23. Om Nova

251 35 3
                                    

" jangan paksa orang lain membaca pikiranmu yang rumit, karena sebagian orang menganggap komunikasi adalah kunci untuk mengerti"

*****

Nova yang tengah menggendong Husain pun tampak terengah setelah berjalan mengelilingi pusat perbelanjaan, dirinya yang mendapat tugas menjaga Husain pun tampak kualahan ketika Husain terus berjalan ke sana kemari tanpa henti.

Saat mengikuti Husain, dirinya menemukan kedai es krim tak jauh dari tempatnya, tanpa pikir panjang Nova langsung membeli satu buah es krim yang  Ia gunakan untuk membuat Husain diam di gendongannya.

Nova bernafas lega ketika menemukan satu bangku kosong setelah berjalan cukup jauh, Ia pun memijat kakinya yang terasa pegal karena terlalu lama berjalan.

Husain pun tampak senang ketika memakan eskrim coklat kesukaannya, mulut dan baju yang di kenakan Husain pun tampak kotor karena terkena es krim tersebut.

Nova menghela nafas berat ketika melihat wajah dan baju Husain yang tampak kotor, Ia harus bersiap ketika Iqbaal memintanya mencuci sendiri baju Husain yang terkena eskrim.

Setelah cukup lama beristirahat dan eskrim yang di makan Husain habis, Nova memutuskan kembali berjalan untuk menemui Iqbaal dan juga Hasan yang tengah berbelanja kebutuhan dapur.

Nova bernafas lega ketika menemukan Iqbaal di antara rak makanan, "Bang, masih lama?," Tanya Nova menurunkan Husain lalu duduk dengan nafas terengah.

Iqbaal berbalik menatap Nova heran, "Masih- heh anak Gua lu apain Nov?," tanya Iqbaal ketika melihat wajah Husain yang kotor tidak lupa dengan baju yang sudah tidak berbentuk.

Nova mengangkat tangannya menyerah, "Ha-bis makan es-krim Bang," ucap Nova dengan nafas naik turun.

Iqbaal berdecih meremehkan Nova, "Lah jaga Husain doang kaya jaga anak 10 biji aja," ejeknya membuat Nova menatap nya horor.

"Biji ketumbar kali ah. Anak Lu itu aktif Bang, liat ini lari, liat itu lari. Capek Gua ngikutin nya," jelas Nova mempraktekkan bagaimana Husain yang terus berlari melihat sesuatu yang menarik perhatiannya.

Iqbaal tertawa puas, "Gua yang jaga Hasan sambil belanja aja biasa aja tuh," ucap Iqbaal sombong memperlihatkan keranjang yang hampir penuh.

Nova menatap Iqbaal datar," Nggak heran kalau Abang jaga Hasan, Hasan sama Husain beda, kalau Hasan di kasih pengertian bisa faham terus di lakuin, lah kalau Husain iyanya di awal, habis itu di lupain kaya nggak pernah ada apapun," jelasnya yang memang sedikit faham dengan karakter dari keponakannya.

Iqbaal tertawa puas, namun Ia langsung menutup mulutnya ketika beberapa orang menengok ke arahnya, "namanya juga kembar, muka aja yang sama. Sifat dan perilaku masing masing," kekeh Iqbaal membuat Nova mencibirnya dengan mengikuti ucapannya.

Nova mengangkat tubuh Husain dan di letakkan ke dalam troli bersama Hasan,"Nah Husain duduk manis sama Abang Hasan ya di sini. Om Nova udah nggak kuat buat gendong," ucapnya yang sudah tidak sanggup untuk menggendong Husain.

Husain menatap Nova sedih,"Aap Om Opa. Dek Sen eyat," ucapnya bersamaan dengan bibirnya yang melengkung ke bawah.

Nova pun panik sendiri ketika melihat air mata Husain menetes, "Eh eh nggak boleh nangis. Anak pinter nggak boleh nangis dong," cegahnya agar Husain tidak menangis dengan kencang.

Mendengar ucapan Nova membuat Iqbaal reflek memukul kepala Nova dengan snak di tangannya, "Heh kata siapa anak pinter nggak boleh nangis," sanggah Iqbaal yang tidak suka dengan ucapan Nova yang melarang dengan membawa kata anak pintar tidak boleh menangis.

Nova mengusap kepalanya bingung, "Tapi Bang, Husainnya itu mau nangis," panik Nova melihat air mata Husain yang semakin deras.

"Yang lain."

Otak Nova terasa buntu, Ia tidak bisa memikirkan apapun untuk membuat Husain tidak menangis, "Sini sini nggak boleh nangis dong. Om Nova nggak papa kok, Husain jangan nangis ya," Nova memutuskan mengangkat Husain dan menggendong agar terdiam.

Hasan yang melihat sang adik menangis pun tampak ke bingungan, mata bulat nya terus berkedip beberapa kali melihat Husain yang ada di gendongan Nova. Tangannya pun bergerak menarik baju sang Ayah," Dek pa ngis. Bang kal?," Tanya Hasan yang tampak bersalah.

Iqbaal mensejajarkan tubuhnya dengan Hasan, "Nggak kok, Abang nggak nakal, abang kan pinter. Dek Husain lagi ngambek sam Om Nova karena nggak di gendong," jelasnya agar Hasan tidak sedih dan menyalahkan dirinya.

Hasan mengangguk kan kepalanya mengerti, " Om opa emangat," ucap Hasan memberi semangat kepada Nova.

Iqbaal terkekeh melihat Nova yang terus menggoyangkan badannya agar Husain berhenti menangis, " sabar Nov, bentar lagi juga tidur itu Husainnya," ucap Iqbaal melihat Husain yang sedikit sesegukan dengan mata yang terpejam.

Nova terus bergerak ke kanan dan ke kiri, " Iya bang. Lanjut aja belanjaannya. Biar Husain gua yang gendong," putusnya agar Iqbaal melanjutkan belanja.

Mereka pun berpisah, Iqbaal berjalan ke tempat buah sedang kan Nova berjalan ke bangku yang ada di luar sualayan. Setelah di rasa lengkap Iqbaal buru buru mengantri untuk membayar belanjaannya. Semua belanjaan sudah lengkap dan semua barang yang Ia titipkan sudah di ambil, Iqbaal pun langsung mendorong troli ke tempat Nova yang tengah duduk menunggu.

"Langsung pulang Nov?," Tanya Iqbaal mastikan.

Nova berdiri dengan perlahan agar tidak membangun kan Husain,"Iya Bang, pegel nih punggung Gua," keluhnya merasakan pegal di sekujur tubuhnya.

Keduanya pun memutuskan untuk langsung pulang. Di perjalanan Nova merenggut kesal ketika merasakan sesuatu mengalir di celana nya. Pempers yang di gunakan Husain telah penuh membuat air kencingnya mengalir keluar.

Sampai di rumah Nova terus saja bergumam tidak jelas, setelah sampai Nova mendapat tugas untuk menggantikan popok milik Husain padahal Ia belum pernah memakaikan popok sebelum nya.

Setelah mendapat pencerahan dari YouTube Nova pun langsung mempraktekkan nya kepada Husain. Dan wala pempers sudah terpasang dengan rapi. Nova pun tersenyum bangga sembari melambaikan tangan ke kanan dan kiri seperti ada penonton yang menyorakinya.

Namun Nova menghela nafas kesal ketika pempers yang seharusnya ada di belakang bertukar menjadi di depan dan sebaliknya yang di depan menjadi di belakang. Dengan kesal Nova menggigit bungkus pempers yang ada di tangannya.

Nova pasrah, Ia lebih memilih meninggalkan Husain begitu saja setelah memberi pembatas di sisi nya. Nova berjalan gontai menuju dapur menyusul Iqbaal yang tengah merapikan isi kulkas bersama Hasan. Ia mengambil duduk di salah satu kursi dan menatap keduanya.

"Bang Hasan temennya tomat sebelah mana?," Tanya Iqbaal sembari mengangkat tomat yang ada di tangannya.

Hasan tampak berfikir sembari mengetukkan jarinya ke dagu, "Nih Yah," tunjuk Hasan pada kotak yang berisi tomat.

"Pinter. Kalau temennya wortel di mana?," Tanya Iqbaal lagi.

Wajah Hasan tampak serius, mata bulatnya terus memperhatikan kotak yang ada di dalam kulkas. Tak berhasil menemukan kotak wortel membuat Hasan menggeleng sedih.

Iqbaal terkekeh ketika Hasan tampak sedih karena tidak menemukan wadah wortel," wortelnya habis Bang, jadi tempat wortel kotak yang kosong," ucap Iqbaal menarik kotak yang kosong untuk di isi wortel.

Hasan pun tersenyum senang melihat wortel sudah berada pada tempat nya. Hasan bertepuk tangan ketika kantung yang berisi sayur sudah habis dan berpindah tempat ke dalam kulkas.

" Hal kecil bisa mejadi besar jika keduanya tidak ingin mengalah"

*****

Bunda dan si kembarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang