11

315 92 483
                                    

Papa sudah sampai di Negeri Jiran. Ia langsung naik Taxi dan meminta supir Taxi untuk mengantarnya ke Camp Malaysia.

Sesampainya disana, ia langsung bertanya kepada petugas tentang keberadaan keluarganya.

“Disini tak de pemilik name Feni dan yang bapak sebut tadi.”

Huft...

Papa membuang napasnya kasar.

Ia pun berjalan mengitari tenda-tenda sambil mengecek keberadaan istri dan anak-anaknya.

Ia tidak berhenti mencari di antara ribuan orang.

Sekarang ia beralih ke Helikopter yang baru datang. Ia berharap ada Istri dan anak-anaknya.

Nihil, orang yang ia cari tidak ada. Ia menunggu Helikopter yang akan datang. Berharap keluarganya akan datang.

Semua orang telah bersiap-siap menunggu kedatangan Tim yang ditunggu-tunggu.

“Mana Kek? Udah jam 6 lewat kok belum datang juga?” tanya Tian. Entah mengapa hari ini dirinya menjadi lebih semangat.

“Sabar.” jawab Kakek sambil melihat Jam Tangannya.

Setelah 10 menit berlalu. Yang mereka tunggu-tunggu telah datang.

Kakek menyapa salah satu temannya.

"Dah tunggu lame ye?” tanya Temannya dengan logat Melayu.

Kakek hanya terkekeh. Ia memerintahkan semua orang untuk masuk.

Nit...nit...nit...

Batas penumpang sudah kelebihan.

Winnie, Kakek, Tian dan Valen belum masuk. Satu Helicopter hanya bisa mengangkut 10 orang.

Sedangkan yang datang hanya ada 2 Helikopter. Dan total Mereka semua ada 24 Orang.

Tidak ada laki-laki yang mau mengalah, mereka semua mementingkan dirinya sendiri.

Kecuali Leon, Leon menawari Kakaknya untuk bertukar posisi dengannya. Tapi Winnie menolaknya, ia harus mengalah untuk keselamatan adiknya.

“Wini tukeran aja sama Mama.” Winnie langsung menolak tawaran Mama.

“Ya udah Mama disini aja sama Kamu.”

“Ga mah, nanti Wini nyusul.”

Valen meminta Gilang untuk turun dan memaksanya untuk mengalah.

“Ga ah, gua capek harus lari-larian mulu dari Zombie dan preman-preman itu.” tolaknya.

“Ck, ga tau malu lu ya. Badan doang gede, otak ga ada!”

"Udah udah jangan ribut!" Lerai Winnie.

“Kami akan cepat-cepat kembali.” ucap salah satu petugas. Ia mengunci pintu cage  yang berfungsi untuk mengangkut orang.

Mereka semua pun berangkat pergi dari negara ini.

Winnie melambaikan kedua tanganya sampai Helikopternya tak terlihat di matanya.

“Untung Mama sama Adek-adek gua selamat.” ucapnya penuh syukur.

Tian merangkulnya. “Gue bakalan jagain lu sampe bisa keluar dari Negeri ini.”

“Gua juga.” Valen menyigkirkan tangan Tian.

Kakek meminta Valen untuk berjaga di depan sampai Teman-temannya itu datang kembali.

“Ayo gua temenin, Len.” ajak Winnie.

ZiYA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang