17. * wisuda *

450 57 0
                                    

"Mereka yang ada di dekatmu sekarang,bisa jadi orang terjauh di masa depan"

*****

Tepukan riuh menggema di seluruh penjuru aula,silih berganti mahasiswa maupun mahasiswi naik ke atas podium,  tali toga dipindahkan dari kiri ke kanan dan masing masing  menerima gulungan ijazah membuat suasana lebih riuh dari sebelumnya.

Iqbaal yang menerima gulungan ijazah langsung mengangkat nya tinggi tinggi dan berbalik melihat keluarga kecilnya yang tengah duduk di barisan para wali.

Hasan dan Husain melompat dengan semangat saat melihat sang ayah yang melambai ke arahnya, keduanya berteriak memanggil sang ayah tidak lupa bertepuk tangan mengikuti orang orang yang ada di sana.

(Namakamu) yang melihat Iqbaal tersenyum senang pun ikut tersenyum haru,bahkan ia tidak bisa menahan air matanya ketika Hasan dan Husain bertepuk tangan dengan senangnya.

Iqbaal telah menyelesaikan S1 nya tepat waktu,dengan semua tanggung jawab dan kesibukannya mengurus keluarga dan cafe ini adalah hal yang patut di banggakan,dengan semua kesibukan lulus tepat waktu adalah hal yang perlu di banggakan.

Acara selesai banyak mahasiswa dan mahasiswi yang berkumpul di halaman untuk berfoto bersama,Iqbaal pun tidak menyiakan waktunya untuk berfoto dengan teman temannya.
Setelah puas berfoto Iqbaal pun menghampiri keluarga kecilnya yang tengah duduk di taman.

Iqbaal berlari kecil menuju taman,"Sayang," panggil nya membuat (Namakamu) menoleh.

(Namakamu) tersenyum manis,lalu mengacungkan tangannya untuk memberi ucapan selamat,"Selamat."

Iqbaal menggeleng lalu memeluk (Namakamu),"Enggak, yang bener. Selamat buat kamu, kalau bukan karena kamu aku nggak bakal di sini,nggak bakal lulus tepat waktu. Makasih sayang Love You ,"  ucap Iqbaal sembari mencium pucuk kepala (Namakamu) beberapa kali.

"Love you to."

" Ndong nda ndong," teriak Husain sembari menarik baju yang (Namakamu) kenakan.

Hasan yang masih bermain pun ikut mendekat dan menarik sisi baju (Namakamu) yang lain,"Bang ndong bang ndong."

Iqbaal dan (Namakamu) terkekeh gemas melihat Hasan dan Husain yang merengek,"Jahhhh yuk foto yuk,ayah mau foto sama kalian," ajak Iqbaal menggendong Hasan sedangkan (Namakamu) menggendong Husain.

Iqbaal membawa ketiganya ke halaman untuk berfoto bersama,Hasan dan Husain yang sejak awal menjadi pusat perhatian pun nampak senang saat beberapa mahasiswi mengajaknya bergurau.

Ke empatnya mengambil beberapa foto dengan di bantu mahasiswa yang lain,Hasan pun tampak tertawa senang saat tengah di foto dan beberapa orang yang sengaja memancingnya di balik kamera.

Beda dengan Husain yang tiba tiba tampak murung, padahal beberapa waktu yang lalu Ia masih tampak senang dan tertawa ketika banyak yang mengajak bermain.

"Husain kenapa nak?,"tanya (Namakamu) yang hawatir ketika melihat Husain menyembunyikan wajahnya di ceruk lehernya.

Tangan Husain menunjuk ke salah satu mahasiswa yang tengah melihat ke arah mereka,"Bang pi yem nda.bang kut," tepat setelah mengatakan hal tersebut Husain menangis dengan kencang membuat beberapa orang menghentikan kegiatannya.

Laki laki yang di tunjuk Husain pun tertawa dan melepaskan topinya, keputusan yang buruk saat mengganti topi toganya dengan topi hitam yang selalu ia pakai selama ini.

Beberapa mahasiswa yang ada di sana pun menyalahkan nya dan menyuruhnya untuk meminta maaf kepada Husain karena membuat nya takut.

Laki laki tersebut mendekati Husain yang masih menangis di pelukan (Namakamu) ," aduhhh bingung ,ey gimana" tanya laki laki tersebut berbalik menghadap teman temannya.

"Minta maaf lah,lu yang bikin nangis."

"Gimana?"

"Jadi badut coba," saran dari salah satu temannya.

Laki laki tersebut menggaruk kepalanya,"Emm hallo Husain,om udah nggak serem kok nih liat," ucapnya menyapa Husain seramah mungkin. "Om punya permen lohh buat Husain," lanjut nya mengeluarkan dua buah permen yang ada di sakunya.

Mendengar permen membuat Husain penasaran dan dengan perlahan menghentikan tangisnya dan mengintip untuk melihat laki laki tersebut,"Men"

Laki laki tersebut tersenyum senang,"Iya permen,om punya dua nih ada tongkat kecilnya. Dua duanya boleh kok buat Husain," ucapnya menunjukkan bahwa permen tersebut memiliki tongkat kecil.

"Enel?," Tanya Husain dengan mata berbinar.

Laki laki tersenyum senang,"Iya.tapi ada syarat nya. Husain nggak boleh nangis lagi,nanti om supermen nggak kasih Husain permen."

Husain mengangguk dengan semangat,tangan kecilnya mengusap pipi dan kedua matanya yang basah oleh air mata,"Ndah gak angin gi."

Laki laki yang menyebut dirinya supermen pun berbalik dan tersenyum dengan sombong ke arah teman temannya,"Pinternya,tut tut tut permen tongkat buat Husain,"ucap om supermen sembari memberikan dua buat permen ke Husain.

Alih alih menggenggam keduanya Husain menunjuk sang kakak Hasan agar di berikan satu permen tersebut,"Bang tu."

"Husain satu Abang Hasan satu yeyyy."

Iqbaal dan (Namakamu) tersenyum ketika melihat Hasan dan Husain tersenyum senang dengan permen yang ada di tangannya,"Bilang apa nak sama om supermen."

"Aci om culmen" ucap keduanya bersamaan.

"Sama sama."

Setelah drama Husain yang menangis mereka pun melanjutkan berfoto lalu memutuskan untuk pulang dan beristirahat di rumah.

Hasan dan Husain yang sudah kelelahan pun tertidur di mobil dan terpaksa di gendong dengan hati hati menuju kamar.
Setelah di rasa nyaman Iqbaal meninggalkan ke dua putranya di kamar dan memutuskan menuju dapur menyusul (Namakamu) yang tengah memasak untuk makan malam.

"Masak apa?," Ucap Iqbaal tiba tiba sembari memeluk tubuh (Namakamu) dari belakang.

(Namakamu) yang tengah fokus dengan masakan nya pun terjingkat karena kaget dengan kedatang Iqbaal yang tiba tiba,"Astaghfirullah,kaget Baal," ucapnya sembari menepuk pelan tangan Iqbaal yang melingkar di perutnya.

Iqbaal pun tersenyum dengan polosnya,"Masak apa sih?, ijo ijo gitu warnanya," tanya Iqbaal saat melihat masakan (Namakamu) yang dominan warna hijau.

(Namakamu) melirik Iqbaal kesal,"Masak rumput buat kamu makan."

" Kalau kamu masak rumput berarti aku kambing dong."

"Iya kalik"

"Okey embekkk," seri Iqbaal mengikuti suara kambing.

"Dihhh enggak jelas."

"Embekkk embekkk"

"Brisik ah,sana gih ke kebelakang bantuin angkat jemuran, ke buru sore," usir (Namakamu) melepaskan pelukan Iqbaal dan mendorong nya menuju halaman belakang.

"Siap nona mbekkk!!" Teriak Iqbaal di halaman belakang.

"Ihhh Iqbaal."

"Terkadang semua perlu di mulai untuk tau apakah kita berhasil atau harus mencoba melangkah kembali"

*****

Bunda dan si kembarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang