27

199 38 159
                                    

Dor!

Rizal ambruk. Mereka semua kaget dan menatap tak percaya.
Prof. Endang menjerit kesakitan akibat timah panas yang mengenai wajahnya. Wajahnya pun banyak mengeluarkan darah.

Winnie tersenyum simpul. Senjata makan tuan.

Anjas menyadarkan Rizal. Rizal pun membuka matanya perlahan. Ia langsung duduk dan meraba-raba seluruh tubuhnya.

“Gue masih hidup?!”

Anjas mengangguk lalu ia memeluk sahabatnya itu.

“Serius? Gue masih hidup?”

“Terima kasih Tuhan, Kau telah melindungi ku.” ia pun bersujud dengan penuh syukur.

Para pasukan Prof. Endang pun datang.

“Darimana aja kalian?!”

Mereka tak menghiraukan pertanyaan majikannya. Agus dan temannya memborgol kedua tangan Prof. Endang.

“Apa-apaan ini?!”

“Kalian berani sama saya?!”

“Lepasin tangan saya!”

“Ini rencana kalian?” tanya Prof. Adi tak percaya.

Agus mengangguk dengan rasa takut.

“I-iya pak, ini rencana kami.”

“Tuan kalian itu saya! Bukan dia! Seharusnya kalian tunduk sama saya!”

“Diemin aja kalau dia lagi ngoceh, oh ya sebentar.”

Prof. Adi mengeluarkan tas kecil P3K dari dalam ranselnya.

“Tolong obati dia.”

Salah satu anak buahnya mengambil tas P3K itu.

Prof. Endang pun dibawa pergi oleh pasukannya.

Mereka semua merasa tenang sekarang.

“Coba aja kalau kamu ga nekat ga bakal kayak gini.” lirih Prof. Adi.

“Lu udah tau kalau ini bakal terjadi?” tanya Valen.

“Iya, tadi gue liat kayak macet gitu.”

“Keliatan?!” heran Valen. Bagaimana bisa ada seorang yang bisa melihat lubang pistol tersumbat dari jauh.

“Ga gitu, tadi sih lu semua malah merem jadi ga liat pas Prof. Endang agak susah narik pelatuknya.”

“Gue juga tau kalo Tian itu udah tau sebenernya, yakan?”

“Ah, itu...saya belum tau.”

“Masa?”

“Padahal gue tau kalau elu nemuin pasukan ibu lu, yakan?” tebak Winnie.

“Enggak.” bohong Tian.

“Kan tadi lu bilang ke ibu lu, kalau lu liat pasukannya pergi.”

Mereka semua pun langsung ingat.

“Bener itu, Yan?” tanya Prof. Adi.

“Aku ga sengaja bertemu mereka tadi.”

Winnie tersenyum bangga.

“Gimana bisa kamu nemuin mereka?” tanya Prof. Adi.

Flashback...

“Jangan takut, kami Tim Penyelamat.” Agus tersenyum miring dan mengelus puncuk kepala Tian.

“Nanti saat Ibu mu memberi kode, bilang kalau kami sudah pergi.”

“Kode?”

“Kode apa?” bingung Tian.

ZiYA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang