9

335 107 551
                                    

Winnie lari sekuat tenaganya. Ia tak menghiraukan rasa sakit di kepalanya. Ia tak berani menarik pelatuknya, karena jaraknya masih terhitung dekat dengan Mereka. Ditambah lagi ia tidak bisa menggunakan Pistol.

Langit menjadi gelap. Mucul kilatan-kilatan dan gemuruh yang bersahut-sahutan. Awan tak mampu menahan bebannya. Satu persatu bulir hujan turun ke Tanah.

Luka di Kepalannyaa terasa amat perih ketika terkena Hujan. Ia tetap terus berlari tanpa tujuan sambil menghindari beberapa serangan dari Zombie.

Baru saja ia mengambil ancang-ancang untuk mencoba menembak Zombie yang berlarian ke arahnya.

Brughh....

Ia terkejut melihat para Zombie yang mental karena tertabrak mobil yang melaju kencang.

Kaca Mobil itu terbuka, terpampang jelas si pengemudi Mobil.

Seorang Pria paruhbaya, yang memiliki wajah tegas. Dengan cepat Winnie mengarahkan Pistol kepadanya.

“Ayo cepet masuk!” teriaknya.
Winnie merasa ragu-ragu untuk menerima bantuan darinya.

“Kamu bisa tembak Saya kapan aja, kalo Saya melakukan yang tidak-tidak.” ucapnya. Matanya mengarah ke pistol yang Winnie genggam.

Winnie masuk dan duduk di belakang. Ia masih mengarahkan Pistolnya itu ke Kepala pria tua itu.

“Waduh, berasa kayak di film-film Mafia.” ledeknya yang membuat Winnie berdecak sebal. 

Pria tua itu mengambil selampe di bawah kotak Kue Tart yang ada di kursi penumpang depan. Lalu ia memberikan selampe itu kepada Winnie.

Winnie mengambil selampe itu lalu ia mengendus-endus takut ada hal yang mencurigakan.

“Ga ada biusnya.” ucap Pria itu. Ia terkekeh.

“Kue ini buat Cucu Saya. Walaupun saya ga tau dia masih hidup atau engga.” lanjutnya.

Winnie menghapus bercak-bercak darah yang ada di wajahnya menggunakan tangan kirinya. Tangan kanan nya masih setia memegang Pistol.

“Tolong ke Jalan Flamboyan, sekarang juga!” printah Winnie.

Pria tua itu langsung menambah kecepatan dan menuju Jalan Flamboyan.

Tidak memakan waktu lama. Mereka berdua sudah sampai di jalan Flamboyan.

Pria tua itu langsung menabrak para Zombie yang ingin menyerang seorang laki-laki yang tergeletak di aspal.

Setelah itu ia langsung bergegas keluar dan menggotongnya ke dalam Mobil.

Ia langsung bergegas pergi, menancap pedal gas dengan kecepatan tinggi.

Di perjalanan, mata Winnie berkaca-kaca. Ia menatap nanar wajah Tian yang babak belur.

Ia tau betul pasti temannya ini habis di keroyoki.

“Pasti sakit banget.” lirih Winnie. Ia menghapus darah yang ada di wajah Tian.

“Bertahanlah Cucuku.” ucap Pria tua itu yang membuat Winnie mengerutkan dahinya.

Tiba-tiba Tian merasakan sesak di dadanya. Penyakit Asmanya kambuh.

Tangannya mengarah ke Kantung celananya. Merogoh sesuatu. Ternyata ia mengambil inhalernya.

Winnie langsung membantu Tian untuk duduk tegak.Setelah itu ia  memasukkan inhaler ke dalam mulut  Tian.

Tian mengatupkan bibirnya dengan rapat pada corong inhaler itu. Lalu ia menekan inhaler satu kali dan menarik napas melalui mulut perlahan.

“Makasih.” ucapnya. Ia kembali merebahkan dirinya yang ber-alaskan paha kawannya itu.

ZiYA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang