18

239 59 266
                                    

Deb!

Tubuhnya menabrak seseorang dibelakang. Ia menelan salivanya kasar.

“Kamu kenapa?” tanya Valen.

"Anjir gue kira siapa."

Winnie menunjuk Tian yang berada 1 meter di depannya.

“Tian?”

“Dia bukan Tian lagi.” ucap Malik yang sedari tadi menghapus darah yang terus menerus keluar dari hidungnya.

“Bau ini! Bau darah segar!” ucap Stephanie yang menahan hasratnya untuk memakan mereka.

“Akh, tubuhku terasa panas!” ringis Tian yang berasakan panas ditubuhnya.

Bukannya berlari dan menjauh. Winnie, Valen dan Malik masih memperhatikan tingkah mereka.

Tian dan kelompoknya tak bisa menahan hasrat mereka. Terlebih mereka sedang merasakan lapar. Mereka semua langsung menyerang tiga manusia yang ada didepannya itu.

Valen langsung berlari, tangannya menarik tangan Winnie. Malik menembak para Zombie itu.

Dor!

Dor!

Zombie itu tumbang dan bangkit lagi. Melihat hal gila itu, Malik berlari sekencang mungkin. Bahkan dirinya bisa medahului Valen dan Winnie yang ada didepannya.

“Cepetan! Mereka beda dengan yang lain!”

Valen pun mempercepat larinya.

Malik menembak para Zombie yang berada di depannya. Ia tetap berlari sambil menembak. Winnie juga menembak para Zombie yang ingin menyerang dari samping jalan.

Sampai akhirnya mereka bertiga pun masuk kedalam ATM dan buru-buru menutup pintu kaca itu.

“Woy ilah kenapa disini?! Kita tetep ga  bakalan ga bisa keluar lah!” protes Winnie karena dirinya ditarik ke dalam ATM.

Para Zombie menunggu mereka bertiga diluar. Bahkan ada zombie yang nekat mencoba membenturkan kepalanya untuk memecahkan pintu kaca.

Winnie bersembunyi di belakang tubuh Valen. “Gua takut.” lirihnya.

Pintu kaca ATM mulai retak. Winnie dan yang lainnya makin panik.

Winnie mengeluarkan senjatanya sedangkan Valen sibuk mengeluarkan isi tasnya.

Malik menepis pistol Winnie yang diarahkan kepelipisnya sendiri.

“Apa-apaan sih?!” protes Winnie.
Valen menatap bingung keduanya.

“Jangan gila!” murka Malik.

“Gue ga mau jadi Zombie! Lebih baik mati aja!”

“Ngomong apa sih lu?!”

“Cepet pake ini!” lanjut Valen sambil memberikan dua pasang seragam anti bau.

Prang!

Pintu kaca itu pecah. Para Zombie memaksakan dirinya masuk. Beruntung mereka bertiga sudah selesai memakai seragamnya. Kalau sampai mereka telat entahlah apa yang terjadi.

Para Zombie mengendus-endus mereka. Setelah merasakan kehilangan bau mereka, para Zombie itu kembali normal dan pergi tanpa tujuan.

Tian dan kelompoknya pun merasakan hal yang sama. Setelah kehilangan bau manusia, mereka kembali seperti biasa. Tubuhnya pun mulai normal kembali.

“Tian.”

“Siapa kalian? Apa yang kalian kenakan?” tanya Tian.

“Apa kalian manusia?” tanya Stephanie.

ZiYA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang