17

227 60 232
                                    

Beberapa hari yang lalu...

Tian terbangun dan merasakan sakit di dadanya. Ia menekan dadanya. Tiba-tiba rasa sakitnya itu hilang begitu saja. Matanya pun menelusuri keadaan sekitar.

“Apa yang terjadi?” Otaknya berusaha mengingat.Semakin ia memaksanya semakin besar juga rasa sakit yang ia rasakan ditubuhnya.

Ia pun menyerah dan berhenti memikirkan hal itu.

Sekelompok Zombie datang kepadanya. Ia kaget dan lari untuk menghindari mereka.

Tian bersembunyi di dalam kamar mandi. Ia merasa takut tapi ia tidak bisa merasakan detak jantungnya.

“Kau pasti bingung bukan?”

Tian langsung terjengkang, kepalanya terbentur wastafel.

“Tidak sakit bukan?”

Tian bingung, ia tidak merasakan apa-apa.

“Apa-apaan ini? Kau bisa berbicara?” tanya Tian gelagapan.

“Kau dan Aku ini sama!”

“Gak! Kamu itu Zombie dan saya manusia!”

“Cepet bilang kalau ini semua hanya mimpi!”

Gadis itu mendekati Tian dan menempelkan jari telunjuknya tepat di bibir Tian.

“Ssst, Aku dulu juga sama sepertimu. Aku tidak dapat menerima kenyataan ini.”

Gadis itu bagun dan melihat dirinya dalam cermin.

“Coba kau lihat dirimu.”

Tian memberanikan dirinya untuk bangun dan ikut melihat dirinya di cermin.

“Yak! Apa yang lu lakuin ke gue?!” Ia melihat dirinya dengan kulit pucat, mata putih, bibir gelap dan urat-urat di sekujur tubuhnya.

“Berhenti menuduh dan terima kenyataanmu!”

Ingin rasanya Tian menangis tapi tak bisa. Apa air matanya sudah mengering?

“Kau bukan manusia lagi, bodoh!”

“Apa semua Zombie bisa berbicara?”

“Tidak semua, beruntunglah kau tidak menjadi Zombie yang berjalan kesana-kemari tanpa tau dirinya siapa.”

“Hei mengapa kalian berdua lama sekali di dalam kamar mandi?” tanya Anak laki-laki sepantar Tian.

“Ayo cepat bantu kami berberes!”

Mereka bertiga pun keluar dari kamar mandi dan membantu para Zombie yang sedang membersihkan lantai.

“Walaupun Kami Zombie, kami tidak suka kotor!”

Setelah selesai berberes mereka semua duduk membuat lingkaran kecil.

“Kita kedatangan dua teman baru.”

“Ayo kalian berdiri dan perkenalkan diri kalian masing-masing.”

Tian dan Azka berdiri. Mereka berdua saling bertatap-tatapan satu sama lain.

Mereka berdua merasa seperti pernah saling bertemu.

Tiba-tiba tubuh mereka berdua sakit secara bersamaan.

“Hey apa yang kalian pikirkan? Kalian akan mati jika terus-terusan seperti itu.”

Rasa sakit di tubuh mereka berdua hilang.

“Kenapa saat Aku berusaha mengingat tubuhku rasanya sakit? Dan kenapa saat kepalaku terbentur wastafel tidak terasa sakit?” tanya Tian penasaran.

ZiYA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang