Bab 38

2K 264 20
                                    


"Tambah lagi nasinya Sandra, Mama sengaja masak banyak buat kamu loh." Kartika menyodorkan beberapa lauk untuk calon menantunya.

Beni yang melihat sikap istrinya yang berlebihan mendengus secara terang-terangan yang kembali membuat Sandra tak enak hati.

'Ayahnya Dimas kenapa sih kayaknya nggak suka banget sama gue?'

Sandra hanya mampu membathin tanpa berani menyuarakan kebingungannya pada siapapun termasuk Dimas yang sejak tadi terus mengusap pahanya.

Pria itu berusaha menenangkan dirinya, Sandra tahu itu hanya saja Sandra sama sekali tidak merasa sikap manis Dimas berhasil menenangkan dirinya. Ia masih terus kepikiran dengan sikap Beni yang menolak kehadirannya secara terang-terangan.

Mengingat sikap Beni tiba-tiba saja Sandra merasa perutnya bergejolak namun sekuat tenaga ia tahan, Sandra tidak mau Beni semakin ilfil padanya apalagi sampai ia memuntahkan isi perutnya didepan pria paruh baya itu bisa-bisa Sandra ditendang dari rumah ini.

"Kamu baik-baik saja Sayang?" Tanya Dimas mengusap lembut punggung Sandra.

Sandra tersenyum lalu mengangguk pelan. "Aku baik Mas. Nggak apa-apa." Suaranya begitu lemah lembut ketika menjawab pertanyaan Dimas, jelas Sandra sangat menjaga imagenya didepan calon mertuanya.

"Kamu nggak suka makanan ini Sayang? Atau jangan-jangan kamu risih sama sikap Papa ya?" Kartika bertanya sambil melirik suaminya.

Merasa dirinya dibawa-bawa dalam percakapan istri dan calon istri anaknya membuat Beni mendongak menatap Kartika lalu Sandra secara bergantian.

"Papa ih mukanya jangan nyeremin begitu Sandra takut." Kartika berkata sambil menunjuk Sandra sedangkan yang ditunjuk sudah pucat pasi.

Sialan Ibunya Dimas! Buat dia jantungan aja sih!

Sandra tak henti-hentinya mendumel di dalam hati meskipun wajahnya sebisa mungkin tersenyum pada Beni.

"Kamu risih sama saya?"

"Eng---"

"Saya jauh lebih risih dengan kehadiran kamu disini!" Potong Beni cepat yang membuat Sandra bungkam.

"Papa!"

"Mas!"

Kartika dan Dimas serempak berteriak pada Beni.

Prang!

Suasana ruangan makan di kediaman Beni tiba-tiba berubah mencekam saat Beni membanting sendok dan garpu ditangannya.

"Bikin hilang nafsu makanku saja kalian. Ibu dan anak sama saja! Sama-sama bodoh!" Maki Beni yang membuat Kartika dan Dimas saling berpandangan begitupula dengan Sandra, tubuhnya sedikit bergetar karena terkejut juga takut dengan reaksi Ayah kekasihnya.

Beni beranjak dari kursinya dengan kasar hingga suara derit kursi yang beradu dengan lantai terdengar cukup keras.

"Mau kemana kamu Mas? Kita belum selesai makan." Kartika berusaha menahan kepergian suaminya. "Hargai Dimas dan calon menantu kita Mas." Kartika kembali berucap yang membuat wajah Beni semakin keruh.

"Aku tidak pernah berkeinginan memiliki menantu selain Prilly."

Deg.

Sandra merasa dadanya seperti tertusuk ribuan jarum yang membuat rasa sakit menjalar sampai ke ulu hatinya. Lagi-lagi Prilly yang merusak kebahagiaan dirinya.

"Mas--"

"Cukup Kartika! Kamu dulu menolak Prilly karena ia tak berasal dari keluarga kaya tapi setelahnya kamu lihat?" Beni benar-benar menumpahkan kekesalannya pada sang istri. "Dia berhasil menjadi desainer terkenal tak hanya di Indonesia tapi dunia. Prilly dikenali nyaris seluruh dunia tapi lihat ketika ia kembali kesini apa Prilly membanggakan hasil kerja kerasnya? Tidak Kartika. Gadis yang dulu kau hina itu tidak datang membalas cacianmu dengan memperlihatkan keberhasilannya!" Raungan Beni benar-benar membungkam mulut tajam Kartika.

Dimas bahkan sampai menundukkan kepalanya dan Sandra jelas tidak suka dengan sikap Dimas itu, terlihat sekali jika Dimas menyesal karena melepaskan Prilly.

"Bahkan sampai disini alih-alih membawa nama besarnya Prilly justru kembali berjuang dari nol dan sekarang kamu lihat gadis yang pernah kamu hina itu kembali meraih kesuksesannya dengan jerih payahnya sendiri bukan hasil uluran tangan orang tua seperti anakmu!" Beni menunjuk kearah Dimas yang membuat Dimas mendongak menatap Ayahnya.

"Apa? Kamu mau balas Papa iya? Mau ngebantah kamu Dim? Coba kasih tahu Papa jika apa yang Papa katakan barusan adalah kesalahan!" Tantang Beni yang membuat Dimas kembali menundukkan kepalanya.

"Kenapa kamu diam Dimas? Sebagai laki-laki dan putra satu-satunya Papa seharusnya kamu jangan terlalu mudah menampakkan kebodohan kamu karena sekarang kamu justru diperalat oleh manusia lain untuk menutupi aibnya." Ujar Beni dengan mata melirik tajam kearah Sandra.

Sandra sudah berkeringat dingin, apa mungkin Ayah Dimas mengetahui kebusukannya?

***

"Selamat malam semuanya."

Ali dan Prilly datang sambil bergandengan tangan tanpa menghiraukan suasana tegang yang sedang menyelimuti ruang makan rumahnya.

Beni segera menolen, wajah kakunya berubah hangat ketika melihat Ali datang bersama.. "Prilly?"

Prilly tersenyum sopan membalas keterkejutan Beni. "Selamat malam Om." Prilly sedikit menundukkan kepalanya menyapa Beni.

"Kalian?" Beni masih menunggu jawaban dari keponakan juga mantan calon menantu yang pernah ia harapkan dulu.

Ali menatap Prilly lalu tersenyum lembut begitu pula dengan Prilly yang mengeratkan genggaman tangannya pada tangan Ali.

Keromantisan itu tak luput dari 3 orang lain yang menyaksikan drama murahan itu dengan wajah memerah karena marah terutama Sandra. Lagi-lagi Prilly mengganggu kebahagiaan dirinya.

"Kami akan segera melangsungkan pernikahan Om." Senyum Beni mengembang seketika. "Prilly adalah wanita yang Ali pilih sebagai Ibu dari anak-anak Ali nanti. Ali harap Om merestui hubungan kami dan bersedia melamar Prilly kepada kedua orang tuanya." Ali tak pernah suka berbasa-basi apalagi dalam hal yang menyangkut tentang kebahagiaan dirinya.

"Tentu. Om akan dengan senang hati datang dan melamar Prilly untuk keponakan kesayangan Om." Beni berjalan kearah Ali lalu menepuk pelan pundak keponakannya.

Prilly menatap haru kedekatan Ali dengan Omnya hingga tanpa sengaja matanya bertemu dengan Sandra yang menatapnya dengan penuh kebencian.

Tanpa ada yang menyadari, Prilly memperlihatkan seringaian kecilnya pada Sandra seolah ia sedang memperlihatkan kemenangannya pada Sandra.

'Lo lihat dimana-mana sampah tetap akan dibuang pada tempatnya dan berlian di lubang kotoran sekalipun akan tetap mengeluarkan kilauannya yang membuat orang-orang rela menenggelamkan dirinya untuk mendapatkan berlian itu walau ke lubang kotoran sekalipun.'

Prilly jelas sedang merayakan kebahagiaannya karena berhasil mendapat pengganti yang jauh lebih segalanya dari Dimas sedangkan Sandra saat ini sedang meratapi nasibnya yang tak pernah bisa melebihi Prilly bahkan dalam hal kebahagiaan sekalipun Prilly selalu lebih unggul darinya.

Kenapa Takdir selalu berpihak pada Prilly bukan pada dirinya?











***End***

Yang mau paket 150 dpt 5 pdf termasuk yang PO silahkan wa ya 081321817808 hanya berlaku hari ini.

Jangan protes ya sayang, aku buat pdf semua ceritaku karena aku perlu uang buat nge biayain hidup. Jadi, yang mau beli silahkan yang tidak juga tidak apa-apa. Biar sama2 enak kita oke Sayang..

Tunggu cerita terbaru aku yaaa.

Sejarah CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang