26

181 37 152
                                    

Prof. Adi kesulitan untuk bergerak karena posisi mobilnya yang terbalik. Ia berusaha membuka safety beltnya.

Brugh!

Ia langsung jatuh ketika safety beltnya berhasil terbuka. Kepalanya benar-benar terasa sakit karena terbentur atap mobil.

“Anak-anak, bangun!” ucapnya. Semua anak-anaknya tak sadarkan diri, serta banyak luka di sekitar wajah dan lengannya.

Prof. Adi menolong Winnie yang masih menyangkut dengan safety beltnya. Ia menahan tubuh Winnie agar tidak langsung jatuh seperti dirinya tadi.

“Win bangun!” Ia menepuk pelan pipi Winnie.

“Kak, bangun!”

“Kakak! Bangun kak!”

“Katanya kamu mau ikut mama kan?”

Winnie membuka matanya, samar-samar nampak Mama yang tersenyum padanya.

“Mah,” ia pun berusaha untuk bangun.

Prof.Adi mengrenyitkan dahinya. Ia membantu Winnie duduk.

“Wajah saya kayak perempuan ya?”

“Hah, Aku kira mama.”

Tiba-tiba Tian datang dan langsung memeluk Prof. Adi.

“Tian?”

“Kamu ga kenapa-kenapa kan?”

“Aku ingin dunia ini kembali indah seperti dulu, apa keinginan ku akan terwujud, Pah?” tanyanya di dalam dekapan Prof. Adi.

Prof. Adi melepaskan pelukannya, ia memegang bahu anaknya.

“Semua tergantung pada mereka.”

Valen, Anjas dan Rizal telah sadar. Mereka semua meringis kesakitan.

“Anak-anak, pakai seragam kalian. Kita jalan kaki sebentar lagi sampai.”

Mereka semua langsung memakai seragamnya. Tian membantu Winnie memakai seragamnya.

“Jangan sampai terluka lagi ya.” ucapnya lalu mengelus kepala Winnie.

“Aww, sakit pala gue.” ringisnya.

“Ah, maaf-maaf.” lalu ia meniup sekilas kepala Winnie.

Otak Winnie muncul ingatan-ingatan saat ia bersama Tian. Dari meniup hidung Tian saat mimisan, di cium Tian dan Tian memenggal kepala Zombie perempuan yang menyerangnya.

Ia reflek menggelengkan kepalanya.

“Apa yang kamu pikirkan?” tanya Tian.

“Ehm, ga ada.” jawab Winnie lalu ia memakai helmnya.

“Seharusnya kau jawab ‘Masa depan kita’.” ucap Tian dengan kekehannya yang langsung dihadiahi cubitan kecil.

“Ayo waktu kita ga banyak lagi.” ucap Prof. Adi karena ia yakin rintangannya belum selesai.

Mereka semua pun keluar, setelah memastikan semuanya lengkap. Prof. Adi memimpin para anaknya dengan berjalan di depan.

“Ayo cepet jalannya! Keburu mak lampir datang.” ucap Prof. Adi karena Valen masih tertinggal jauh.

Valen berusaha mempercepat jalannya. Semakin cepat jalannya semakin sakit kakinya. Alhasil Tian membantunya berjalan.

“Siapa yang kamu sebut mak lampir?” tanya Prof. Endang yang bersender di tembok.

“Kamu mau bunuh diri?” tanya Prof. Adi karena Prof. Endang tidak memakai pelindung diri.

“Ga, aku cuma mau kamu...” Prof. Endang mengantung perkataannya. Ia mendekati Prof. Adi dan bergelayut manja di lengan mantan suaminya itu.

ZiYA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang