukannya takut ia hanya malas meladeni manusia-manusia tak tahu diri seperti ini.

"Mau kemana lo kacung?!" Sandra menoleh menatap Dani dengan seringai mengejek.

"Lo bilang apa?" Tanya Dani pada Sandra. "Udahlah Dan. Mending lo pergi tuh Bos besar lo udah minggat mending lo nyusul!" Dimas terlebih dahulu bersuara membuat Dani mendengus kesal menatap sepupu Bosnya sekaligus simpanannya itu dengan pandangan jijik.

"Heran gue Dim sama lo mau-mau aja lo ngelepasin berlian demi pelihara jalang kayak gini. Dadanya udah tumpah-tumpah keseringan disundul laki sih. Menjijikkan." Hina Dimas sebelum benar-benar angkat kaki dari sana.

***

"Aw!"

"Maaf. Bentar ya tahan sakitnya kalau nggak pipi kamu makin bengkak nanti."

Prilly kembali meringis saat Ali menekan sudut bibirnya juga pipinya yang terdapat bekas tangan Sandra menggunakan es batu yang ia balut dengan saputangan miliknya.

"Kenapa bisa ditampar eum?" Tanya Ali disela kegiatannya.

Prilly melirik sekilas wajah Ali yang begitu dekat dengan wajahnya bahkan ia bisa merasakan hangatnya deru nafas Ali yang menerpa wajahnya.

"Dendam kali dia sama aku." Jawab Prilly asal ia tidak tahu harus menjawab apa disaat dirinya dilanda kegugupan seperti ini.

'Ini Ali kenapa mepet banget sih duduknya? Kan malu..'

"Pipi sebelahnya juga ikutan merah." Goda Ali dengan kerlingan nakalnya.

Prilly segera mendorong wajah Ali menjauhi wajahnya lalu menangkup kedua pipinya dengan tawa Ali yang terdengar memenuhi ruangannya.

"Kamu malu?"

"Biasa aja." sahut Prilly cepat ia tidak mau Ali tahu jika saat ini ia sedang dilanda kegugupan.

Melihat semburat merah yang menjalari wajah sampai ke leher bahkan telinga Prilly terlihat memerah membuat Ali urung melancarkan godaannya kembali ia takut Prilly marah lalu memilih pulang.

"Jadi bagaimana kamu udah ngerasa cocok dengan gedung milik Mas?" Ali memilih membicarakan perihal gedung selain mengembalikan fokus Prilly ia juga ingin wanitanya ini segera mengurus pekerjaannya jangan hanya karena gedung pekerjaan Prilly jadi terhambat.

Ali tidak mau hal itu terjadi karena sebisa mungkin ia akan membantu Prilly untuk membangun dan menjalankan usahanya.

"Cocok Mas aku suka. Tapi sewanya gimana? Bayar perbulan atau pertahun?" Tanya Prilly, rasa kebas di wajahnya sudah mulai berkurang dan itu berkat kompres yang Ali lakukan.

Ali meletakkan saputangan berisi es batu itu keatas meja lalu mulai memfokuskan dirinya pada Prilly.

"Bagaimana kalau kamu jalani saja dulu maksudnya kamu mulai saja usaha kamu di gedung itu kalau memang lancar nanti kita bicarakan lagi perihal sewa. Anggap saja ini uji coba." Jelas Ali yang membuat kening Prilly berkerut.

"Mas jangan seperti itu aku tidak enak."

"Kenapa tidak enak? Bukankah sejak tadi malam kamu resmi menjadi milikku? Kamu masih ingat kalimat terakhir yang Mas ucapkan sebelum kita memulai percintaan panas kita bukan?"

Prilly mengingatnya, Ali mengatakan jika setelah percintaan panas mereka terjadi maka selamanya Prilly akan menjadi milik Ali.

Ya Tuhan benarkah itu? Bagaimana jika Prilly benar-benar menaruh harapan lebih pada sosok Ali yang sejak awal hanya menawarkan diri untuk dijadikan alat balas dendam pada Dimas dan Sandra tapi kenapa sekarang mereka justru semakin terlibat dalam segala hal?

Bolehkah Prilly kembali menaruh harapannya pada sosok laki-laki bernama Ali ini? Akankah ia bahagia nantinya?

*****

Po pertama hanya untuk 2 hari yaa..

100k dpt 3 pdf bebas milih pdf lain. Mau? Silahkan wa 081321817808

Hanya untuk 5 orang beruntung aja.. Ayok say jangan sampai ketinggalan harga PO nggak sampai 50k ini.

Sejarah CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang