18. *Perayaan*

313 47 0
                                    

"Dunia memang tampak berat untuk sebagian manusia yang tak beruntung melihat pelangi di matanya"

*****

Suara musik mengalun indah di tengah keramaian keluarga besar Iqbaal dan juga (Namakamu). Setelah menyelesaikan S1 nya, hari ini Iqbaal mengadakan acara syukuran yang di hadiri oleh keluarga dan juga beberapa teman dekat.

Hasan dan Husain yang aktif-pun tampak semangat berlari kesana kemari,membuat beberapa orang kewalahan untuk mengimbanginya.

Salah satu dari mereka berlari dengan sekuat tenaga mengejar Husain yang berlari mengitari meja panjang dengan tawanya,"Wehhh dapet nih dapet," teriak nya senang ketika mendapat kan Husain di dalam gendongannya.

"Mantap buruan yang bagus,huaaa buaya mau makan," ucap yang lain pura pura menerkam tubuh Husain dan menggelitik nya, "haumm," aumnya pura pura memakan tangan milik Husain.

Husain yang berada di gendongan pun menggeliat karena geli,"Udah udah eyi San eyi om," keluh Husain dengan tawanya.

Semua orang tertawa gemas melihat wajah husain yang memerah karena tertawa,"Katakan menyerah."

Husain tersenyum lalu mengangguk,"Eyah San eyah,"ucap Husain sembari mengangkat tangan menyerah.

Laki laki tersebut menyeringai jahil dan membalikkan badan,"Bagus. Sekarang tinggal Bang Hasan" ucapnya menatap Hasan"haummm buaya datang," ucapnya pura pura mengaum dan mengejar Hasan yang berlari.

Dengan kaki kecilnya Hasan berlari mencari seseorang untuk membantunya,"Yah yah,Bang kut Uaya ya Uaya," teriak Hasan sembari berlari ke arah Iqbaal.mendengar teriakan Hasan membuat Iqbaal tersenyum dan mengangkat tubuh Hasan ke gendongannya.

"Haummm"

Iqbaal memeluk tubuh Hasan ketika akan di  terkam oleh Buaya jadi jadian,"Udah Bang Ki, istirahat dulu. Kasian anak gua di usilin mulu," ucap Iqbaal melihat keringat di kening Hasan.

Beberapa laki laki yang sedari tadi bermain dengan Duo kembar tampak kecewa,"Yahhh lagi seru padahal,bapaknya nggak asik," keluar Aldi yang menggendong Husain,dan berjalan menghampiri Iqbaal.

"Si kembar capek Al,kasihan," tegur Shalsa yang baru saja datang membawa minum untuk Hasan dan Husain.

Aldi pun hanya bisa pasrah,"Iya dehh. Hasan sama Husain nanti main lagi ya sama om,"ucap Aldi sembari berjongkok di depan Hasan dan Husain yang tengah minum.

Hasan dan Husain mengangguk,"Em ote,"jawab keduanya sembari tersenyum menampilkan kedua gigi kelincinya.

Acara berlangsung dengan lancar, beberapa tamu sudah pulang lebih dulu mengingat jam sudah menunjukkan tengah malam. (Namakamu) di bantu Bunda dan mama Rita membereskan beberapa piring  dan gelas kotor yang sudah menumpuk di atas meja,sedang kan para laki laki mengangkat meja dan beberapa properti lainnya ke dalam rumah.

Hasan dan Husain yang sudah lelah pun tertidur pulas di ruang keluarga, (Namakamu) sengaja menidurkan keduanya di ruang keluarga agar leluasa untuk mengecek keduanya.

Dirinya meminta Iqbaal mengambil satu kasur yang berada di kamar tamu dan meletakkannya di ruang keluarga,dengan begitu Hasan dan Husain bisa tidur dengan nyaman.

(Namakamu) melihat ke kanan dan ke kiri memastikan tidak ada siapapun lagi di tempat tersebut,"Bun."

Bunda Rike yang tengah menyusun piring ke dalam rak berbalik menatap (Namakamu),"Kenapa?."

(Namakamu) diam beberapa saat mengambil nafas dalam,"Emm menurut Bunda ,wajar nggak sih kalau Iqbaal minta tambah anak lagi. padahal Hasan sama Husain masih kecil dan butuh lebih banyak perhatian," ucap (Namakamu) hati hati,ia sudah memikirkan semua ini dari lama dan memutuskan untuk bertanya pada bunda Rike.

Bunda Rike tersenyum lalu bergeser mendekati (Namakamu) dengan menggenggam tangannya,"Wajar aja kok kalau Iqbaal pengen nambah lagi,cuma emang Bunda saranin jangan sekarang. Tunggu Hasan sama Husain masuk TK atau Sd  dulu," ucap Bunda mengelus tangan (Namakamu)," anak emang rezeki. Tapi bukan berarti bisa nambah terus menerus tanpa berfikir tentang konsekuensi nya," lanjut bunda mengulas senyum.

Bunda Rike menatap lembut (Namakamu)"Ngedidik anak itu sama halnya belajar setiap hari,nggak mudah nak. sama kaya bikin pahatan. Kalau kamu sabar dan telaten hasilnya bakal memuaskan,tapi kalau kamu bikinnya terburu buru pasti ada hal yang bikin pahatan itu nggak sempurna atau bisa juga retak dan patah" jelas Bunda membuat senyum (Namakamu) mengembang,"bicara sama Iqbaal ajak ngobrol berdua pas moodnya lagi baik,pasti ngerti. Bunda dukung kamu kok."

(Namakamu) langsung memeluk Bunda Rike dengan erat,"Makasih bunda,(Namakamu) cerita ke bunda karena tau Bunda ibunya Iqbaal, pasti tau gimana Iqbaal luar dan dalam," jelasnya sembari menangis, kehawatiran yang sedari beberapa hari yang lalu menguap begitu saja setelah mendengar nasehat dari Bunda Rike.

Bunda Rike terkekeh melihat (Namakamu) menangis,"Udah ibu ibu masih nangis aja. Udah ah Bunda lanjut nata piring dulu," ucap Bunda melepaskan pelukan (Namakamu) dan berbalik untuk menata piring kembali.

"Ihh Bunda," rengek (Namakamu) membuat Bunda Rike terkekeh.

(Namakamu) yang masih sesegukan pun mengatur nafasnya agar cepat berhenti menangis,"Udah nangisnya,ntar kena ejek sama Hasan Husain kalau bundanya nangis" ejek Bunda Rike membuat (Namakamu) memanyunkan bibirnya.

Setelah semua beres dan rapi, semua orang memutuskan untuk masuk kedalam kamar dan istirahat mengingat jam sudah menunjukkan pukul 2 dini hari.

(Namakamu) dan Iqbaal mengangkat Hasan dan Husain dengan hati hati dan membawanya ke dalam kamar.
Keduanya tampak tak terusik ketika di baringkan ke atas tempat tidur.
(Namakamu) tersenyum ketika Hasan menggeliat dan memeluk tubuh sang adik.

(Namakamu) ikut berbaring di samping Hasan di ikuti Iqbaal yang berbaring di samping Husain,"Gemes banget kalau lagi tidur gini," ucap (Namakamu) membelai kepala Hasan dan Husain,"Perasaan baru kemarin mereka ada di perut aku. Rasanya nggak rela kalau mereka cepet tumbuh dewasa," sendu (Namakamu).

Iqbaal tersenyum dan meraih tangan (Namakamu) dan mengusap nya lembut," Rela nggak rela Hasan sama Husain tetep bakal tumbuh dewasa (Nam). Sekarang kita cuma bisa menikmati waktu sama Hasan,Husain, sebelum keduanya dapet cara baru untuk dapet kebahagiaan," ucap Iqbaal lalu memejamkan mata untuk menuju ke alam mimpi.

(Namakamu) menatap sendu Hasan dan Husain, mungkin ini juga yang di rasakan kedua orang tuanya saat dirinya masih kecil dahulu.

Satu tetes air mata jatuh dari pelupuk mata (Namakamu),"Bunda nggak mau egois buat nahan Hasan sama Husain. Tapi sebelum waktunya tiba,Bunda bakal terus berusaha buat Hasan sama Husain siap sama kerasnya bumi ini," lirih (Namakamu) di tengah tangisnya, "Bunda akan terus ada buat bang Hasan sama Husain apapun yang terjadi,jangan tinggalin bunda ya nak," bisiknya memeluk Hasan dan Husain.

"Semua kasih sayang secara tulus akan sampai pada hati walau itu sekeras batu"

*****

Bunda dan si kembarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang