"Sakit sekali Mas pipiku." Sandra menangis terisak-isak saat Dimas mengompres pipinya yang bengkak parah akibat tamparan yang Prilly layangkan yang tidak hanya sekali itu."Ck! Memang benar-benar kurang ajar tuh perempuan bisa mukul pacar Mas sampe kesakitan seperti ini." Dimas benar-benar membenci Prilly yang sudah menyakiti Sandra sampai seperti ini.
Lebih dari itu, Dimas juga membenci Prilly karena sudah menjalin hubungan dengan sepupunya, Ali. Demi Tuhan, mereka baru satu hari berpisah tapi kenapa Prilly begitu cepat menjalin hubungan dengan pria lain dan yang paling sialannya adalah pria lain yang ia pilih adalah Ali, kenapa harus Ali? Laki-laki yang mungkin tidak akan pernah mampu Dimas saingi.
"Aku yakin Prilly pasti menggoda sepupu kamu Mas kalau nggak bagaimana mungkin seseorang seperti Pak Ali mau menerima dirinya sebagai calon istri." Sandra mulai mengeluarkan pendapatnya. "Lagian kamu kenapa nggak kasih tahu aku kalau Bos besar sepupu kamu Mas?" Sandra merajuk karena lagi-lagi ia merasa kecolongan dari Prilly.
Ia capek-capek berusaha menggoda Dimas niatnya untuk membuat Prilly iri dan menangis darah tapi lihat sekarang justru dirinya yang dibuat iri karena lagi-lagi Prilly kembali lebih unggul dari pada dirinya. Sialan!
Dimas menatap kekasihnya. "Kenapa kamu nyesal karena udah ngerayu aku bukan Mas Ali begitu?" Dengan kasar Dimas melemparkan saputangan yang ia gunakan untuk mengompres wajah Sandra.
Melihat Dimas yang salah paham dengan segera Sandra menaiki pangkuan Dimas. "Mas kamu salah paham aku nggak mungkin rela ngerusak persahabatan aku dengan Prilly kalau kamu nggak berati Mas. Lagian aku nggak tertarik sama pria lain sejak ada kamu. Percayalah bagiku kamu segalanya Mas."
Merdu kali suara setan!
Dimas mendongak menatap kekasihnya yang mulai menjalarkan tangannya menyusuri dada bidangnya. "Kamu yang terakhir untukku Mas seharusnya aku yang takut kamu kembali berpaling pada mantan kekasihmu." Sandra mulai memutar balikkan fakta. "Jangan-jangan kamu yang sedang menyesali keputusanmu ya kan Mas? Kamu menyesal karena melepaskan Prilly sampai akhirnya wanita itu menjalin hubungan dengan Mas Ali." Sandra segera turun dari pangkuan Dimas yang sontak hal itu membuat Dimas kalang kabut.
Dimas tidak mau Sandra-nya tersakiti ia memang bersalah memikirkan Prilly sejak tadi tapi demi apapun ia tidak menyesali keputusannya untuk bersama Sandra. Benarkah?
Sandra segera berjalan menuju pintu ruangan Dimas, ia harus segera keluar dari ruangan ini sebelum Dimas kembali sadar dan menemukan kebohongan pada dirinya. Karena jujur sejak mengetahui Prilly yang dipilih oleh Ali, moodnya benar-benar hancur.
Sandra tidak terima lagi-lagi Prilly lebih cepat satu langkah dari pada dirinya dan perihal dimiliki oleh Bos besar seperti Ali jelas ia tak hanya kalah satu langkah tapi ribuan langkah.
Brengsek! Kenapa harus selalu Prilly yang lebih unggul dari dirinya?
Takdir macam apa ini? Sandra tak terima, ia harus membuat Prilly dan Ali berpisah bagaimanapun caranya ia harus bisa memisahkan Prilly lalu menggantikan posisi wanita itu untuk dijadikan istri oleh Ali.
"Sayang maafin Mas!" Sandra sontak menghentikan langkahnya saat pinggang rampingnya tiba-tiba dipeluk oleh Dimas.
Posisinya nyaris mencapai pintu tapi Dimas lebih dahulu memeluk tubuhnya dari belakang. Ck! Ganggu aja nih laki!
"Maaf. Mas tidak bermaksud menyakiti kamu Mas hanya berpikir kenapa Prilly bisa menjalin hubungan dengan Mas Ali itu saja." Dimas benar-benar menyesal lagi-lagi ia melakukan kesalahan dengan menyakiti wanitanya.
Sandra menyentuh lembut lengan Dimas yang membelit pinggangnya. Ia tidak boleh kehilangan Dimas tidak sebelum ia memiliki Ali, bisa gila ia jika harus hidup kekurangan lagi.
Bersama Dimas semua kebutuhannya terpenuhi bahkan sekarang ia berencana untuk meminta mobil pada kekasihnya.
"Aku akan maafin kamu tapi aku mau mobil Mas." Sandra berbalik menatap kekasihnya. "Yang keluaran terbaru Mas." Rayunya yang seketika membuat Dimas luluh.
"Baik Sayang. Apapun akan Mas berikan untuk kamu." Ujar Dimas yang sontak membuat Sandra memekik kegirangan.
'Lihat Prilly gue jauh lebih beruntung daripada lo! Walaupun Dimas bukan Bos tapi ia berani beliin gue mobil. Lo bakalan iri pasti!'
***
"Kita mau kemana Mas?" Setelah menghabiskan waktu lebih kurang satu jam di kantor Ali, kini pria itu mengajak Prilly ke suatu tempat.
Tepatnya ke salah satu butik yang ada di kawasan ibukota. "Milih baju buat kamu." Jawab Ali sambil mengemudi.
"Kamu ajak aku yang tukang jahit baju untuk milih baju? Lucu kamu Mas." Tawa geli Prilly terdengar berderai memenuhi seantero mobil Ali.
Ali sedikit terhenyak sepertinya pria itu benar-benar lupa siapa wanita yang sedang ia genggam sebelah tangannya itu.
"Mas lupa." Ali meringis pelan yang membuat tawa Prilly kembali terdengar. "Aneh deh."
"Tapi baju untuk apa Mas? Kamu mau ngajak aku kemana?" Prilly kembali bertanya setelah meredakan tawanya.
Ali menghentikan laju mobilnya saat lampu lalu lintas didepan mereka berubah merah. Fokusnya kini tertuju pada Prilly yang masih menatapnya dengan tatapan bingung.
"Nanti malam salah satu rekan kerja Mas menikah dan ya kita akan ke sana." Ali mengecup lembut punggung tangan Prilly yang sejak tadi ia genggam. Entah kenapa Ali begitu menyukai setiap kedekatan mereka bahkan berpegangan tangan sepanjang mengemudi saja sudah membuat dirinya bahagia.
Sepertinya Ali benar-benar jatuh cinta pada wanita cantik ini.
"Terus kamu ajak aku?"
Ali menatap Prilly. "Terus aja siapa? Sandra?"
Plak!
Ali meringis pelan saat mulutnya ditampar oleh Prilly. Gerak tangan wanita mungil ini ternyata cepat juga ya?
Prilly menatapnya garang membuat Ali kembali mengecup punggung tangan wanitanya. "Bercanda doang loh Sayang."
Blush!
Prilly yang tak menyangka Prilly akan kembali memanggilnya dengan panggilan mesra itu sontak merona. Buru-buru ia tarik tangannya yang berada di genggaman Ali.
"Udah ijo tuh lampu buruan jalan!" Prilly memerintah tanpa menoleh. Ia malu. Sialan! Pria ini pandai sekali membuatnya salah tingkah seperti ini.
Ali yang melihat lampu memang sudah berubah hijau segera melajukan mobilnya. Sesekali matanya melirik kearah Prilly yang masih betah menatap keluar jendela.
"Kamu beneran marah? Mas bercanda doang loh Sayang. Sumpah!"
Sayang lagi.
Ali yang mengira Prilly marah terus membujuk sedangkan Prilly sudah tidak bisa membayangkan lagi bagaimana merahnya wajahnya saat ini.
Ya ampun, bisa-bisanya mereka terlibat salah paham yang begitu menggemaskan seperti saat ini.
"Diam Mas! Fokus nyetir aja deh."
"Nggak bisa fokus kalau kamu marah sama aku. Maafin yaa? Maafin dong Sayang."
Sayang lagi dan lagi.
Jadilah sepanjang jalan Ali terus membujuk Prilly, pria itu mengira Prilly marah karena ia menyebut nama Sandra padahal Prilly hanya sedang menyembunyikan wajahnya yang memerah sempurna.
Ckck!
*****
Jaringan susah banget disini mau ngepost aja susah. Udah capek ngetik eh nggak bisa ke save benar-benar cobaan banget..
Po 081321817808
KAMU SEDANG MEMBACA
Sejarah Cinta
ChickLitBagaimana rasanya memacari laki-laki yang kamu kira tulus mencintaimu tapi justru menghamili sahabat dekat mu? Mati-matian berjuang untuk menjadi sosok wanita sukses agar merasa pantas menjadi pendamping sang pacar tapi setelah semua kesuksesan ia...