Bab 17

2.4K 276 22
                                    


Prilly nyaris menangis saat melihat jam sudah menunjukkan pukul 11 siang ketika ia benar-benar terjaga dari tidur nyenyak nya. Prilly benar-benar tidak tahu setelah mendapat pelepasannya tubuhnya benar-benar ringan dan tidurnya benar-benar nyenyak.

Prilly tak mendapati kehadiran Ali, laki-laki yang menghabiskan malam panas dengannya tadi malam. Wajah Prilly sontak merona saat mengingat kembali bagaimana gagahnya pria itu ketika bergerak di atas tubuhnya. Ali begitu luar biasa.

Rasanya tak sia-sia ia memberikan apa yang selama ini diincar Dimas darinya pada pria segagah Ali. Ia benar-benar puas. Katakan ia murahan toh memangnya nyatanya begitu tapi Prilly tak ambil pusing ia hanya membuka pahanya untuk Ali tidak untuk laki-laki lain.

Bukannya ia membela diri tapi ia benar-benar merasa lebih baik daripada Sandra yang jelas-jelas membuka selangkangannya untuk laki-laki yang jelas-jelas ia tahu bahwa laki-laki itu adalah kekasih sahabatnya sendiri. Jadi tolong jangan hakimi dirinya! Prilly tahu ia sudah berbuat dosa tapi biarkan itu menjadi urusannya dengan Tuhan.

Prilly segera beranjak meraih pakaiannya yang sudah ditumpuk di atas sofa yang berada disudut kamar yang ia tempati. Kondisi kamar sudah cukup rapi tak seberantakan tadi malam. Prilly masih mengingat dengan jelas bagaimana berantakannya kamar ini karena mereka nyaris mencoba di setiap sudut kamar ini.

Wajah Prilly kembali bersemu tatkala bayangan panas percintaan mereka tadi malam kembali terlintas di kepalanya.

'Cukup Prilly! Jangan lo ingat-ingat lagi dosa lo tadi malam!'

Prilly buru-buru beranjak dari ranjang dengan membelitkan selimut untuk menutupi ketelanjangannya. Ketika melangkah ia bisa merasakan sakit di bagian inti tubuhnya namun ia memilih abai toh bukan saatnya ia merengek meminta perhatian pada laki-laki yang sudah membuatnya kesulitan berjalan ini selain hubungan mereka tak sedekat itu Ali juga sedang tak berada di dalam kamar.

Prilly meraih pakaiannya yang sepertinya sudah kering dan Wangi sepertinya sudah dicuci entah Ali yang melakukanya atau orang lain pembantunya mungkin yang pasti Prilly merasa lega ia tak perlu memakai baju kotor tadi malam.

Dengan tertatih Prilly melangkah ke kamar mandi. Ia butuh air dingin untuk menyejukkan otaknya yang kembali panas saat mengingat bahwa dirinya sudah tidak bisa disebut gadis lagi. Prilly bukan marah ia hanya masih sedikit belum percaya. Entahlah, ia bingung harus bagaimana menjelaskan perasaannya saat ini yang pasti Prilly tidak menyesal itu saja.

***

"Lo yakin nggak ngantor? Tumben!" Cibir Dani ketika mendatangi bosnya yang memilih mendekam di apartemen alih-alih ke kantor padahal situasi di kantor masih lumayan sulit meskipun sudah membaik sejak Ali yang menanganinya.

Satu persatu masalah yang ditimbulkan oleh Dimas berhasil Ali selesaikan berkat bantuan Dani dan juga tim-tim kerjanya yang lain termasuk Om Beni.

Ali merasa cukup lega saat melihat keuangan perusahaannya mulai kembali normal meskipun kerugian yang ditimbulkan Dimas tidak akan tertutupi dalam jangka waktu dekat tapi setidaknya Ali sudah bisa bernafas lega saat 3 proyek besar kembali jatuh ke tangannya.

"Gue butuh istirahat." setelah kerja keras tadi malam. Sambung Ali tentu saja didalam hati, ia tidak mungkin menceritakan bagaimana panasnya ranjangnya tadi malam.

Dani mencibir pelan meskipun sudah lama mengenal Ali ia tetap saja kesusahan membaca ekspresi pria itu yang cenderung datar. Ali sangat baik dalam mengatur emosi dan ekspresi wajahnya sehingga membuat lawan kesulitan untuk menebak apa yang ada di kepala laki-laki itu termasuk Dani.

Ali dengan tenang membubuhkan beberapa tanda tangannya pada berkas-berkas yang dibawa oleh Dani setelah selesai ia segera menyerahkannya pada sahabat sekaligus asistennya itu.

"Lo bisa balik kantor sekarang!" Ali harus segera mengusir Dani dari apartemennya sebelum Prilly bangun dan keluar dari kamarnya. Bukannya takut ketahuan Ali hanya sedang tidak ingin menjawab rentetan pertanyaan dari sahabatnya ini.

Dani meraih map yang disodorkan Ali dengan wajah cemberut, bibirnya yang tebal sengaja ia monyongkan untuk menarik perhatian Ali namun alih-alih tertarik Ali justru mendengus jijik lalu mengibaskan tangannya mengusir Dani.

"Tega benar lo sama gue!" Gerutunya sebelum benar-benar beranjak meninggalkan apartemen Ali.

Ali hanya terkekeh geli melihat kepergian sahabatnya dengan bermuka masam. Biarkan saja Dani memang sahabatnya tapi perihal Prilly belum waktunya ia tahu karena Ali masih harus meluruskan beberapa hal dengan wanita cantik itu.

Ali baru saja akan melangkah menuju balkon apartemennya saat pintu kamarnya terbuka. Ternyata tuan putrinya sudah bangun.

Dengan senyuman yang menawan Ali melangkah mendekati Prilly yang terlihat begitu segar sepertinya wanita ini baru saja membersihkan dirinya tapi kenapa Prilly tidak mengajak dirinya? Ah, menyebalkan.

"Sudah bangun?" Ah, pertanyaan bodoh jelas-jelas Prilly sudah mandi saat ini.

Berdehem pelan Ali menyadari kebodohannya. "Makan yok! Mas sudah menyiapkan sarapan meskipun sudah tidak cocok disebut sarapan lagi." Ujar Ali sambil melirik arloji mahal di pergelangan tangannya.

Prilly meringis pelan saat sadar jika dirinya benar-benar bangun terlambat sekali. "Maaf."

"Tidak apa-apa. Mas tahu kamu capek." Dan entah kenapa wajah Prilly tiba-tiba memanas saat mendengar Ali mengatakan dirinya capek.

Jelas capek lah wong laki-laki ini tak puas-puas dengan dirinya.

Oh god! Berhentilah berpikir tentang percintaan semalam Prilly!

"Hei kenapa pipi kamu kenapa merah sekali?" Prilly segera menangkup pipinya. Ia merona, sial!

Prilly buru-buru beranjak dari depan Ali menuju meja makan yang terletak tak jauh dari ruang tamu Ali. Sepeninggalan Prilly, Ali tidak bisa menahan senyuman gelinya. Rona malu-malu di wajah Prilly menjelaskan jika wanita cantik itu masih terbayang-bayang dengan panasnya kegiatan mereka tadi malam.

Ali segera berbalik menyusul Prilly yang sudah bersiap di meja makan. "Ini kamu yang masak semua Mas?" Tanyanya saat melihat berbagai macam makanan yang tersaji di atas meja.

Ali menarik kursi di samping Prilly membuat wanita itu kembali salah tingkah namun berusaha untuk tetap santai.

"Iya Mas kira kita butuh banyak asupan makanan setelah menguras tenaga untuk kerja keras tadi malam."

Uhuk!

Prilly tersedak ludahnya sendiri saat Ali secara terang-terangan mengingatkan dirinya pada kegiatan iya-iya mereka tadi malam.

Ali segera meraih gelas berisi air putih untuk Prilly. "Minumlah pelan-pelan saja cukup percintaan panas kita tadi malam saja yang-- byur!"

Ali sontak menghentikan perkataannya saat Prilly kembali tersedak namun sialnya wanita itu justru memuncratkan seluruh air di dalam mulutnya ke wajah Ali.

Pertama kali dalam hidup seorang Aliandra Prasetya Gunawan wajah tampannya dimuntahkan dengan air seperti ini. Luar biasa.

*****

Sejarah CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang