©MOB-04©

32.9K 3K 152
                                    

Vote komen tolong yaaaa.

Met bacaaaa😾
.
.

HARI ini menjadi hari terburuk dihidup Hara, pasalnya dia mendapat kabar duka jika Dosen yang dia sukai meninggal dunia.

Padahal semalam Hara masih mesem-mesem mandangi Dosen Adi favoritenya itu, tapi hari ini pria itu sudah tiada.

Hara mengurung diri di kamar, dia enggan keluar bahkan untuk makan saja dia unmood.

Ibu dan Ayahnya bahkan memanggil seluruh anggota keluarga dan sepupunya agar Hara mau keluar kamar.

Maklumlah, cucu perempuan satu-satunya di keluarga besar mereka, wajar mereka khawatir.

"Hara, keluar yuk. Nanti makannya abang suapi." bujuk Rehan dengan sangat lembut.

Hara tak menjawab, dia masih menutupi seluruh tubuhnya dengan selimut. "Hara, nanti kakak ajak ke Mall deh, kakak traktir." kali ini Juna yang membujuk.

Tapi tetap tak ada sahutan sama sekali. Sudah 5 jam mereka menunggu di depan kamar Hara tapi gadis itu masih betah dalam masa berkabungnya.

"Biarin aja, nanti laper juga keluar dia." ketus Awan dingin.

Mereka semua mendelik pada Awan, Keldar dengan santainya memukul kepala Awan.

TAK!

"Aw! Sakiit! Mami liat Keldar mukul kepala Awan!" adu Awan pada maminya.

Mami Amel memukul pelan bahu Keldar. "Jangan ganggu sepupu kamu." tegurnya lembut.

Dan yah, mereka membubarkan diri dan membiarkan Hara dalam waktu menyendirinya.

Mungkin dia masih butuh waktu.

Cting!

Hara meraih ponselnya yang ada di nakas, itu tapi nada notif dari Jesi, emang Hara memakai nada dering yang berbeda tiap kontak.

Jadi jika ada notif dari orang yang Hara tak suka maka dia tak perlu melihatnya.

Ternyata pesan masuk dari Jesi.

Jesi brum-brum.
Kakak gue minta lo datang.

Kakak lo?

Bang Jehan, dia mau bahas kasus kematian Pak Adi.

Dengan cepat Hara bangun, Jehan adalah abang kandung Jesi.

Pria 24 tahun itu seorang detective atau gampangnya adalah penyelidik dari tim AS.

Melihat pembahasan itu mengenai Pak Adi, Hara langsung bangun dan berlari ke kamar mandi.

Pasti ada titik terang. Kematian Pak Adi yang ternyata dibunuh itu membuat Hara emosi.

Bisa-bisanya ada orang yang tega membunuh orang sebaik dan sedermawan Pak Adi.

...

Saat melihat Hara berjalan turun dari lantai 2, seluruh anggota keluarga langsung berhamburan menghampirinya.

"Mau kemana dek? Biar abang antar." tawar Bagas seketika.

Hara diam, kemudian mengangguk.

Dia meraih tangan Bagas dan hendak mengajaknya pergi, namun Awan menahan tangan yang satunya.

"Aku ikut." ujarnya memohon.

Hara berdecak kesal, kemudian menarik tangannya. "Gausah, gue pergi bareng bang Bagas aja." sinis Hara kesal.

Awan terdiam, bahkan ketika anggota keluarga yang lain sibuk menanyakan tujuan Hara pergi.

Awan masih diam ditempat, kedua tangannya mengepal kuat menahan emosi yang tiba-tiba datang.

Napasnya memburu, urat dilehernya terlihat menonjol karena Awan menahan emosinya.

"Bahkan, ketika dia sudah mati, dia masih menjadi prioritasmu." desisnya marah.

Awan harus mencegah kepergian Hara, dia merogoh kantung celananya lalu menghubungi seseorang.

"Halo Tuan Muda."

"Siapkan 2 orang, suruh mereka menabrak mobil milik Bagas, jangan sampai gadisku terluka, tapi kalau mau buat Bagas mati ya gak papa, pokoknya buat mereka kecelakaan."

Perintah itu, menjadi mutlak jika Awan yang memerintahkannya.

Dan pastinya, apapun yany dia mau akan dia dapat.

Tak akan ada yang memarahinya karena Awan tak akan perduli dengan amarah orang-orang.

Kecuali, Amarah besar milik Hara yang tak pernah Awan lihat.























Bersambung😾

Obsession Brother [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang