Chapter 3
***
Angin sepoi-sepoi bertiup melintasi keduanya, menyapu helaian rambut hitam milik Jungkook, membuat bilah-bilah tipis itu menari sebagai tarian yang sunyi di bawah sinar bulan perak.
Taehyung menatap pria itu hanya selama dua detik sebelum jantungnya mulai berdetak kencang.
Mirip?
Apakah dia....?
Sangat mirip.
Kekasihnya, orang yang paling dia nantikan pertemuannya.
Saat ini sedang berdiri di depannya?
Pikirannya mulai mengembara, dia tidak dapat mengingat berapa tahun sudah berlalu saat terakhir kali dia melihat sosok kekasihnya. Sekelibat bayangan-bayangan masalalu mulai memenuhi kepalanya. Tengkorak kepalanya sepertinya mulai retak karena sakit kepala. Taehyung mengerutkan keningnya dengan keras dan menghela napas dalam-dalam.
Jungkook juga tampak tercengang, hingga saat ini dia bahkan belum mengalihkan pandangannya dari Taehyung. Dia tidak mengeluarkan suara atau melakukan gerakan apapun seolah tengah membeku.
Taehyung menahan diri untuk waktu yang lama sampai dia tidak bisa lagi, akhirnya berkata dengan ragu-ragu, "Itu.. terimakasih, sudah mengantarku."
Dia mendengar suaranya sendiri serak dan bergetar.
Sementara Jungkook, matanya melebar seolah dia tidak mendengarnya dengan jelas.
"...ahh? ohh. ya."
Keduanya kembali terdiam dalam kebingungan masing-masing.
Jungkook masih tidak mengalihkan pandangannya dari wajah didepannya, seolah tengah memperlajarinya dengan teliti. Wajahnya telah terkubur dalam bayang-bayang topinya yang semakin ditekan oleh pemiliknya. Dia tidak bisa melihat ekspresinya atau menguraikan nadanya sehingga yang bisa dia lakukan hanyalah berdiam gelisah di depannya dengan perasaan kacau.
Taehyung menundukkan kepalanya dan berbalik dengan cepat.
Jungkook membuka mulutnya untuk kembali menutupnya lagi.
Dia ingin menanyakan namanya.
***
Suara ketukan pintu membuyarkan lamunan panjangnya, Taehyung tidak tau seberapa lama sudah dia menatap langit-langit kamar.
Sejak pertemuannya dengan ibunya dan Jungkook, seseorang yang dia rasa sangat mirip dengan kekasihnya atau itu memang adalah dia, bayangan-bayangan masalalu terus menerus berputar dikepalanya tanpa istirahat.
Ketukan pintu kembali terdengar, dia merasakan tubuhnya begitu lemah saat dia bangkit dari tempat tidur untuk berjalan ke arah pintu.
"Oh astaga!"
KAMU SEDANG MEMBACA
WDZA (Wo De Zui Ai) | kookv ✔️
Fantasy[COMPLETED] ⚠️WARNING⚠️ Karya ini dilindungi undang-undang hak cipta Republik Indonesia (Undang-Undang Hak Cipta Republik Indonesia no. 19 tahun 2002). Setiap reproduksi atau penggunaan tidak sah lainnya dari karya tulis di sini dilarang tanpa izin...