Love to Hate

236 64 15
                                    

Rhea baru saja pulang dari membantu para pengerajin kain.

"Sudah pulang Ka Rhea.."

"Oh.. sudah Isqha. Ka El sudah pulang?" Tanya Rhea

"Sudah dari jam 2 tadi."

"Dia di kamar?"

Isqha mengangguk.

"Eum.. oke. Kamu mau ngapain?" Tanya Rhea

"Mau siapkan makan malam ka"

Rhea mengangguk. "Ka Rhea ganti bersih-bersih dulu ya. Nanti ka Rhea bantu siapin makan malam"

"Siap kak!" Ucap Isqha.

Rhea menepuk pundak Isqha lalu meninggalkan Isqha menuju kamarnya.

Sesampainya di kamar ia melihat Eleora yang tiduran di atas kasur dengan tubuh miring menghadap tembok.

"Kak tidur?" Tanya Rhea

Mendengar suara Rhea, Eleora yang semula tak tidur pun langsung memejamkan matanya.

"Ka El.." panggil Rhea. Ia naik keatas kasur dan mendekat pada Eleora untuk melihat apakah El tidur atau tidak.

Setelah melihat El yang nampak tidur, Rhea pun mengecek kening El apakah demam atau tidak. Karna jarang sekali El mau untuk tidur seperti ini. Biasanya ia akan ada di depan rumah menunggu Priya lewat atau alasan mengajak Isqha jalan-jalan hanya agar bisa bertemu Priya.

Tidak hangat, Rhea menarik selimut untuk menutup separuh tubuh El dan ia pun kembali turun dari kasur. Mengambil perlengkapan mandi saja.

Sesaat setelah mendengar pintu kembali menutup El kembali membuka matanya. Matanya sudah terlihat membengkak. Bagaimana tidak jika ia sudah menangis lebih dari dua jam.

Ia mencoba menimbang perasaan Priya. Tapi tetap saja tak bisa. El merasa sakit dan juga marah. Sebenarnya ia lebih merasa takut. Takut jika apa yang di ucapkan Priya adalah benar. Dia bukan siapa-siapa tanpa ayahnya. Ia tak bisa apa-apa tanpa nama belakangnya. Buktinya seberapapun keras ia mencoba semua orang hanya memandang ayahnya.

Ucapan Priya juga mengingatkannya pada masa lalu. Pada cinta pertama yang berakhir memalukan. Eleora masih ingat, sangat ingat dan mungkin selamanya tak akan pernah bisa ia lupakan.

Saat itu Eleora mendatangi ruang basket untuk memberikan kue dan minum kepada pria yang ia sukai. Lalu ia mendengar sesuatu yang menyakitkan. Pria yang ia suka membicarakannya.

"Lu serius ada hubungan dengan El?"

"Si Dekil itu? Yang benar saja. Kaya ngga ada cewek lain"

"Tapi kalian dekat"

"Ck.. lu bego apa gimana sih? Ya iyalah gua deket. Secara dia anak yang punya sekolah. Kapan lagi bro bisa punya status tinggi di sekolah? Jadi kapten basket, jadi ketua osis, selama dia suka sama gua nasib gua akan bagus. Gua denger bokapnya juga salah satu pemilik UPH. Bayangin kalau gua bisa masuk dan lulus di sana. Gua jug dapet motor coy... Siapa tau kalau kuliah nanti gua bisa dapet mobil ya gak?"

"Gila lu, tapi lu bakal pacarin dia?"

"Ngapain..ngotorin deretan mantan gua aja nanti. Ngga usah gua pacarin aja dia udah kaya gitu. "


Rasa sesak terus mengisi rongga dada El. Ia meremat bagian depan midi dressnya. Sebenarnya apa salahnya? Ia hanya mencoba untuk percaya bahwa tidak semua orang itu jahat. Tapi pada akhirnya ia hanya terus diperlakukan dengan jahat.

Kutoroka (I'm on mission to find love)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang