14

281 82 377
                                    

Sesampainya di rumah lama milik Prof. Adi mereka semua langsung masuk ke dalam kamar yang sudah di bagikan oleh Prof. Adi.

Malik meletakan lelaki itu di atas kasur dengan dibantu oleh Valen. Suhu Tubuh lelaki itu masih tinggi.

“Hm, sebentar nanti saya bawakan obat. Tapi dia harus makan sebelum minum obat.” ucap Prof. Adi lalu ia keluar untuk memindahkan barang-barangnya yang masih ada didalam mobil.

“Kau membawa semua barang-barang, mu?” tanya Kakek. Ia membantu membawa beberapa barang-barang Prof. Adi.

“Biar Aku aja, ini berat loh.”

Prof. Adi langsung mengambil alih barang yang di bawa Kakek.

“Walaupun Aku sudah tua, Aku masih kuat!”

“Lihat!” Kakek memamerkan otot lengan dan otot kakinya. Tiba-tiba betisnya terasa kram.

“Kan-kan,” Prof. Adi buru-buru memapah Kakek ke dalam. Ia membantu Kakek duduk.

“Lurusin Kakinya, Yah.”

Setelah Kakek  menyelonjorkan kakinya, Prof.Adi mengoleskan balsem di betis Kakek. Ia juga memijat pelan betis Ayah mertuanya itu.

“Gimana, Yah? Udah enakan?”

Kakek mengangguk. “Bagaimana dengan kabar Endang?”

“Apa dia tidak ingin bertemu dengan Ayahnya ini?”

Prof. Adi menunduk. Ia menatap kebawah lantai. “Hm, Adi minta maaf Yah. Adi baru saja berpisah dengannya.”

“Kau berpisah dengannya?” Prof.Adi mengangguk pelan.

“Maaf, Aku tak bisa bertahan dengannya. Dia benar-benar merusak segalanya. Dia bahkan tidak memperdulikan Tian sebagai anaknya dan Kau sebagai Ayahnya.”

“Aku juga merasa seperti tak dianggap, dia tak pernah mendengarkan dan menuruti perkataan ku sedikit pun.”

“Saya tidak tau sifat keras kepalanya itu menurun dari siapa.” keluh Kakek.

“Tapi Saya mohon, jangan membenci Endang. Mungkin dia seperti ini karena kehilangan putri satu-satunya.”

“Tapi dia tak peduli dengan putra satu-satunya dan ayah kandungnya.” cerocos Kakek.

Setelah selesai mandi. Winnie memasukan beberapa makanan cepat saji didalam microwave. Ia menuggu sampai panas sambil duduk di atas kursi.

“Kalau ada dia disini pasti seru.”
Winnie jadi teringat saat ia sering dijahili Tian dirumahnya sampai-sampai ia terasa kesal.

Tapi sekarang ia malah rindu dengan itu semua.

Tiba-tiba lamunannya buyar karena datangnya Valen.

“Mikirin apa lu?” tanya Valen lalu ia ikut duduk di kursi.

“Engga,”

Ting!

Winnie langsung membuka Microwave itu. Tak lupa ia memakai sarung tangan untuk mengeluarkan semua makanan yang ia panaskan.

Valen langsung menyerbu makanan itu.

“Anjirrr panass!” Valen meniup-niup tangan kanannya yang terasa amat panas itu.

“Goblok sih lu, jelas-jelas elu liat gue baru ngeluarin dari Microwavenya.”

“Eh melepuh itu!” Panik Winnie yang melihat beberapa jari kanan Valen melepuh.

“Goblok sih lu!” Winnie langsung menarik tangan Valen dan menyalakan air kran di atas wastafel cuci piring. Ia mengaliri air kran itu ke tangan kanan Valen.

ZiYA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang