"Mau apa lagi Sayang?"Prilly melirik kantong belanjaan yang ada ditangan Ali. "Tapi nanti kita nginap di apartemen Mas kan?"
Ali mengangguk pelan. "Kalau kamu nggak betah di rumah Mas ya kita kembali ke apartemen Sayang. Mas juga udah nyuruh anak buah Mas untuk bersihin apartemen." Jelas Ali sambil mengusap kepala Prilly dengan sebelah tangannya yang tidak menenteng kantong belanjaan.
"Terus kita ke rumah kamu ngapain Mas?"
"Biar tahu rumah Mas terus sekalian kenalan sama Om dan Tante Mas juga." Jelas Ali lagi.
"Tante Kartika sama Om Beni?"
"Iya kok kamu tahu? Oh ya kamu dulu pasti dikenalin sama mereka oleh Dimas ya?" Prilly merasa janggal ketika Ali membicarakan perihal Dimas.
"Mas cemburu?" Godanya sambil menyentuh bahu Ali dengan bahunya. "Ciee.. Cemburu! Uuu ada yang cemburu nih!" Prilly semakin gencar menggodanya ketika samar-samar ia melihat wajah Ali yang merona.
Kapan lagi ia melihat Ali merona dan bertingkah malu-malu begini ya kan?
"Sudah ayo belanja lagi!" Ali menggenggam sebelah tangannya lalu menarik Prilly untuk kembali berkeliling supermarket. Wanita itu mengeluh lapar setelah melahap nyaris dua porsi sate bersama Ali tadi bahkan punya Ali juga Prilly yang habiskan.
Ali benar-benar takjub dengan porsi makan Prilly yang begitu besar tapi tidak apa-apa yang penting calon anak mereka baik-baik saja dan Prilly juga tak keberatan jika berat badannya naik selama mengandung.
Ali sangat menyukai kalimat yang keluar dari mulut Prilly tadi."Maaf gara-gara mengandung kamu jadi makan banyak begini." sesal Ali, ia tahu sekali wanita cantik seperti Prilly pasti sangat menjaga pola makannya. Terlihat dari pinggang rampingnya juga perut ratanya yang tak berlemak sedikitpun. Tapi sekarang, Ali yakin berat badan Prilly pasti sudah naik beberapa kilo melihat nafsu makannya yang melonjak drastis.
Prilly mendongak menatap Ali lalu tersenyum kecil. "Enggak apa-apa. Aku nggak keberatan berat badanku naik selama anak kita baik-baik saja." Prilly menyentuh perutnya lembut. "Apapun akan aku lakukan demi calon anak kita Mas apalagi soal berat badan aku sama sekali tak mempermasalahkan nya toh nanti setelah melahirkan aku bisa diet lagi." Lanjutnya masih dengan senyum lebarnya yang terlihat begitu manis di mata Ali.
Ali meraih sebelah tangan Prilly yang terletak di atas meja lalu menggenggamnya erat. "Terima kasih karena sudah mempertahankan dia." Suara Ali begitu lembut yang membuat senyum Prilly mengembang tulus. "Terima kasih juga karena sudah mau menerima dia Mas." Balas Prilly yang diangguki oleh Ali.
"Mulai sekarang kebahagiaan kamu adalah tanggung jawab Mas." Ucap Ali begitu mesra.
Prilly mengangguk haru. "Terima kasih Mas. Aku bahagia."
"Mas ih kok ngelamun sih kamu." Ali mengerjapkan matanya beberapa kali saat Prilly mencubit lengannya tak terlalu kuat memang tapi terasa sekali perihnya.
"Kenapa Sayang?" Ali tak protes ketika Prilly mencubit lengannya yang hanya berbalut kemeja.
"Aku mau es krim." Prilly menunjuk kearah deretan es krim yang ada di kulkasnya.
Ali menggeleng cepat. "Nggak. Kamu nggak boleh makan es krim malam-malam." Prilly baru akan mengeluarkan protesnya namun Ali terlebih dahulu membungkam dirinya. "Besok. Mas janji bakalan beliin kamu es krim yang banyak besok."
Mata Prilly sontak berbinar-binar, wanita hamil itu dalam hitungan detik melupakan kekesalannya.
"Benar ya?"
"Iya Sayang, buat kamu dan anak kita apapun akan Mas berikan nggak cuma es krim pabriknya sekalian Mas belikan kalau kamu mau." Mungkin jika orang lain yang berkata seperti itu Prilly pasti akan mual karena terdengar jelas seperti gombalan tapi berhubung yang berbicara adalah Ali, sosok Sultan yang sesungguhnya jelas Prilly yakin kalau apa yang baru saja pria itukan jika dia iyakan Ali pasti akan benar-benar mengabulkannya.
Prilly mengusap lembut perutnya. "Kamu beruntung Nak punya Papa yang mau melakukan apa saja untuk kamu dan Bunda. Sehat-sehat ya Nak."
***
Prilly tidak bisa menutup mulutnya saat melihat sebuah rumah tidak ini adalah istana atau mansion yang biasanya ia lihat di luar negeri dulu. Mansion merupakan hunian bagi mereka yang berasal dari kalangan atas seperti Ali ini.
"Ini rumah peninggalan almarhum orang tua Mas." Ali berkata setelah memarkirkan mobilnya di halaman rumah. Halamannya saja mungkin mencapai setengah hektar lebih.
Gila.
"Kamu tinggal disini Mas?" Ali menggeleng pelan. "Kamu tidak tahu siapa yang menempati rumah ini?" Kali ini Prilly yang menggelengkan kepalanya. "Siapa?" Tanyanya penasaran.
Ali mendengus pelan. "Mantan kekasihmu." Cibir Ali, pria itu sepertinya mulai tak menyukai fakta jika dirinya merupakan mantan dari sepupunya sendiri.
Ali cemburu dan itu benar-benar menggemaskan.
"Cuma mantan kali Mas." Prilly juga mulai terbiasa melayangkan candaan juga godaan pada Ali.
Ali meliriknya sekilas terlihat sekali jika pria itu sedang cemburu lagian apa sih yang harus Ali cemburui dari Dimas? Tidak ada, dalam segala hal Ali jelas lebih segalanya.
"Jadi kita bakalan ketemu Dimas?"
"Kamu senang banget kayaknya ketemu mantan."
Loh? Prilly kan cuma tanya kok ngegas.
Prilly mengerucutkan bibirnya beberapa senti. "Nanya doang loh Mas ih!" Tangannya sudah seperti kepiting saja ketika mencapit lengan Ali.
Ali kembali meringis, cubitan Prilly ini pedas sekali. "Ya kan benar."
"Nggak ah. Ya udah pulang aja kita ayok!" Prilly bersidekap menolak menatap Ali. Ia badmood tiba-tiba.
Hayo loh! Gangguin Ibu hamil? Kelas hidup lo Li.
Menghela nafasnya Ali meraih tangan kanan Prilly lalu menggenggamnya erat. "Turun yok Sayang! Kita udah jauh-jauh loh kemari."
Prilly menoleh menatap Ali pandangannya sedikit lebih tajam dari biasanya. "Males ah nanti kamu cemburu lagi mana tau ada Dimas di dalam." Celetuk Prilly asal sambil mengalihkan pandangannya keluar jendela mobil lagi.
"Enggak Mas nggak akan cemburu lagi. Lagian ngapain cemburu sama Dimas jelas-jelas sekarang kamu milik Mas terlebih dengan kehadiran anak kita disini." Ali memanjangkan tangannya untuk menyentuh perut rata Prilly.
Senyum di wajah Prilly seketika terbit. Ia tersipu malu dengan kata manis yang Ali ucapkan. Sepertinya efek kehamilan mampu merubah mood Prilly dalam hitungan menit.
"Turun Sayang ya? Kita temui Om dan Tante kali ini dengan status baru kamu sebagai calon istri aku bukan calon menantu mereka." Prilly mengerti sekali arah pembicaraan Ali, pria itu ingin menunjukkan pada Om dan Tantenya jika sekarang Prilly adalah miliknya, Prilly datang sebagai pasangan Ali bukan lagi pacar Dimas.
Dengan menganggukkan kepalanya Prilly memajukan wajahnya untuk mengecup sudut bibir Ali sebelum keluar dari mobil pria itu.
"Ayok Mas!"
"Iya Sayang."
*****
Pukul 04.36
Aku masih melek buat kejar target ngetik cerita ini. 😣
Harus tetap semangat supaya bisa nyenangin penggemar2 setia yang selalu beli pdf aku maupun yang selalu kasih support melalui vote dan komenan tanpa kalian nggak mungkin aku bisa nulis sampai 25 cerita. Terima kasih banyak ❤️Nah khusus untuk Besok hari terakhir PO setiap pembelian 3 pdf terutama yang PO bakalan aku kasih 1 pdf gratis bebas milih. Aku cuma sediain slot untuk 10 orang beruntung aja ya say..
Yang mau silahkan wa 081321817808
KAMU SEDANG MEMBACA
Sejarah Cinta
ChickLitBagaimana rasanya memacari laki-laki yang kamu kira tulus mencintaimu tapi justru menghamili sahabat dekat mu? Mati-matian berjuang untuk menjadi sosok wanita sukses agar merasa pantas menjadi pendamping sang pacar tapi setelah semua kesuksesan ia...