Bab 36

2.1K 248 16
                                    


"Dani?"

"Bukan Brad pitt." Dengus Dani sambil bersidekap menatap Sandra dengan pandangan meremehkan. "Jangan lo kira lo bakal bebas setelah ini San." Dani berujar dengan nada dinginnya. "Secepatnya gue bakal tahu siapa pria yang nyentuh lo tadi." Lanjut Dimas sebelum beranjak meninggalkan Sandra yang mengepalkan kedua tangannya.

Brengsek! Kenapa Dani harus melihat interaksi dirinya dengan James? Sialan!

Sandra tak menyangka apa yang ia takutkan akhirnya terjadi juga dan yang paling sialannya diantara ribuan karyawan yang bekerja disini kenapa harus Dani yang melihat semuanya?

Dani itu brengsek! Dan Sandra sangat membenci pria brengsek itu.

Mengusap wajahnya dengan kasar Sandra mulai mengatur rencana untuk menyingkirkan Dani dari sekitarnya sebelum pria itu benar-benar mencari tahu tentang James. Bisa gawat jika Dani tahu ia hamil anak James.

Dengan langkah cepat Sandra melangkah memasuki kantornya, ia harus segera pergi dari sini. Malam nanti ia juga ada janji dengan Dimas pria itu ingin mengenalkan dirinya pada kedua orang tua itu.

Dan Sandra benar-benar menyesal karena menolak pulang cepat seperti tawaran Dimas tadi. Sandra memang berniat untuk menyelesaikan beberapa pekerjaannya sebelum memulai harinya sebagai calon menantu dari Bapak Beni dan Ibu Kartika.

Namun sialnya rencana itu harus ambyar karena kehadiran James juga Dani. Tapi sudahlah, ia tak perlu mengkhawatirkan Dani, ia yakin pria itu tidak akan secepat itu mendapatkan informasi tentang James.

Senyum Sandra mengembang lebar untung saja James berasal dari keluarga berada terlebih ia berdarah campuran jelas informasi dirinya tak semudah itu untuk didapatkan. James merupakan salah satu anggota mafia yang memiliki markas besar di Italia.

Sandra mulai bisa rileks setelah mengingat kembali bahwa James bukanlah pria biasa hanya saja bagi seorang Sandra yang tamak ia tidak menginginkan James setelah melihat Dimas terlebih Dimas merupakan kekasih dari Prilly, musuhnya.

Sandra meraih tasnya lalu berjalan menuju lift disana ia kembali berpapasan dengan Dani. Senyum mengejek Dani membuat kedua tangannya refleks mengepal.

Dani melangkah memasuki lift yang membuat Sandra mengurungkan niatnya untuk menaiki lift yang sama dengan pria menyebalkan itu.

"Lo nggak mau masuk? Nanti terlambat lo nemuin pria bodoh bernama Dimas itu." Dani begitu lancar mengejek dirinya sekaligus menghina Dimas, calon suaminya.

Dengan dengusan kesal akhirnya Sandra melangkahkan kakinya memasuki lift yang sama dengan Dani. Senyum Dani mengembang lebar, jika tidak mengingat bahwa dirinya adalah asisten Ali bukan tukang gosip sudah ia hujat habis-habisan wanita ular ini.

Ternyata ada perempuan yang lebih buruk dari nenek lampir, jika Aurel cocok dipanggil nenek lampir maka Sandra cocok dipanggil siluman, siluman ular.

Dani tersenyum lebar ketika mendapati panggilan yang cocok untuk ia sematkan pada wanita disampingnya ini.

"Oh ya selamat ya buat kehamilan lo semoga anak lo lahir selamat terus nggak nyesal punya Ibu kayak lo."

Sandra menoleh menatap Dani penuh kebencian. "Brengsek lo!"

"Sstt--lagi hamil nggak boleh ngumpat-ngumpat nanti anak lo jadi titisan setan kayak lo." Dani justru semakin menjadi-jadi menghina Sandra.

Sejak mengetahui Sandra yang sudah dianggap saudara oleh Prilly justru memilih mengkhianati wanita cantik itu Dani menjadi yang paling terdepan dalam hal membenci wanita ini.

Bahkan rasa bencinya pada Aurel jelas tak ada apa-apanya jika dibandingkan dengan siluman betina ini.

Ting!

Sebelum keluar dari lift Dani kembali berujar. "Hati-hati dengan permainan yang lo buat karena banyak yang menjadi tumbal dari sebuah permainan adalah orang yang memulai permainan itu sendiri dan gue berdoa semoga permainan lo secepatnya menumbalkan diri lo sendiri. Bhay-bhay siluman monyet!" Dani segera ngacir setelah menghina Sandra dengan kata-kata mutiaranya meninggalkan Sandra yang menendang-nendang dinding lift sebagai pelampiasannya.

"Dani brengsek! Dani sialan! Awas lo brengsek!"

***

"Selamat malam Om. Selamat malam Tante."

Sandra mencium punggung tangan kedua orang tua Dimas dengan begitu sopan. Wajahnya terlihat begitu berseri ketika Ibunda dari calon suaminya menyambutnya dengan begitu hangat.

"Mama lebih setuju kamu dengan Sandra daripada dengan mantan kamu Prilly itu." Ucap Kartika secara terang-terangan yang membuat Beni bersuara menegur ketidaksopanan istrinya itu.

"Jangan seperti orang tidak berpendidikan kamu Ma." Tegur Beni tanpa perduli dengan keberadaan Sandra yang dikenalkan oleh putranya sebagai calon istri.

Jujur saja Beni tidak menyukai wanita yang dikenalkan putranya ini terlalu banyak kepalsuan termasuk senyumannya yang terlihat tidak tulus sama sekali.

"Sudah Ma. Papa jangan begitu nanti Sandra takut." Dimas memeluk bahu Sandra seolah sedang melindungi Sandra dari sikap Papanya.

Beni menatap Sandra tajam. "Kalau takut pulang saja ngapain kesini!" Ucap Beni sebelum melangkah meninggalkan anak dan istrinya juga Sandra yang katanya sebentar lagi akan menjadi menantunya.

Kartika mencibir pelan melihat kepergian suaminya. "Sudah Sandra jangan kamu masukin hati omongannya Papa Dimas, beliau memang kasar begitu." Sandra tersenyum kecil lalu mengangguk pelan. "Nggak apa-apa kok Tante." Padahal didalam hatinya ia sedang mengumpati Prilly habis-habisan. Gara-gara perempuan jalang itu ia ditolak oleh calon Ayah mertuanya.

Prilly memang sumber masalah untuk dirinya.

"Kalian mau makan atau ngerumpi di sana? Kalau mau ngegibah jangan di rumah ini keluar sana!" Suara keras Beni membuat Kartika dan Dimas segera berjalan menuju ruang makan.

Sandra jadi serem sendiri melihat ketegasan Ayah Dimas. Dimas yang merasa ketegangan Sandra menoleh lalu tersenyum lembut. "Jangan takut. Papa memang begitu tapi orangnya baik kok." Ujar Dimas menenangkan Sandra.

Dengan senyuman yang terlihat sekali sangat dipaksakan Sandra menganggukkan kepalanya. "Iya Mas demi kamu dan anak kita, aku akan bersabar menghadapi Papa kamu." Dimas tersenyum lalu mengecup lembut pelipis kanan Sandra. "Kamu yang terbaik Sayang, Mas pasti akan sangat menyesal jika memilih Prilly kemarin." Ucap Dimas yang sontak membuat senyuman Sandra mengembang kali ini sungguh tak terpaksa karena ia akan sukarela tersenyum bahkan tertawa jika ada hal-hal yang membuat dirinya lebih unggul dari Prilly.

Sandra selalu suka mendengar segala rentetan kalimat hinaan yang Dimas tujukan untuk mantan sahabatnya.

'Uh malang sekali nasibmu Prilly! Kasihan. Dasar Jalang!'

*****

Po cerita ini banyak sekali yang minta diperpanjang jadi aku perpanjang sampai hari minggu ya sayang.

Silahkan listkan nama kalian berhubung harga masih harga PO yang serius silahkan wa ya 081321817808

Sejarah CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang