Bab 30

2K 257 22
                                    


"Sayang.."

Dimas yang sedang memeriksa berkas pekerjaannya menoleh menatap Sandra. "Kenapa Sayang?" Tanyanya dengan senyuman bahagia.

Hubungannya dengan Sandra semakin membaik apalagi setelah ia tahu Ali dan Prilly berpisah. Dimas sangat bahagia. Ia bahkan nyaris mengadakan pesta atas perpisahan itu.

Prilly harus mendapatkan karma atas apa yang sudah wanita itu lakukan padanya. Lihat! Tidak ada pria yang betah dengan wanita seperti Prilly. Dan Dimas benar-benar bersyukur melepaskan Prilly dan memilih Sandra.

"Aku ada kabar bahagia buat kamu." Sandra dengan gaya manjanya berjalan mendekati kursi kebesaran kekasihnya.

Dengan manja pula ia kalungkan kedua lengannya pada leher Dimas. "Apa Sayang?" Dimas menyentuh lembut lengan kekasihnya.

Dengan tawa yang terdengar begitu renyah Sandra mulai mendekatkan m mulutnya pada telinga Dimas. "Aku hamil." Bisiknya mesra.

Deg.

Hamil? Sandra hamil? Bagaimana bisa?

"Kamu apa? Bagaimana mungkin kamu hamil Sandra?!" Dimas benar-benar tak siap dengan informasi yang Sandra berikan untuknya.

Sandra benar-benar terkejut dengan reaksi Dimas, ia tak menyangka jika pria ini malah bersikap seperti ini ia pikir Dimas akan menyambut bahagia kabar baik yang ia sampaikan.

"Kamu kenapa Mas? Aku hamil, disini ada anak kita darah daging kamu." Sandra menyentuh perutnya yang masih rata. "Kamu nggak bahagia dengan kabar baik ini Mas? Kamu tidak senang aku mengandung anak kamu?" Mata Sandra berkaca-kaca. Demi Tuhan, ia benar-benar terluka dengan penolakan Dimas.

Ia pikir setelah kabar kandasnya hubungan Ali dan Prilly lalu kini dirinya mengandung merupakan jalan lebar untuknya bahagia. Prilly akan semakin menderita dengan melihat dirinya bahagia bersama Dimas.

Perihal Ali untuk saat ini ia tidak akan terlalu memikirkannya ia harus menjadi bagian dari keluarga besar mereka dulu setelahnya ia akan lebih mudah menggoda Ali jika mereka sudah menjadi satu keluarga.

Sandra pintar sekali bukan?

Tapi semua rencananya itu akan gagal jika Dimas menolak untuk menikahinya. Jika Dimas menolak kehadiran bayi ini semuanya bisa gagal. Brengsek!

Sandra mulai memainkan perannya sebagai wanita yang paling disakiti. Dengan dramatis dan penuh penghayatan Sandra menyentuh perutnya. Sandra mengusap perutnya dengan lembut dan lemah. "Maafin Mama karena Mama tidak bisa mempertahankan kamu."

Dimas terkejut dengan perkataan Sandra. "Maksud kamu apa Sandra?!"

Sandra tak menghiraukan pertanyaan Dimas. "Kamu pergi ya? Mama terpaksa ngelepasin kamu karena Mama nggak mungkin sanggup membesarkan kamu disaat Papa kamu bahkan dengan begitu tega menolak kehadiran kamu." Racau Sandra diiringi dengan isak tangisnya yang begitu menyayat.

Dimas yang melihat itu sontak berjalan menghampiri Sandra lalu memeluk wanita itu dengan erat. "Maafin Mas. Maafin Mas Sayang." Sandra menangis tergugu di dalam dekapan Dimas.

"Nggak Mas kamu nggak salah sejak awal aku lah yang salah. Aku yang salah karena hadir ditengah hubungan kamu dan Prilly." Sandra semakin memanfaatkan rasa bersalahnya Dimas. Pria ini harus diberi pelajaran karena terus-menerus menyakiti dirinya. Bukannya Sandra tidak tahu jika sampai saat ini Dimas masih belum bisa melepaskan bayang-bayang Prilly di dalam hidupnya.

Sandra tahu itu. Sandra sangat tahu jika jauh didalam lubuk hatinya Dimas masih menginginkan Prilly.

"Enggak Sayang. Kamu nggak salah sudah seharusnya Mas melepaskan Prilly perempuan itu tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan kamu Sayang." Bisik Dimas tanpa tahu jika perkataannya barusan membuat seringaian Sandra semakin lebar.

Inilah yang ia mau dengan begini ia akan semakin mudah untuk merayu Dimas supaya menikahi dirinya. Sandra memang luar biasa.

***

"Makasih ya traktirannya. Gue balik!" Prilly melambaikan tangannya mengantar kepergian Mila.

Setelah mobil yang dikemudikan oleh Mila melaju, Prilly ingin beranjak menuju butiknya. Ia sudah puas menyantap kari ayam yang lezat sekali bahkan Mila sampai heran melihat porsi makannya yang benar-benar luar biasa banyak.

Dan ketika ingin beranjak ke butiknya tiba-tiba Prilly melihat ada Bapak-bapak yang mendorong gerobak berisi buah-buahan segar dan melihat buah-buah segar itu sontak membuat air liur Prilly menetes.

Ia menginginkan mangga yang ada di gerobak Bapak itu. Memutar tumitnya Prilly berbalik arah menuju Bapak yang berjualan buah keliling itu.

"Pak! Bapak!"

Mendengar teriakan seorang wanita memanggilnya sontak membuat sang Bapak menghentikan langkahnya.

"Iya Neng."

Prilly tersenyum lebar saat melihat mangga yang ternyata lebih segar dari bayangannya. "Mau mangga ini dong Pak." Prilly menunjuk kearah mangga yang ada di dalam gerobak sang Bapak.

"Oh mangga muda ya Neng."

"Ah iya Pak yang ini mau dua Pak ya." Prilly benar-benar menginginkan mangga itu.

"Baik Neng sebentar ya."

Prilly terlihat berbinar-binar ketika Bapak yang jualan mulai mengupas mangga yang diinginkan olehnya. Warna hijau sedikit kekuningan sang mangga benar-benar membuat air liur Prilly menetes.

"Pak potong satu bagian dong saya udah nggak tahan mau nyicipin." pinta Prilly cengar-cengir membuat sang Bapak tertawa.

"Wah Eneng pasti lagi ngidam nih ya? Sampe netes gitu air liurnya liat mangga muda begini." Celetuk sang Bapak yang sontak membuat ekspresi berbinar dimata hilang.

"Hamil?"

Bapak yang sedang memotong-motong mangga pesanannya mengangguk pelan. "Iya Neng. Bapak udah biasa banget liat Ibu-ibu yang hamil muda matanya berbinar-binar seperti Eneng kalau liat mangga Bapak." Bapak yang menjual buah itu tertawa geli sedangkan Prilly nyaris mati berdiri.

Dia hamil? Hamil?

Refleks Prilly menyentuh perutnya. Benarkah ia hamil? Tapi hanya melakukannya satu kali bersama Ali dulu.

Ali? Bagaimana reaksi pria itu jika mengetahui bahwa dirinya sedang mengandung benih pria itu saat ini? Jika ia benar-benar hamil haruskah ia memberitahu Ali perihal kehamilannya ini?

Tapi bagaimana jika pria itu menolak janinnya? Pria itu mencintai wanita lain bukan dirinya lalu bagaimana mungkin Ali menerima kenyataan jika dirinya hamil.

"Ini Neng mangganya." Prilly mengambil mangga yang Bapak itu sodorkan lalu menyerahkan lima lembar uang seratus ribuan. "Lah ini kebanyakan Neng."

Prilly tersenyum kecil, wajahnya sudah pucat pasi tatkala bayangan dirinya hamil sendirian menyeruak di kepalanya. "Enggak apa-apa Pak, ambil aja salam buat anak-anak Bapak."

Prilly segera berlalu meninggalkan Bapak penjual buah itu yang sedang menadahkan tangannya. "Eneng orang baik ya Allah semoga Eneng engkau limpahkan kebahagiaan. Amiin."

*****

Po terakhir hari ini yaa.
081321827808

Sejarah CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang