" terkadang, waktu bisa mengajarkan kita segalanya"
*****
Iqbaal terdiam, ember yang tadinya Ia genggam di lemparkannya begitu saja, Iqbaal meringis ketika memijat punggungnya yang sudah terasa sangat pegal. Cucian yang menggunung dan pakaian yang sudah menipis membuat Iqbaal mau tidak mau harus mencucinya dengan segera.
Suara Hasan dan Husain yang berebut mainan membuat kepala Iqbaal semakin pening. Setelah hampir seminggu Ia dan kedua putranya di tinggalkan (Namakamu) . Ini adalah hari terberatnya, rumah yang tadinya bersih berubah seperti tempat pembuangan sampah hanya dalam waktu 7 hari saja.
Iqbaal menarik nafas berat, tidak ingin mendengar Hasan dan Husain menangis Iqbaal berjalan menghampiri keduanya dengan membawa sisa buah yang ada di kulkas.
Iqbaal melihat Hasan dan Husain yang masih merebut kan sebuah mainan pun hanya berjalan melewati nya dan memilih duduk di sofa, "Hasan, Husain makan buah yuk," ajaknya sembari menaruh kotak berisi potongan buah di atas meja.
Mendengar kata buah membuat keduanya mengalihkan fokus dan memilih berjalan mendekati Iqbaal dan melupakan mainan yang sempat mereka ributkan.
"Bang au Yah," ucap Hasan duduk bersila di depan Iqbaal.
Melihat Hasan yang di beri buah membuat Husain tersenyum senang,"San au uga yahh," pinta Husain duduk bersila mengikuti sang kakak.
Iqbaal tersenyum lega, kedua putranya sudah duduk diam sembari memakan potongan buah di masing masing tangannya. Setidaknya Ia bisa beristirahat sebentar, sebelum mulai memberikan rumah kembali.
Iqbaal menyandarkan tubuhnya di sandaran sofa, Ia beberapa kali memijat tengkuknya yang terasa pegal, "Bang Hasan ngantuk?," Tanya Iqbaal ketika melihat Hasan yang menguap.
Hasan mengangguk, kedua matanya sudah beberapa kali tertutup menahan kantuk,"Antuk."
Iqbaal pun mengangkat Hasan ke gendongannya,tidak lupa mengajak Husain yang masih setia dengan buah di tangannya, "Yuk bobok siang sama Ayah," ajak Iqbaal membawa keduanya menuju kamar.
Hasan langsung memejamkan matanya ketika tubuhnya di baringkan oleh Iqbaal di atas tempat tidur, beda dengan Husain yang masih duduk sembari memakan buahnya,"Nda apa uyang?," Tanya Husain di sela sela kunyahannya.
Iqbaal diam, bagaimana menjelaskan kepada Husain agar tidak curiga. Saat ini (Namakamu) tengah terbaring di rumah sakit, dirinya tengah di rawat setelah terjatuh di halaman depan dan menyebabkan dirinya ke guguran. Seminggu yang lalu saat (Namakamu) tengah menyiram tanaman Ia tidak sengaja menginjak sebuah spon yang biasa Iqbaal gunakan untuk mencuci mobil, (Namakamu) yang saat itu tidak menyadari tengah mengandung pun jatuh tersungkur dan harus di larikan ke rumah sakit karena mengalami pendarahan hebat
Iqbaal tersenyum lalu mengelus kepala Husain lembut," bunda kan lagi jagain nenek. Nanti kalau nenek udah sembuh pasti bunda pulang kok. Sekarang tugas Bang Hasan sama Husain doain nenek ya biar cepet sembuh, biar bunda cepet pulang ketemu Bang Hasan sama Husain," jelas Iqbaal, bukan tidak ingin memberi tahukan ke adaan (Namakamu) ke pada putranya, namun mengingat keduanya yang tidak akan mau lepas kepada sang Bunda membuat Iqbaal melakukan ini semua.
Husain memasukkan potongan terahir buah yang ada di tangannya ke dalam mulut, tangannya yang basah pun Ia usapkan ke bajunya begitu saja. Setelah di rasa bersih Husain mengadahkan tangannya untuk berdoa,"Sen beoa emoga nek epet ceat, bial unda epet ulang. Aamiin," doa Husain tulus lalu mengusapkan telapak tangannya ke wajahnya.
Iqbaal terkekeh,mendengar doa Husain yang menggunakan bahasa yang belum begitu jelas membuat Husain terlihat begitu menggemaskan, "aamiin. Abang bobok ya, tuh bang Hasan aja udah bobok," tunjuk Iqbaal pada Hasan yang sudah terlihat sangat pulas.
Husain mengangguk,"Pok pok," ucap Husain sembari menepuk pantatnya agar sang ayah menepuknya untuk membuat nya tertidur.
Tak lama Husain pun juga ikut tertidur di samping sang kakak. Setelah membuat pembatas, Iqbaal berjalan dengan perlahan meninggalkan kamar dengan pintu yang Ia biarkan terbuka.
Iqbaal pun kembali mengerjakan pekerjaannya yang sempat tertunda. Langkah nya terhenti ketika melihat mesin cuci yang sudah berhenti berputar, Iqbaal pun buru buru mengeluarkan isinya dan membawanya untuk di jemur di area belakang.
Sepertinya setelah ini tidak ada kata istirahat untuk Iqbaal, pekerjaan rumah benar benar menumpuk dan harus Ia selesai secepatnya.
Malam hari
Malamnya Iqbaal mengajak kedua putranya untuk mencari makan malam di luar, Ia sudah terlampau lelah untuk memasak makan malam dan lebih memilih untuk membelinya saja. Kali ini ketiganya tengah berada di dalam mobil, dengan Hasan dan Husain yang duduk di belakang di kursi khusus mereka masing masing.
Iqbaal pun mengedarkan pandangannya ke arah deretan ruko penjual makanan,"Kalian mau makan apa?," Tanya Iqbaal melihat dari kaca sepion.
"Yam oyeng" sahut Hasan semangat.
"Husain?," Tanya Iqbaal sembari memasuki area ruko.
Husain tampak berfikir, jari telunjuk nya Ia ketukkan ke dagu seperti orang dewasa tengah berfikir, "Mohh."
Alis Iqbaal mengerut,"Sapi," tebaknya menyadari Husain yang tengah menirukan suara sapi.
Hasan menggeleng tidak setuju,"Capi no kan Dek, " tolak Hasan melambai kan tangan membuat isyarat tidak boleh.
Husain yang kesalpun memanyunkan bibirnya membuat Iqbaal terkekeh,"Capi mohh nak, Dek lat di ipi. "
Hasan menggeleng tidak setuju, menurut sapi itu tidak enak jika di makan,"No capi no capi, " tolak Hasan mengulurkan tangan untuk meraih Husain.
Husain pun tidak tinggal diam dan ikut mengulurkan tangannya," Mam Capi mam Capi."
Melihat kedua putranya yang tengah bertengkar membuat Iqbaal buru buru memarkirkan mobilnya ke tepi, "Eh eh kok berantem. Jangan berantem dong, kan anak pinter," lerai Iqbaal memisahkan keduanya, " Sekarang bang Hasan sama Husain baikan," pinta Iqbaal melepaskan sabuk pengaman pada car seat keduanya.
Keduanya saling berjabat tangan untuk berbaikan, namun melihat wajah keduanya yang masih cemberut membuat Iqbaal belum puas,"Cium pipi dong," pinta Iqbaal dan di turuti oleh Hasan dan Husain.
"Kan yam ja Yah," putus Husain mengikuti kemauan sang kakak, setelah di pikir Ia tidak tega jika harus memakan sapi yang lucu tersebut.
Iqbaal mengangguk, lalu memasang kembali sabung pengaman pada car seat keduanya. Setelah menimbang dan memilih ahirnya Iqbaal memutuskan untuk berhenti di warung pecel lele yang biasa Ia beli bersama (Namakamu). Setelah jauh berputar ke sana kemari berujung kembali ke tempat langganan mereka untuk makan ayam.
Setelah memesan Iqbaal mengajak Hasan dan Husain untuk duduk di bagian pojok, tempat yang sering mereka duduki jika tengah makan di tempat ini.
Iqbaal mengambil beberapa lembar tisu dan menggunakan nya untuk mengelap meja yang terlihat berminyak,"Bang Hasan sama Husain nanti Ayah suapin barengan ya," ucap Iqbaal kepada Hasan dan Husain yang tengah bermain dengan garpu dan sendok.
"Pa?,"
Iqbaal tersenyum,"Biar cepet makannya. Kasian om sama tantenya ngantri kelamaan," jelas Iqbaal melihat beberapa pelanggan yang baru saja datang.
"Ohhhhh" balas Hasan dan Husain ber oh panjang lalu tertawa bersama.
Iqbaalpun hanya bisa terkekeh melihat keduanya, entah siapa yang mengajarkan Hasan san Husain untuk ber oh panjang seperti itu. Namun jika di fikir Iqbaal tau siapa dalangnya. Ini adalah ulah Nova yang beberapa hari lalu sempat datang dan membantunya menjaga si kembar.
Ingatkan untuk mengetok kepala Nova saat bertemu nanti." Dan waktu bisa membuat lupa akan segalanya "
*****
![](https://img.wattpad.com/cover/157982103-288-k702426.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Bunda dan si kembar
Fiksi PenggemarKEMBALI ON GOING Cover bay @iteukismine Sequel Pasutri Backstreet. Di sarankan untuk baca cerita Pasutri Backstreet dahulu sebelum baca cerita ini.