Scenario

243 54 8
                                    

Priya berada di tempat yang biasa ia datangi bersama El. Tempat dimana kisah cinta itu mulai bertumbuh juga berakhir.

Ia nampak sedang melempar-lempar batu kecil namun dengan sangat kuat hingga terus membuat cipratan-cipratan air.

Raut wajahnya nampak datar. Tak mengekpresikan perasaaan apapun entah itu sakit atau marah.

"Kalau terus kau lempari batu seperti itu bisa-bisa terjadi pendangkalan sungai"

Priya berhenti dan menoleh. Ia tersenyum saat melihat siapa yang datang. Raut wajah tanpa ekspresi tadi langsung ia sembunyikan dengan senyuman.

"Romo..."

Romo mendekat pada Priya dan berdiri di sampingnya.

"Kau sudah makan siang?"

Priya menggeleng.

"Teringat El yang selalu mengantarkan mu makanan?"

Priya hanya kembali tersenyum.

"Rasanya baru kemarin mereka datang ke Desa ini. Sekarang sudah hampir satu bulan tanpa mereka."

"...."

"Kau sendiri kapan akan meninggalkan tempat ini?"

"Romo mengusir ku?"

Romo mengangguk. "Anggap saja begitu."

"Ck... Aku harus kemana kalau pergi dari sini?"

"Pulang Priya" Jawab Romo

Priya menggeleng. "Di sini rumah ku"

"Karna ada kenanganmu dan El?"

"..."

"Priya.. kenapa kau selalu saja hidup di masa lalu?"

Lagi-lagi Priya tak menjawab. Namun matanya sudah berkaca-kaca. Sejak kepergian El tak pernah sekalipun Priya meneteskan air matanya meski ia sangat amat terluka.

"Kau mencintainya bukan?"

"Emm"

"Lalu kenapa kau masih di sini? El akan segera menikah. Kau masih punya waktu untuk menghentikannya" ucap Romo

Priya menggeleng, "Dia akan lebih bahagia bersama Dre."

"Bagaimana bisa dia bahagia hidup dengan pria yang mencintai wanita lain ?" Tanya Romo dan menoleh pada Priya.

Priya sudah mulai tergugu, namun masih mencoba untuk tak menangis.

"Dre lebih baik segalanya dari ku"

"Benar, tapi kau lebih mencintai El!"

"Eleora tidak bisa hidup hanya dengan cinta." Jawab Priya

"Lalu kenapa kau masih di sini? Buktikan pada El bahwa kau bisa lebih dari Dre. Bahwa kau orang yang cukup pantas bersama El."

Priya menggeleng. Air matanya sudah mulai terjatuh. Ia terus saja menggeleng.

"Tidak Romo... Aku manusia yang buruk. Aku orang yang paling buruk untuk El. Aku tidak ingin hidup El menderita.. aku..."

"Apa kau Tuhan Priya?" Tanya Romo yang kini menarik jaket Priya dengan kedua tangannya.

"Apa kau Tuhan? Hingga berhak menghakimi dirimu? Hingga bisa memprediksi sesuatu yang bahkan belum terjadi"

Priya menggigit bibirnya sendiri.

Kutoroka (I'm on mission to find love)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang