28

200 35 116
                                    

“Kau bukan cucu ku.”

“Umur ku masih 23 tahun, tidak mungkin sudah memiliki cucu sebesar ini.”

Rizal melepaskan peluknya, matanya terlinang air mata.

Tes!

Tak kuat air matanya pun terjun ke pipinya. Apa yang dikatakan Prof. Sulistyo benar, ia berumur 20an dan tidak mungkin memiliki cucu.

“Bercanda!”

“Kau ini memang tetap cengeng, berubah dong. Kan, kamu sudah besar Rizal.”

Prof. Sulistyo memeluk Rizal.
“Kalau kakek tidak menjelajahi waktu, kakek tidak akan mengenal kamu sebelumnya.”

Seketika Anjas teringat saat kakeknya Rizal meninggal, ia melihat orang yang mirip dengan kakeknya Rizal waktu itu.

“Berarti waktu—“ ucap Anjas yang terpotong.

“Iya itu saya, seharusnya kau tidak usah mencari taunya.”

“Terus apa maksud kedatangan kalian semua?” lanjut Prof. Sulistyo.

“Kek, apa benar kakek memiliki mesin waktu?” tanya Rizal.

Prof. Sulistyo mengangguk. “Lalu?”

Rizal memegang kedua tangan Prof. Sulistyo.
“Ijinkan kami menggunakan itu.” Mohonnya.

“Tenang, kakek telah menyiapkannya untuk mu.”

Mata Prof. Sulistyo menatap benda pipih bulat yang melingkar di tangannya. Waktu yang ia miliki sudah tidak banyak lagi.

“Ada apa kek?” tanya Rizal.

Prof. Sulistyo meminta asistennya untuk melayani cucu satu-satunya itu.

“Satu mesin hanya untuk satu orang, saat kalian sampai nanti. Kalian akan terpisah oleh jarak, pastikan kalian pergi bersama dan menghindar dari petugas imigrasi.”

“Petugas imigrasi?” tanya Prof.Adi.

“Bapak tidak bisa memberikan sesuatu agar mereka tidak menjadi buronan?”

Prof. Sulistyo menggeleng. “Karena ini sudah ketentuannya, manusia yang bertransmigrasi dari tahun 2021 ke tahun sebelumnya akan mendapat hukuman.”

“Hukuman apa?”

“Di kurung dan di biarkan membias.”

“Belum siap gue jadi buronan.” ucap Valen penuh kekhawatiran.

“Semua juga sama kali.” ketus Winnie.

“Kalian semua akan pergi?” tanya Prof. Sulistyo.

“Tidak, hanya kami berdua yang tidak ikut pergi.” jawab Prof. Adi sambil menepuk pelan bahu Tian.

“Kenapa tidak kau sendiri yang memperbaikinya? Kan awal mula ini dari istri mu.”

Prof. Adi bingung ingin menjawab apa. Sebenarnya ia juga tidak mau kalau Winnie dan yang lainnya bertrasmigrasi waktu, karena yang ia tahu itu sangat berbahaya.

“Oh ya, ngomong-ngomong seragam ini bagus juga. Seberapa besar pengaruhnya?” Prof. Sulistyo memegang seragam milik Prof. Adi.

“Cukup untuk menghilangkan bau manusia dari kawanan Zombie.”

“Apa kalian pernah mencoba bergoyang bersama para Zombie dengan seragam ini?” Mereka semua pun menggeleng. Mana mungkin mereka melakukannya. Memangnya mereka gila?

“Saya yakin kalian tidak pernah, mungkin hanya orang gila yang melakukannya.”

“Maaf pak, waktu bapak sudah tidak lama lagi.” ucap asistennya.

ZiYA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang