©MOB-11©

19.5K 2.1K 72
                                    

HAI! Pertahanin vote nya ya, semisal viewers 400 yah vote minimal 200 baru bisa update hehe.

Met baca😾
.
.

SEJAK hari itu, hidup Hara nampak damai sekali, tak ada pengacau dihidupnya lagi.

Sebab Awan sudah dibawa ke luar negeri bersama orang tuanya, dan kinu Hara hanya akan berfokus pada kuliah, kerja dan kekasihnya.

Siang ini Hara baru saja menyelesaikan kelas terakhirnya sebelum libur semester besok.

"Hm, Geri masih belum menghubungi ku." gumam Hara sembari mengecek ponselnya, memang belum ada pesan dari Geri.

Tumben saja.

Hara memilih berjalan dengan santai di koridor kampus, sesekali tersenyum pada orang yang dia kenal.

"Awan apa kabar ya, kepo juga gue kabar dia gimana." yah, pasalnya sudah 2 minggu juga tak tau kabar Awan.

Saat Hara sampai di pintu keluar, dia tak sengaja melihat seorang pria culun tengah dipukuli beberapa orang.

Decakan kesal Hara berikan, dia berlari pelan kearah kerumunan itu dan menelepon seseorang. "Heh! Mau dikeluarin dari kampus kalian?" tanya Hara santai.

Ke 5 cowok itu langsung menoleh dan memandang Hara kaget, siapa yang tak tau jika Hara ini punya koneksi kuat di kampus.

Mereka langsung bubar meninggalkan cowok bermasker dan berkaca mata itu yang sudah tergeletak lemah dilantai.

Wajahnya lebam, kacamatanya patah.

"Ayo ke rumah sakit." ajak Hara lembut sembari mengulurkan tangannya pada cowok itu.

Dengan tangan yang gemetar dia menyambut uluran tangan Hara dan berdiri perlahan. Pakaiannya terkesan kuno.

Mengenakan kemeja besar dan celana kusam, tas selempang kotor dan laptop yang sudah pecah agak jauh darinya.

"M-makasih.." lirihnya dengan ringisan yang tak bisa dielakan.

Hara terdiam sejenak, dia membuka masker cowok itu guna memastikan sesuatu. "Akh..sakit.." rintihnya saat masker itu mengenai luka di wajahnya.

Mata sayu cowok itu memandang Hara sendu. "M-maaf..dan makasih udah nolongin aku." ujarnya gugup lalu berjalan pergi meninggalkan Hara yang membeku.

Hara tertawa paksa, dia menutup wajahnya pelan.

"Sial..kenapa gue malah kepikiran sama Awan..suaranya mirip." racau Hara.

Apa ini karena rasa bersalah Hara karena sudah membuat Awan menangis 2 minggu silam? Ah..Hara harus mencari keberadaan Awan.

Hara berlari cepat mengejar cowok tadi, untung saja cowok itu masih sibuk dimotor supra bututnya.

"Tunggu! Heh lo! Udah ditolong main pergi aja!" sentak Hara sembari menarik tangan cowok tadi erat.

Cowok itu terkejut dan meringis saat merasa cengkraman ditangannya terlalu menyakitkan.

"M-maaf..maaf.."

"Nama lo siapa?"

"Eung? Klaudra Ardiansyah."

Hara diam, kemudian mengangguk.

"Ikut gue." ajaknya sembari menariknya menuju mobil Teslanya.

Dia mau cuti dulu hari ini, cuti tak akan membuatnya miskin karena gajinya gak lebih banyak dari uang jajan harian yang Hara dapat dari orang tuanya.

"Mau kemana?" tanya nya lugu.

"Ke Rumah Sakit."

"Aku gabawa uang-"

"Gue bayarin."

Klaudra ber oh ria kemudian mengangguk, dia tersenyum melihat genggaman tangan Hara yang terasa hangat.

Dia berusaha menahan rona merah di pipi dan menahan debaran jantungnya, sial, kenapa jantungnya berisik banget.

Huhh, tenanglah Klaudra, jangan mleyot dulu!.

Dia menahan teriakan yang bisa saja dia keluarkan karena euphoria yang membahagiakan di dadanya.

Sial, kenapa dia selemah ini sih kalau ketemu Hara, senior yang dia idolakan selama ini.





















Bersambung😾

Obsession Brother [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang