6. *Taman Kompleks

2.2K 262 12
                                    


"meneruskan langkah pada hati yang selalu di sakiti adalah kesedihan yang di samarkan"

*eriyka

*****

Sorenya Iqbaal dan (Namakamu) mengajak ke dua buah hatinya untuk berjalan jalan di sekitar taman kompleks, yang terletak tidak terlalu jauh dari rumah kedua orang tua (Namakamu).

Husain yang memang tipikal anak yang aktif, selalu berlari kesana kemari membuat Iqbaal kelelahan mengejarnya. Beda dengan Hasan yang memang sedikit lebih tenang, ia sedari tadi bersama sang bunda melihat bunga yang tumbuh di taman tersebut.

Hasan yang memang memiliki jiwa ingin tau yang besar, sedari tadi tidak berhenti bertanya ke pada sang bunda, membuat (Namakamu) harus pintar pintar memilah kata untuk menjawab semua pertanyaan sang putra.

Seperti sekarang (Namakamu) di buat pusing dengan pertanyaan Hasan tentang kenapa kupu kupu tidak jalan saja.

Mata kecil Hasan pun terus memandang seekor kupu kupu yang hinggap di bunga. Mata kecilnya pun mengerjap beberapa kali sebelum melihat sang bunda yang ikut berjongkok di sebelahnya. "nda, pu pa bang, no lan. Pa mu ki. (bunda, kupu kupu kenapa terbang, nggak jalan. Kan punya kaki). "tunjuk Hasan ke arah kupu kupu yang baru saja terbang.

Mendengar pertanyaan sang putra membuat (Namakamu) terus berfikir tentang bagaimana menjelaskannya. "emm kenapa ya"

"ki pu nyak, pi no lan(kaki punya banyak, tapi nggak mau jalan). "ucap Hasan sembari menatap sang bunda dengan tatapan polosnya.

"kan kupu kupu punya sayap sayang, jadi dia terbang"jelas (Namakamu) sembari mengelus kepala sang putra.

"pi, yam pu yap, no bang(tapi, ayam punya sayap, nggak terbang)."tanya Hasan lagi membuat wajah (Namakamu) pias seketika.

"ayam kan enggak bisa terbang"

Hasan pun terus menatap sang bunda dengan kedua mata kecilnya yang indah "pa"

Bolehkah (Namakamu) menyerah sekarang, sesulit inikah menjawab pertanyaan putra sendiri. Otaknya pun terus berfikir tentang jawaban apa yang tepat agar sang anak puas dan tidak bertanya lagi. "kalo ayam bisa terbang, nanti bang Hasan nggak bisa main lagi dong sama ayam. Terus nanti bang Hasan nggak bisa lagi makan ayam goreng kalo ayamnya terbang"

Mendengar jawaban sang bunda membuat Hasan menganggukkan kepalanya tanda mengerti"em bang ti"

Dengan sayang (Namakamu) langsung mengecup kedua pipi tembam milik Hasan"pinter"

Setelah tidak ada lagi pertanyaan pertanyaan yang di tanyakan Hasan, (Namakamu) dengan cepat mengajak sang putra untuk berjalan mencari ayah, dan juga adiknya yang tengah bermain entah di taman bagian mana.

"nda... "panggil Hasan yang berada di gendongan (Namakamu).

(Namakamu) yang sedari tadi fokus melihat sekitar langsung mengalihkan pandangannya ke pada sang putra" iya sayang"

"lem bang hat tu"ucap Hasan sembari memasang wajah takut. Jangan bingung kenapa Hasan bisa tau pasal hantu, ini semua berkat para om nya yang somplak sering menakuti Hasan dan Husain dengan kata hantu.

Melihat wajah takut sang putra membuat (Namakamu) cemas, apa mungkin yang di lihat sang putra memang hantu"lihat di mana"

Dengan antusias Hasan langaung menceritakan di mana ia melihat hantu tersebut"di mar, na tih. Lus um ning bang san ma dek"

Bunda dan si kembarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang