" terkadang manusia lupa, bahwa kata maaf lebih ringan dari pada sebuah apel di tangan"
*****
Iqbaal terus bersenandung riang sembari mengusap mobil menggunakan spon yang penuh dengan busa. Setelah semua pekerjaan rumah beres, Iqbaal memutuskan untuk mencuci mobil yang biasa Ia gunakan. Terlihat beberapa kotoran menempel dengan nyamannya di beberapa sisi mobil.
Dengan semangat Iqbaal bernyanyi sembari menggoyangkan pinggulnya kekanan dan kekiri. Kedua tangannya pun tidak tinggal diam, tangan kiri Ia gunakan untuk menggosok body mobil, tangan kanan Ia gunakan untuk menggenggam gagang sapu yang Ia fungsikan sebagai mic.
"Permisi!," Seru seorang perempuan dari balik pagar rumah.
Iqbaal yang sayup sayup mendengar seruan tersebut berjalan ke arah handphone miliknya dan mematikan lagu yang tengah di putar dengan keras.
"Permisi!," Seru perempuan tersebut sekali lagi.
"Iya sebentar!," Seru Iqbaal mendekati pagar dan membuka nya, "ada apa ya?," Tanya Iqbaal setelah berhadapan dengan perempuan tersebut.
Perempuan tersebut tersenyum ramah, "Maaf mengganggu waktunya pak, nama saya Intan, mau nitip promosi beberapa produk di toko kami," jelasnya dengan ramah, tidak lupa Ia melemparkan senyum, " Boleh minta waktunya sebentar, saya sudah izin pak rt untuk promosi di perumahan sini," jelasnya agar Iqbaal memperbolehkan nya masuk.
Iqbaal tersenyum canggung, Ia menoleh melihat ke dalam rumah dengan ragu, "Boleh silahkan masuk," ucapnya mempersilahkan.
Iqbaal membawa Intan ke dalam rumah dan mempersilahkan nya untuk duduk terlebih dahulu. Dengan cepat Iqbaal berjalan menuju ruang keluarga menemui (Namakamu) yang tengah bersantai sembari menjaga Hasan dan Husain.
"Sayang,"panggil Iqbaal langsung duduk di hadapan (Namakamu).
(Namakamu) menatap Iqbaal aneh, "Kenapa?, Udah selesai nyuci mobilnya?," Tanya (Namakamu).
Iqbaal menggeleng, "Belum."
"Terus."
Iqbaal menegakkan kepalanya melihat ke arah ruang tamu, "Di ruang tamu ada mbak mbak seles. Kamu temuin ya," pinta Iqbaal yang tidak ingin terpikat dengan bujukan maut.
Alis (Namakamu) menyatu, Ia menatap bingung ke arah Iqbaal, "Kok aku, kan kamu yang bolehin masuk," tolaknya yang sedang tidak ingin berpindah tempat.
Iqbaal memanyunkan bibirnya, "Nggak enak akunya mau nolak, kasihan. Mukanya pucet banget, keknya di tolak mulu sama tetangga lain," jelasnya yang tidak tega ketika melihat wajah perempuan tersebut tampak pucat pasi.
(Namakamu) menghembuskan nafas pasrah dan mengangguk setuju, "Ya udah aku temuin. Kamu bikinin minum sama ambilin makan," pinta (Namakamu) mencoba berdiri dengan bantu Iqbaal.
Iqbaal tersenyum senang, "Sip, love you," ucapnya langsung berlari ke arah dapur.
(Namakamu) berjalan dengan perlahan menuju ruang tamu, Ia tersenyum ramah pada Intan yang tengah duduk. Melihat wajah Intan membuat (Namakamu) setuju dengan apa yang Iqbaal lakukan, wajah Intan tampak pucat dengan keringat dingin di keningnya, walau tertutup riasan wajah tetap saja (Namakamu) bisa melihat gurat lelah di wajah Intan.
"Mbaknya jual apa?," Tanya (Namakamu) ketika Intan terus saja diam.
Intan yang sedari tadi melamun pun tersentak kaget dengan pertanyaan yang di lontarkan (Namakamu), "Ah ini bu, saya jual peralatan elektronik," ucap Intan dengan cepat mengambil beberapa lembar Pamflet yang ada di kantung, "ada tv, kulkas, bahkan kursi pijat pun ada di kami. Kami juga menawarkan cicilan dengan bunga 5% dengan waktu 2 tahun, untuk kualitas jangan di ragukan, di tempat kami kualitas no satu," jelasnya memperlihatkan daftar produk dan sistim cicilan, "kami juga menawarkan garansi satu tahun di setiap barang yang di beli di tempat kami, jadi jangan hawatir jika barang tersebut rusak atau trobel. Kami siap menanggung semuanya," ucapnya tampak sedikit tidak fokus.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bunda dan si kembar
Fiksi PenggemarKEMBALI ON GOING Cover bay @iteukismine Sequel Pasutri Backstreet. Di sarankan untuk baca cerita Pasutri Backstreet dahulu sebelum baca cerita ini.