Setelah seminggu lebih, Prof. Adi keluar dari ruangannya. Kantung matanya menghitam, rambutnya acak-acakan tidak karuan, bahkan kumis dan janggutnya sudah tumbuh banyak.
Ia berjalan ke dapur dan duduk di bangku makan.
Tak...
Kakek meletakkan segelas kopi panas di atas meja. “Gimana? Sudah selesai?”
Prof. Adi mengangguk pelan. Ia menyambar gelas yang ada di depannya itu lalu ia menyeruput kopi yang dibuat Kakek.
“Membuat penawarnya susah banget. Tapi untungnya aku berhasil.”
“Waah hebat! Kamu emang menantu saya yang paling best!” puji Kakek. Ia mengguncangkan tubuh Prof. Adi.
“Jangan seneng dulu Yah, aku belum mengujinya langsung kepada Tian.”
“Ya tapi saya yakin pasti ini akan berhasil.”
“Ya semoga aja ya, Yah.”
“Kemana Tian?” tanya Prof. Adi. Ia baru sadar rumah ini sepi.
“Dia pergi keluar untuk mencari persediaan makanan.” jawab Kakek.
“Dia pergi sendiri?”
“Engga, Winnie, Valen dan Malik pergi bersamanya.”
“Anak kecil itu?”
“Ah Evan? Dia masih tertidur di kamarnya.”
“Ya biarkan dia tidur. Aku juga mau tidur. Kalau Tian pulang tolong bangunin Aku ya, Yah.”
“Iya nanti Ayah bangunin.”
Prof. Adi melenggang pergi ke kamarnya.
Ia membaringkan dirinya di atas kasur. “Semoga aja penawarnya berhasil.”
Ia tidak bisa menahan matanya yang berat itu, akhirnya ia pun tertidur.
“Tian!” teriak Stephanie.
Ia melihat Tian sedang berjalan dengan tiga orang yang menurutnya berpakaian aneh.
“Tian?” tanya Josua.
Stephanie menunjuk Tian yang ada di ujung jalan.
“Ternyata matamu jeli ya.” puji Josua.
Merasa dirinya terpanggil, Tian menoleh dan mencari sumber suara itu.
“Ah, Stephanie!”
Tian langsung mengahampiri Stephanie. Winnie, Valen dan Malik mengekori Tian.
Tangan Stephanie menggenggam kedua tangan Tian. “Kau darimana saja Tian?”
“Yak, kau darimana saja? Tiba-tiba menghilang bagai angin!” omel Josua.
“Kalian berdua tidak perlu khawatir. Aku sekarang tinggal bersama mereka dan Papa ku.”
“Udah kosong tuh, ga mau nyebrang?” cibir Winnie. Ia bersedekap dada.
Tian dan Stephanie langsung melepaskan genggamannya.
“Ternyata bisa cemburu juga lu.” bisik Valen. Ia menggandeng tangan kiri Winnie dan langsung di tepis Winnie.
“Kau hidup bersama manusia? Itu berbahaya, sewaktu-waktu kau dapat mem—“
“Jangan mengkhawatirkan diriku, aku aman bersama Papaku sendiri.”
“Dah lama gue ga nonton drama kayak gini.” ucap Winnie.
“Sama.” sahut Malik ikut-ikutan. Ia pura pura menyibak air matanya.
“Udah ayook gue laper ni!”
KAMU SEDANG MEMBACA
ZiYA (END)
HorrorNyatanya kami tak pernah terpikir kalau ini terjadi. Masa iya? 🎖 #1zombie : 10 Mei 2023 #1panik : 2 Agustus 2021 #1serangan : 2 Agustus 2021 #1panic : 2 Agustus 2021 #1badpeople : 4 Agustus 2021 #1maya...