12

301 94 433
                                    

Azka memimpin pasukanya untuk masuk kedalam Sekolah yang merupakan tempat sembunyi Kakek, Tian, Valen dan Winnie.

Pasukannya membabi buta para Zombie yang ingin menyerangnya.

Beruntung Zombie yang ada di Sekolah hanya sedikit.

Kakek yang mendengar suara senjata Api dari luar. Ia mengajak para cucunya untuk pergi dari sini.

Azka membuka pintu perpustakaan. Namun tidak ada siapapun didalamnya. Hanya ada seorang perempuan yang menjadi Zombie.

Ia bingung kenapa Zombie itu mengikat dirinya sendiri.

“Mereka kabur lagi bos!” teriak Azka.

“Cepat cari mereka! Mereka pasti ga jauh dari sini!” perintah Jhonny bosnya.

Para pasukan langsung berpencar untuk mencari mereka.

Malik menemukan mereka dengan mata elangnya. Tetapi tidak berniat memberitahukannya kepada kelompok dan atasannya.

Ia malah berharap mereka cepat-cepat pergi dari sini dan tidak tertangkap oleh kelompoknya.

“Saya menemukan mereka!” teriak Azka dari tolky-tolkynya.

Malik membelalakan matanya kaget. Hatinya gelisah.

“Kok lu ga kasih tau sih kalo ada mereka?!” omel Azka. Ia menoyor kepala Malik.

“Gua ga liat, kan kacamata gua bolong!” alibi Malik. Ia membenarkan posisi kacamatanya yang sempat merosot tadi.

“Udah buru tangkep mereka tuh!” perintah Azka.

“Jika tidak bisa ditangkap bunuh saja mereka!”

“Tembak!” teriak Azka.

Kelompok Mereka membidik Kakek, Tian, Valen, Winnie dan Evan.

Dor!

Peluru Malik meleset. Ia memang sengaja melakukannya.

“Goblok!” geram Azka.

“Kan Mata gua minus delapan!” bohong Malik.

Kakek dan para cucu berlari menghindari tembakan mereka.

Sesekali Tian dan Valen menyerang mereka.

Evan terjatuh, dan satu Zombie di belakangnya hampir menyerangnya.

Dor!

Winnie langsung menembak kepala Zombie itu. Setelah itu ia menarik tangan Evan.

Winnie kesulitan berlari karena lantai yang basah karena darah para Zombie yang lengket tercampur dengan lumpur di lantai.

Tian melihat Winnie yang berada jauh dibelakangnya. Ia juga melihat Azka yang sedang membidik Winnie sambil menyempilkan rambutnya di telinga.

Tian berlari cepat, ia langsung memeluk Winnie. Ia menjadikan dirinya sebagai perisai untuk melindungi Winnie.

Dor!
Dor!

Peluru itu mulus masuk kedalam punggung Tian.  Ia langsung terjatuh dan bertahan dengan lututnya.

“Ti-Tian.” lirih Winnie. Ia berusaha menahan tubuh Tian agar tetap berdiri.

"Cepet lari!" perintah Tian dengan suara mulai melemas.

“HWAAA, TIAN!"

"Maaf, ini gara-gara gue! Kenapa lu ga lari aja?!"

“Cepet lari dari sini! Jangan ngeliat ke belakang."

ZiYA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang