Ga to the wat

430 75 28
                                    

Baru saja sampai di apartemen El, Rhea sudah di sajikan pemandangan komedi putar gratis. Yaitu El yang tak berhenti bergerak bolak-balik sambil mengucapkan gawat-gawat.

Rhea hanya membiarkan saja. Ia duduk di sofa mahal El sesekali menguap karna ini harusnya menjadi jam tidur.

"Rhea... Kok kamu diam aja sih. Panik dong..."

"Wa.. aku panik" saut Rhea malas

El masih terus mondar-mandir. "Gawat ini benar-benar gawat. Ah.. kenapa sih produk ku bisa masuk iklan di new York times...kesal... " Ucap El lagi.

Sebelumnya ia memang pernah menjawab asal, saat ditanya kapan akan menikah El menjawab kalau ia merk sepatunya bisa masuk salah satu Billboard besar new york times dan mengadakan pameran di sana.

Konyolnya El lupa akan itu, dua minggu yang lalu ia justru berhasil melakukan pameran di new york meski tak besar-besar banget.

"Kenapa si El.. kenapa kamu harus sangat brilian seperti hah? Kenapa kamu harus  terlalu hebat seperti ini?'

Di bandingkan kasihan dengan El, Rhea justru memikirkan nasib pria yang akan di jodohkan dengan El. Semoga pria itu punya kenalan psikolog handal.

"Tidak bisa, aku tidak mau menikah karna di jodohkan. Memangnya ini jaman siti Nurbaya? "

"Banyak kisah romantis tentang di jodohkan kok. Dari yang tidak cinta terus mulai jatuh cinta.. nikah-nikah kontrak" Saut Rhea.

El menghentikan kegiatan berputarnya dan nampak berfikir.

"Em...bisa juga sih..."

Rhea mengangguk. "Nanti awalnya kalian akan saling bertengkar. Terus lama-lama saling jatuh cinta sungguhan."

El benar-benar nampak serius menimbang ucapan asal-asalan Rhea. Sudah di katakan El itu lemah kalau sudah urusan kisah cinta.

"Ah.. tidak-tidak. Aku tidak mau kisah percintaan ku seperti yang itu. Iya, kalau romantis. Kalau ternyata pria yang di jodohkan dengan ku pria yang aneh bagaiamana? Tidak-tidak"

"Kalau gitu bertemu saja dulu" ucap Rhea

"Terus kalau dia suka padaku bagaimana? Kamu tau kan aku ini most wanted"

Tidak salah sih, siapa yang tak mau menjadi suami Eleora selama mereka tak tau tingkah asli wanita itu. Eleora cantik, pintar, berbakat dan seorang pewaris tunggal. Meski usianya sudah akan tiga puluh tahun tapi tak ada sedikitpun bukti-bukti penuan di wajahnya. Rhea bahkan nampak lebih tua dan dewasa dari El. Apalagi saat El tak menggunakan make up.

Bukan salah Rhea. El saja yang gila-gilaan dalam melakukan perawatan. Hal itu terjadi sejak El SMA. Ia pernah di tolak dengan sangat kejam oleh seniornya dan kemudian mengatai El hitam dan dekil. Saat masa sekolah El memang berkulit lebih gelap. Tak lain karna El aktif mengikuti eskul paskibra. Random begitu El pernah menjadi pasukan pengibar bendera istana pada saat hari kemerdekaan.

Itu masa lalu, karna sekarang musuh utama El adalah sinar matahari. Sudah persis seperti vampir El yang sekarang ini.

"Kalau kau tidak suka, buat saja di ilfeel" ucap Rhea

"Ah.. benar aku harus berakting membuatnya ilfeel padaku"

Rhea menggeleng "kaka hanya perlu menjadi diri kaka sendiri"

"Ya! Rhea!!"

Rhea tertawa geli, sudut matanya bahkan berair. Campuran antara mengantuk dan merasa lucu melihat tingkah El.

Sebenarnya El tak selalu membuat sakit kepala. Kadang-kadang wanita itu juga sangat menghibur.

"Awas ya kamu.. aku pecat nanti"

Kutoroka (I'm on mission to find love)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang